Home

Media Informasi Seputar Arsitektur

Wednesday, October 26, 2016

Skripsi Convention Center dengan Pendekatan Arsitektur Hijau BAB I



  BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia sudah berkembang menjadi salah satu negara tujuan bisnis. Perkembangan bisnis  merupakan bagian dari kebutuhan ekonomi yang telah memberikan warna dan beragam terhadap jenis kegiatan bisnis dibidang ekonomi yang identik dengan pemberian service atau pelayanan. Perkembangan kegiatan pertemuan merupakan bagian dari industri Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE).
Pada masa sekarang dapat dilihat penyebaran dan pertukaran informasi maupun hal-hal baru beserta masalah-masalah yang sifatnya universal terhadap kepentingan manusia selain melalui media massa, dapat juga dilaksanakan melalui pertemuan, baik bersifat internasional, nasional, maupun regional.
Gedung Pertemuan merupakan suatu wadah yang menampung kegiatan pertemuan yang meliputi,  pertemuan rapat,  konferensi, seminar, acara pernikahan, hiburan dan sebagainya. Penyelenggaraan pertemuan diharapkan dapat menjadi dinamisator bagi perkembangan kota akan penyediaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kegiatan pertemuan. Dari konteks hubungan di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan pertemuan merupakan kegiatan bisnis.
 Kota Makassar merupakan kota yang sedang berkembang pesat, dilihat dari segi pertumbuhan penduduk dan segi pembangunannya, dimana masyarakat, Pemkot Makassar dan para pengusaha maupun pendatang sering mengadakan kegiatan yang bersifat formal maupun non formal. Selama ini kegiatan pertemuan di Kota Makassar sering diselenggarakan pada ballroom fasilitas hotel karena minimnya akan bangunan gedung pertemuan yang dapat difungsikan baik skala nasional maupun internasional. Kegiatan pertemuan sangat beragam terhadap konstribusi bisnis dimana Indonesia sebagai negara yang berkembang, maka semakin tingginya kebutuhan akan wadah atau fasilitas untuk menunjang kegiatan pertemuan, sehingga pentingnya bangunan Gedung Pertemuan khususnya di Kota Makassar.
Kota Makassar  memiliki potensi sebagai pintu gerbang perdagangan internasional terutama dengan adanya Pelabuhan Paotere dan Bandara Hasanuddin yang merupakan bandara nasional dan internasional, serta jaringan transportasi darat. Perkembangan kegiatan pertemuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fasilitas tingkat pelayanan, lokasi, aksesibilitas, dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang bisnis.
       Konsep hijau merupakan konsep merancang yang memadukan antara bangunan dengan kondisi lingkungan yang sudah ada, sehingga keberadaan bangunan tidak merugikan lingkungannya. Konsep ini semakin banyak dikembangkan seiring isu internasional yaitu global warming. Konsep arsitektur hijau merupakan pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Keselarasan manusia dan alam terangkum dalam konsep hijau yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern.
Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengkonsumsi sumber daya alam, termasuk energi, air, dan penggunaan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam. Penerapan arsitektur hijau akan memberi manfaat terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan. Melalui pendekatan arsitektur hijau atau green architecture, bangunan dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan.
Dari uraian tersebut di atas, Kota Makassar membutuhkan wadah yang dibangun khusus untuk keperluan pertemuan rapat, seminar, acara pernikahan, dan lain–lain, serta aktifitas yang bersifat terbuka maupun tertutup. Kota Makassar sebagai kota yang berkembang, maka tampilan bangunan gedung pertemuan di kota Makassar yang mencerminkan kemajuan teknologi namun tetap memperhatikan masalah kontekstual lingkungan, yaitu dengan penekanan desain Arsitektur Hijau yang ramah lingkungan.





B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana menentukan lokasi dan site suatu bangunan Gedung Pertemuan di Kota Makassar ?
2.      Bagaimana menentukan kebutuhan ruang dan persyaratan ruang ?
3.      Bagaimana menerapkan arsitektur hijau pada gedung pertemuan ?
4.      Bagaimana menentukan bentuk, struktur, dan utilitas bangunan Gedung Pertemuan ?

C.    Tujuan dan Sasaran Perancangan
1.      Tujuan perancangan
a.       Untuk menentukan suatu bangunan Gedung Pertemuan sesuai dengan fungsinya di kota Makassar.
b.      Untuk menentukan kebutuhan ruang dan persyaratan ruang pada Gedung Pertemuan.
c.       Untuk menerapkan Arsitektur Hijau pada Gedung Pertemuan.
d.      Untuk menentukan bentuk, struktur, dan utilitas pada bangunan Gedung Pertemuan.
2.      Sasaran perancangan
a.       Mendapatkan  suatu bangunan Gedung Pertemuan sesuai dengan fungsinya.
b.      Mendapatkan kebutuhan dan persyaratan ruang pada Gedung Pertemuan.
c.       Merencanakan Gedung Pertemuan dengan menerapkan Arsitektur Hijau.
d.      Mendapatkan bentuk, struktur, dan utilitas pada bangunan Gedung Pertemuan.

D.    Lingkup Pembahasan
Pembahasan sesuai dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur dan disiplin non arsitektural sebagai penunjang untuk mengarahkan perencanaan fisik yang akan dituju.

E.     Metode dan Sistematika Pembahasan
1.      Metode pembahasan
Secara umum, metode pembahasan meliputi tahap sebagai berikut :
a.       Pengumpulan data
Studi kepustakaan dan survey langsung ke lapangan (studi banding) serta wawancara dengan pihak – pihak pelaku kegiatan.
b.      Analisis data
Meliputi analisis masalah – masalah yang terjadi di lapangan.
c.        Analisa masalah
Pada tahap ini data telah disusun kemudian di analisa dan selanjutnya disimpulkan untuk memperoleh acuan dan program perencanaan selanjutnya.




2.      Sistematika pembahasan
Pembahasan ini melalui tahap sebagai berikut :
BAB I         PENDAHULUAN
Mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah,     tujuan dan sasaran perancangan, lingkup pembahasan serta metode dan sistematik pembahasan.
BAB II       TINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan tentang tinjauan umum terhadap Gedung Pertemuan dan Arsitektur Hijau.
BAB III     TINJAUAN KHUSUS GEDUNG PERTEMUAN DAN ARSITEKTUR HIJAU
Mengemukakan tentang kondisi fisik Gedung Pertemuan dan penerapan Arsitektur Hijau.
BAB IV      KESIMPULAN
BAB V       PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN
Merupakan acuan dasar perencanaan yang nantinya akan di transformasikan ke perancangan desain fisik.



NOTE. UNTUK FILE MENTAH SILAHKAN KOMENTAR DAN SERTAKAN EMAIL ANDA, DAN KAMI AKAN MENGIRIMKAN LINK DOWNLOADX


No comments:

Post a Comment

Semoga Artikell Kami Bermanfaat,,,,,,,,,, Jagan Lupa Langganan dan Membagikan,,,,,,,,,!