Home

Media Informasi Seputar Arsitektur

Wednesday, October 26, 2016

Skripsi Convention Center dengan Pendekatan Arsitektur Hijau BAB II



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Terhadap Gedung Pertemuan.
1.      Pengertian Gedung Pertemuan
a.       Defenisi Gedung menurut kamus Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminto (1954), yaitu : merupakan bangunan besar dari tembok, rumah tembok yang berukuran besar, bangunan untuk kantor, rapat dan sebagainya.
b.      Defenisi Pertemuan menurut kamus Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminto (1954) yaitu : proses, perbuatan atau kegiatan, cara menemui atau menemukan.
Dari defenisi di atas maka,  Gedung Pertemuan dapat diartikan sebagai bangunan tempat atau wadah untuk melakukan, menyelenggarakan dan menampung suatu kegiatan atau aktifitas yang berhubungan dengan pertemuan, rapat, seminar, konferensi, acara pernikahan, hiburan dan lain – lain.

2.      Fungsi dan tujuan
a.       Fungsi Gedung Pertemuan
Sebagai wadah yang dapat menampung kegiatan pertemuan-pertemuan  di Kota Makassar, khususnya untuk menfasilitasi kegiatan – kegiatan baik skala nasional maupun internasional.

b.      Tujuan
Untuk memenuhi tuntutan pengadaan bangunan yang dapat  mewadahi kegiatan dalam berbagai sektor yang berhubungan langsung terhadap kegiatan pertemuan.

3.      Jenis kegiatan pada Gedung Pertemuan
Pada dasarnya kegiatan yang dapat diwadahi pada bangunan tersebut di atas adalah kegiatan bersifat umum artinya dapat diikuti oleh semua orang baik dari kalangan atas, dan kalangan menengah ke bawah. Sedangkan kegiatan yang bersifat pribadi yang hanya dapat di hadiri oleh orang – orang tertentu saja. Kegiatan tersebut berupa pertemuan yang bersifat formal dan non formal. Pertemuan formal bersifat resmi yang umumnya dilakukan oleh instansi pemerintah. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut :
a.      Konferensi
Konferensi merupakan rapat atau pertemuan yang merundingkan sesuatu hal, dimana wakil – wakil dari berbagai organisasi berkumpul untuk membicarakan masalah – masalah tertentu. Secara luas konferensi sering digunakan untuk menyebut sebuah rapat besar (ratusan hingga ribuan peserta) dengan jumlah pembicara selama satu hingga beberapa hari. Dapat juga diartikan sebagai :
1)      Rapat dimana sejumlah orang atau kelompok “berunding” untuk mencapai suatu keputusan bersama dimana adanya negosiasi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
2)      Sering disejajarkan dengan pengertian dialog, dimana peserta rapat dianggap memiliki pengetahuan dan status yang sama untuk memperluas pengetahuan masing-masing.
3)      Konferensi juga diartikan sebagai rapat besar yang pesertanya memiliki latar belakang minat serupa, dengan menampilkan sejumlah pembicara ahli pada topik permasalahan yang umum.
b.      Kongres
Kongres merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap permasalahan yang diajukan
c.       Hiburan
Hiburan merupakan suatu kegiatan pertemuan yang menyelenggarakan suatu pertunjukan atau konser dengan tujuan menghibur para pengunjung atau peserta.
d.      Rapat
Rapat merupakan suatu pertemuan yang dilakukan dimana pesertanya tidak terbatas pada anggota organisasi saja. Tujuan rapat adalah memberi petunjuk kepada umum tentang suatu objek tertentu.


e.       Seminar
Seminar merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas masalah serta membagi pengalaman antar peserta.
f.        Workshop
Workshop merupakan kegiatan untuk membahas suatu masalah secara bersama-sama antar kelompok peserta dan melatih satu sama lain sehingga setiap peserta akan mendapat pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai hal-hal yang baru. Misalnya workshop seni lukis, workshop desain, workshop fotografi, dan lain-lain.
g.      Diskusi/Musyawarah
Diskusi atau musyawarah merupakan kegiatan pertemuan untuk pemecahan terhadap suatu masalah atau pengambilan keputusan dengan proses tanya lisan antara beberapa anggota atau peserta. Secara khusus diskusi merupakan kegiatan untuk memperoleh suatu kejelasan dan pengertian.
h.      Simposium
Simposium merupakan pertemuan yang diselenggarakan untuk membahas prasarana-prasarana mengenai suatu pokok permasalahan (kumpulan konsep-konsep yang di ajukan oleh beberapa orang atau permintaan panitia) yang terdiri dari rangkaian presentasi yang disampaikan secara relatif tetapi formal dan yang berkaitan dengan suatu tema pokok atau topik. Setelah presentasi formal, para anggota simposium diperkenankan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh para peserta.
i.        Reuni
Reuni adalah suatu kegiatan untuk berkumpul orang-orang yang merupakan alumni atau lulusan dari suatu sekolah  atau perguruan tinggi. Reuni ini biasanya diselenggarakan  oleh susunan panitia untuk berkumpulnya teman – teman lama.
j.        Pesta pernikahan
Pesta pernikahan adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan untuk merayakan terjadinya suatu ikatan antara laki–laki dan perempuan untuk menjadi sepasang suami istri. Pesta ini pada umumnya di hadiri oleh pejabat, keluarga dan  teman- teman dari pihak kedua mempelai.
k.       Pesta perpisahan
Merupakan pesta yang biasa diselenggarakan oleh sekolah-sekolah pada akhir tahun ajaran. Dimana para siswa/siswi di undang untuk berkumpul menghadiri acara merayakan kelulusan mereka. Perpisahan juga dapat dilaksanakan oleh sekelompok orang yang akan pergi untuk meninggalkan tempat, teman-teman untuk mencari kehidupan yang lebih baik.




4.      Gedung Pertemuan sebagai sarana pelayanan masyarakat
a.       Dasar pertimbangan
              Dengan melihat berbagai macam aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah yang bersifat formal dan non formal, yang menyebabkan kebutuhan akan ruang–ruang gerak aktifitas sosial masyarakat sehingga membutuhkan sarana untuk melaksanakan kegiatan yang dapat diwujudkan dalam suatu wadah  sehingga dapat menampung kegiatan pertemuan atau konferensi.
              Pada prinsipnya, Gedung Pertemuan merupakan suatu bangunan umum yang bertujuan untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat pemakai dan pengunjung dalam suatu kegiatan yang ada di dalam bangunan tersebut baik pada saat berlangsungnya acara hingga selesai. Oleh karena itu, pada bangunan tersebut menitikberatkan pada penyediaan fasilitas dan pelayanan masyarakat agar pengunjung merasa aman dan nyaman berada dalam bangunan gedung pertemuan tersebut.
b.      Faktor penunjang
              Untuk penyediaan bangunan Gedung Pertemuan, terdapat banyak faktor yang harus ditinjau, antara lain :
1)      Faktor non arsitektur
a)      Faktor pertumbuhan penduduk
b)      Faktor potensi kota sebagai area penyediaan sarana Gedung Pertemuan.

2)      Faktor arsitektural
a)      Pencapaian lokasi
b)      Jalur transportasi kota
c)      Penampilan bangunan
d)     Kondisi lingkungan
e)      Penerapan bangunan yang ramah lingkungan
B.     Tinjauan Terhadap Konsep Arsitektur Hijau
1.      Pengertian Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengkonsumsi sumber daya alam, termasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (Tri Harso Karyono). 
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan pada arsitektur bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.  Konsep arsitektur hijau merupakan konsep merancang yang memadukan antara bangunan dengan kondisi lingkungan yang sudah ada, Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan.
Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep arsitektur hijau. Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau (green architecture) yang berkelanjutan, di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Berbagai langkah – langkah dan prinsip – prinsip dalam mendesain yang mendukung arsitektur hijau menurut Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design for Sustainable Future (http://google.co.id/konseparsitekturhijau) antara lain:
a.       Hemat Energi (Conserving Energy)
Desain bangunan harus mampu menyesuaikan dengan iklim yang ada dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Adapun cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1)      Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
2)      Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
3)      Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
4)      Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5)      Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6)      Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7)      Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin AC dan lift.
b.      Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami (Working with Climate).
Melalui pendekatan arsitektur hijau atau green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungan sekitarnya ke dalam bentuk atau pengoperasian bangunan, dapat di terapkan dengan cara :
1)      Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2)      Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3)      Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim, misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4)      Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa di buka dan di tutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
c.        Menanggapi keadaan tapak pada bangunan (Respect for Site).
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1)      Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
2)      Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
3)      Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
d.      Memperhatikan pengguna bangunan (Respect for User).
Antara pemakai dan arsitektur hijau (green architecture) mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan arsitektur hijau harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
e.       Meminimalkan Sumber Daya Baru (Limitting New Resources).
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
f.       Holistic
Memilki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip – prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat di pisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip – prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan arsitektur hijau yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
Penerapan konsep arsitektur hijau pada bangunan dapat juga dilakukan dengan langkah pengaplikasian tanaman hijau pada bangunan yaitu: dengan cara menanam lebih banyak tanaman baik sebagai pohon peneduh, pengurang bising, pengurang debu, maupun menyerap panas seperti : penerapan vertikal garden, roof garden dan penghijauan pada area tidak terbangun dengan membuat taman yang dilengkapi dengan kolam air untuk menetralkan udara.    
                        Arsitektur hijau merupakan suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan dan lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat.

2.      Pemanfaatan material ekologis yang mendukung Arsitektur Hijau
Material ekologis disebut juga material alami, yaitu material yang bersumber dari alam dan tidak mengandung zat – zat yang mengganggu kesehatan, dan mempunyai ciri –ciri sebagi berikut :
a.       Eksploitasi dan produksinya menggunakan energi sedikit mungkin.
b.      Tidak mengalami transformasi bahan sehingga dapat dikembalikan ke alam.
c.       Eksploitasi, produksi, penggunaan, dan pemeliharaannya tidak mencemari lingkungan.
d.      Bersumber dari sumber alam lokal.
e.       Material yang dapat diperbaharui atau didaur ulang.

3.      Manfaat dan tujuan penerapan Arsitektur Hijau pada bangunan
a.       Manfaat  penerapan arsitektur hijau pada bangunan
Mengurangi emisi CO2, memperbaiki kualitas udara, dan mengurangi kerusakan lingkungan melalui pemanfaatan bahan bangunan yang ramah lingkungan terutama menggunakan material yang dapat diperbaharui dan meminimalisasi berbagai pengaruh yang membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.


b.      Tujuan penerapan Arsitektur Hijau pada bangunan
Tujuan utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.

C.    Studi Banding
1.      Studi banding Gedung Pertemuan.
Tabel 2.1. Studi banding Gedung Pertemuan.
No
Gedung Pertemuan
Skala
Fasilitas
1.
Celebes Convention Center
(sumber: hasil survey penulis, 2013).
(Gambar 2.1)
Nasional & Internasional
a.       Ruang exhibisi multifungsi seluas 3600 meter.
b.      Ruang ballroom yang dapat menampung ±1200 orang.
c.       Memiliki ruang yang dapat difungsikan untuk kegiatan rapat dan seminar.
d.      Kapasitas lahan parkir memuat ±300 mobil dan ±500 motor.


2.
Jakarta Convention Center
(Sumber:http://www.google.co.id)
(Gambar 2.2)

Nasional & Internasional
a.       Plenary Hall dapat menampung 5.000 orang difungsikan untuk ruang pameran baik skala besar maupun kecil dengan luas 11,000 m2.
b.      Terdiri dari ruang Assembly Hall serta dua ruang pameran yaitu , exhibition hall A dan hall B.
c.       Memiliki 13 ruang rapat yang fleksibel dengan bermacam – macam ukuran dan kapasitas.
d.      Ruang sidang yang bisa menampung 3.500 tamu baik untuk resepsi pernikahan maupun rapat besar dan kecil.
3.
Balai Kemanunggalan ABRI dan Rakyat
(sumber: hasil survey penulis, 2013)
(Gambar 2.3)

Nasional
a.       Terdiri dari 2 lantai dimana lantai 1 terdapat ruang sidang yang dilengkapi dengan panggung/stage seluas ±3,000 m2.
b.      Lantai 2 terdiri dari ruang rapat komisi, dan ruang proyektor  dengan luas lantai  ± 1.294 m2
c.       Kegiatan yang sering diadakan pada gedung pertemuan ini yaitu : seminar, pertunjukkan musik, acara wisuda, pesta perkawinan, dan perpisahan.



2.      Tinjauan pada bangunan dengan penerapan Arsitektur Hijau
Tabel 2.2. Studi banding bangunan dengan penerapan arsitektur hijau.
No
Bangunan Hijau
Penerapan arsitektur hijau
1.
Edit Tower di Singapore
(sumber :http/s301.photobacket.com)
(Gambar 2.4)
a.       Bangunan ini menggunakan panel fotovoltaik, ventilasi alami, dan pembangkit biogas yang dibungkus dalam sebuah dinding hidup isolasi yang meliputi setengah dari permukaan bangunan.
b.      Dinding lantai dapat di pindahkan dan dapat menyediakan energi akan kebutuhan bangunan untuk adaptasi di masa depan.
2.
Perpustakaan Universitas Indonesia
(Sumber:http://blogarsitektur.blogspot.com)
(Gambar 2.5)

a.       Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan atap untuk fungsi penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa skylight.
b.      Penggunaan energi matahari dilakukan melalui solar cell yang dipasang di atap bangunan.
c.       Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara alam menjadi maksimal.
d.      Terdapat system penerangan alami dari cahaya matahari yang di dapat dari tembusan cahaya yg datang menembus kaca, terletak di antara roof garden.
3.
Bangunan Hijau di Montreal
(sumber:http/s301.photobacket.com)
(Gambar 2.6)

a.       Pada dinding bangunan ditumbuhi tanaman rambat sebagai kulit hijau bangunan yang berfungsi sebagai penghambat radiasi sinar matahari dan menjaga kestabilan suhu permukaan dinding serta menyejukkan visual sekitar bangunan.
4.
University di Singapore
(sumber :http/s301.photobacket.com)
(Gambar 2.7)
a.       Bangunan tersebut menerapkan roof garden dengan atap sebagai ruang terbuka hijau berfungsi melindungi bangunan, dan mendinginkan udara sekitarnya, di buat melengkung .agar air hujan dapat mengalir ke irigasi.
b.      Memanfaatkan pencahayaan alami dengan bukaan dinding kaca pada bangunan tersebut agar memberikan pertukaran visual antara ruang dalam dan ruang luar.
5.
Edge Green Complex di Singapore
(Sumber:http://blogarsitektur.blogspot.com)
(Gambar 2.8)

a.       Bangunan ini menerapkan konsep green dengan menggabungkan array dari solar sel dalam tembok luar gedung. Pita seperti canopies (juga ditutup dengan thin-film solar cells) akan mulai dibangun pada pangkal bangunan, dan memunculkan ketinggian timur dan barat dari menara, di mana mereka membentuk sebuah rangkaian jalur hiasan pada jendela vertikal. Ini akan menyaring sinar matahari dan akan mengubah menara ke dalam rangkaian yang terhubung secara vertikal dengan ruang hijau.
6.
The Interlace Residential Building di Singapore
(sumber : http//blogspot.com).
(Gambar 2.9)


a.       The Interlace terdiri dari blok yang ditumpuk dalam susunan heksagonal sekitar delapan halaman terbuka dan permeable skala besar.
b.      Susunan pada bangunan ini dirancang melalui analisis mendalam dari matahari, angin, dan kondisi iklim mikro dan integrasi strategi energi rendah dampak pasif untuk memaksimalkan bukaan yang optimal. 








D.    Kesimpulan Studi Banding
Berdasarkan perbandingan dari beberapa bangunan Gedung Pertemuan maka dapat ditentukan jenis ruang dan fasilitas yang akan diterapkan ke desain fisik bangunan Gedung Pertemuan yang direncanakan.  Sedangkan berdasarkan perbandingan  beberapa bangunan dengan penerapan arsitektur hijau, maka dapat ditentukan pendekatan arsitektur hijau yang akan diterapkan ke Gedung Pertemuan yaitu memanfaatkan bukaan yang optimal untuk mendapat pencahayaan dan penghawaan alami, pada dinding bangunan ditumbuhi tanaman rambat, penggunaan solar cell.












No comments:

Post a Comment

Semoga Artikell Kami Bermanfaat,,,,,,,,,, Jagan Lupa Langganan dan Membagikan,,,,,,,,,!