BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Terhadap Gedung Pertemuan.
1. Pengertian
Gedung Pertemuan
a.
Defenisi
Gedung menurut kamus Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminto (1954), yaitu : merupakan bangunan besar dari
tembok, rumah tembok yang berukuran besar, bangunan untuk kantor, rapat dan
sebagainya.
b.
Defenisi
Pertemuan menurut kamus Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminto (1954) yaitu : proses, perbuatan atau kegiatan, cara
menemui atau menemukan.
Dari defenisi di atas maka, Gedung Pertemuan dapat diartikan sebagai bangunan
tempat atau wadah untuk melakukan, menyelenggarakan dan menampung suatu
kegiatan atau aktifitas yang berhubungan dengan pertemuan, rapat, seminar,
konferensi, acara pernikahan, hiburan dan lain – lain.
2. Fungsi
dan tujuan
a.
Fungsi Gedung
Pertemuan
Sebagai wadah yang dapat menampung kegiatan
pertemuan-pertemuan di Kota Makassar,
khususnya untuk menfasilitasi kegiatan – kegiatan baik skala nasional maupun
internasional.
b.
Tujuan
Untuk memenuhi tuntutan pengadaan bangunan yang dapat mewadahi kegiatan dalam berbagai sektor yang
berhubungan langsung terhadap kegiatan pertemuan.
3. Jenis
kegiatan pada Gedung Pertemuan
Pada dasarnya kegiatan yang dapat diwadahi
pada bangunan tersebut di atas adalah kegiatan bersifat umum artinya dapat diikuti
oleh semua orang baik dari kalangan atas, dan kalangan menengah ke bawah.
Sedangkan kegiatan yang bersifat pribadi yang hanya dapat di hadiri oleh orang
– orang tertentu saja. Kegiatan tersebut berupa pertemuan yang bersifat formal
dan non formal. Pertemuan formal bersifat resmi yang umumnya dilakukan oleh
instansi pemerintah. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Konferensi
Konferensi
merupakan rapat atau pertemuan yang merundingkan sesuatu hal, dimana wakil –
wakil dari berbagai organisasi berkumpul untuk membicarakan masalah – masalah
tertentu. Secara luas konferensi sering digunakan untuk menyebut sebuah rapat
besar (ratusan hingga ribuan peserta) dengan jumlah pembicara selama satu
hingga beberapa hari. Dapat juga diartikan sebagai :
1) Rapat dimana sejumlah orang atau kelompok
“berunding” untuk mencapai suatu keputusan bersama dimana adanya negosiasi
untuk memperoleh kesepakatan bersama.
2)
Sering
disejajarkan dengan pengertian dialog, dimana peserta rapat dianggap memiliki
pengetahuan dan status yang sama untuk memperluas pengetahuan masing-masing.
3)
Konferensi
juga diartikan sebagai rapat besar yang pesertanya memiliki latar belakang
minat serupa, dengan menampilkan sejumlah pembicara ahli pada topik
permasalahan yang umum.
b. Kongres
Kongres merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan
beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang
bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap
permasalahan yang diajukan
c. Hiburan
Hiburan merupakan suatu kegiatan pertemuan
yang menyelenggarakan suatu pertunjukan atau konser dengan tujuan menghibur
para pengunjung atau peserta.
d. Rapat
Rapat merupakan suatu pertemuan yang dilakukan dimana
pesertanya tidak terbatas pada anggota organisasi saja. Tujuan rapat adalah
memberi petunjuk kepada umum tentang suatu objek tertentu.
e. Seminar
Seminar merupakan
kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah memiliki pengalaman untuk
melakukan diskusi dan membahas masalah serta membagi pengalaman antar peserta.
f.
Workshop
Workshop merupakan
kegiatan untuk membahas suatu masalah secara bersama-sama antar kelompok
peserta dan melatih satu sama lain sehingga setiap peserta akan mendapat
pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai hal-hal yang baru. Misalnya
workshop seni lukis, workshop desain, workshop fotografi, dan lain-lain.
g. Diskusi/Musyawarah
Diskusi atau musyawarah merupakan kegiatan
pertemuan untuk pemecahan terhadap suatu masalah atau pengambilan keputusan
dengan proses tanya lisan antara beberapa anggota atau peserta. Secara khusus
diskusi merupakan kegiatan untuk memperoleh suatu kejelasan dan pengertian.
h. Simposium
Simposium merupakan pertemuan yang
diselenggarakan untuk membahas prasarana-prasarana mengenai suatu pokok permasalahan
(kumpulan konsep-konsep yang di ajukan oleh beberapa orang atau permintaan
panitia) yang terdiri dari rangkaian presentasi yang disampaikan secara relatif
tetapi formal dan yang berkaitan dengan suatu tema pokok atau topik. Setelah
presentasi formal, para anggota simposium diperkenankan menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan oleh para peserta.
i.
Reuni
Reuni adalah suatu kegiatan untuk berkumpul
orang-orang yang merupakan alumni atau lulusan dari suatu sekolah atau perguruan tinggi. Reuni ini biasanya
diselenggarakan oleh susunan panitia
untuk berkumpulnya teman – teman lama.
j.
Pesta pernikahan
Pesta pernikahan adalah suatu pertemuan yang
diselenggarakan untuk merayakan terjadinya suatu ikatan antara laki–laki dan
perempuan untuk menjadi sepasang suami istri. Pesta ini pada umumnya di hadiri
oleh pejabat, keluarga dan teman- teman
dari pihak kedua mempelai.
k. Pesta
perpisahan
Merupakan pesta yang biasa diselenggarakan
oleh sekolah-sekolah pada akhir tahun ajaran. Dimana para siswa/siswi di undang
untuk berkumpul menghadiri acara merayakan kelulusan mereka. Perpisahan juga
dapat dilaksanakan oleh sekelompok orang yang akan pergi untuk meninggalkan
tempat, teman-teman untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
4. Gedung
Pertemuan sebagai sarana pelayanan masyarakat
a.
Dasar pertimbangan
Dengan melihat
berbagai macam aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah yang
bersifat formal dan non formal, yang menyebabkan kebutuhan akan ruang–ruang
gerak aktifitas sosial masyarakat sehingga membutuhkan sarana untuk
melaksanakan kegiatan yang dapat diwujudkan dalam suatu wadah sehingga dapat menampung kegiatan pertemuan
atau konferensi.
Pada prinsipnya,
Gedung Pertemuan merupakan suatu bangunan umum yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan bagi masyarakat pemakai dan pengunjung dalam suatu kegiatan yang ada
di dalam bangunan tersebut baik pada saat berlangsungnya acara hingga selesai.
Oleh karena itu, pada bangunan tersebut menitikberatkan pada penyediaan
fasilitas dan pelayanan masyarakat agar pengunjung merasa aman dan nyaman
berada dalam bangunan gedung pertemuan tersebut.
b.
Faktor
penunjang
Untuk penyediaan
bangunan Gedung Pertemuan, terdapat banyak faktor yang harus ditinjau, antara
lain :
1)
Faktor
non arsitektur
a)
Faktor
pertumbuhan penduduk
b)
Faktor
potensi kota sebagai area penyediaan sarana Gedung Pertemuan.
2)
Faktor
arsitektural
a)
Pencapaian
lokasi
b)
Jalur
transportasi kota
c)
Penampilan
bangunan
d)
Kondisi
lingkungan
e)
Penerapan
bangunan yang ramah lingkungan
B. Tinjauan
Terhadap Konsep Arsitektur Hijau
1. Pengertian
Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengkonsumsi sumber daya
alam, termasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan (Tri Harso Karyono).
Arsitektur hijau adalah
suatu pendekatan pada arsitektur bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Konsep arsitektur
hijau merupakan
konsep merancang yang memadukan antara bangunan dengan kondisi lingkungan yang
sudah ada, Arsitektur hijau merupakan langkah untuk
mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan
alam dan lingkungan.
Keselarasan hidup manusia
dan alam terangkum dalam konsep arsitektur hijau. Untuk pemahaman dasar
arsitektur hijau (green architecture)
yang berkelanjutan, di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya
menjadi satu kesatuan. Berbagai langkah – langkah dan prinsip – prinsip dalam mendesain
yang mendukung arsitektur hijau menurut Brenda
dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design for Sustainable Future (http://google.co.id/konseparsitekturhijau) antara lain:
a.
Hemat Energi (Conserving Energy)
Desain bangunan harus mampu menyesuaikan dengan iklim yang
ada dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang
sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber
energi. Adapun cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1)
Bangunan
dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi
listrik.
2)
Memanfaatkan
energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber
listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas
atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding
timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar
matahari yang maksimal.
3)
Memasang
lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu
hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang
tertentu.
4)
Menggunakan
Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas
cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5)
Mengecat
interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan
untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6)
Bangunan
tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan
cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7)
Meminimalkan
penggunaan energi untuk alat pendingin AC
dan lift.
b.
Memanfaatkan kondisi dan sumber
energi alami (Working with Climate).
Melalui pendekatan arsitektur hijau atau green architecture bangunan
beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi
alam, iklim dan lingkungan sekitarnya ke dalam bentuk atau pengoperasian
bangunan, dapat di terapkan dengan cara :
1)
Orientasi
bangunan terhadap sinar matahari.
2)
Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk
mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3)
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim, misalnya
dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4)
Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa di buka dan
di tutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
c.
Menanggapi
keadaan tapak pada bangunan (Respect for Site).
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan
tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi,
bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara
sebagai berikut.
1)
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang
mengikuti bentuk tapak yang ada.
2)
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan
mendesain bangunan secara vertikal.
3)
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak
lingkungan.
d.
Memperhatikan pengguna bangunan (Respect
for User).
Antara pemakai dan arsitektur hijau (green
architecture) mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan
arsitektur hijau harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam
perencanaan dan pengoperasiannya.
e.
Meminimalkan Sumber Daya Baru (Limitting
New Resources).
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material
yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
f. Holistic
Memilki pengertian mendesain bangunan dengan
menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip –
prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat di pisahkan, karena
saling berhubungan satu sama lain. Secara parsial akan lebih mudah menerapkan
prinsip – prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat
mengaplikasikan arsitektur hijau yang ada secara keseluruhan sesuai potensi
yang ada di dalam site.
Penerapan
konsep arsitektur hijau pada bangunan dapat juga dilakukan dengan langkah pengaplikasian
tanaman hijau pada bangunan yaitu: dengan cara menanam lebih banyak tanaman
baik sebagai pohon peneduh, pengurang bising, pengurang debu, maupun menyerap
panas seperti : penerapan vertikal garden, roof garden dan
penghijauan pada area tidak terbangun dengan membuat taman yang dilengkapi
dengan kolam air untuk menetralkan udara.
Arsitektur hijau merupakan suatu
pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman
dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat
didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi
arsitekturnya. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di
sekitar lingkungan kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40
antara bangunan dan lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan
dapat ditumbuhi tanaman merambat.
2. Pemanfaatan
material ekologis yang mendukung Arsitektur Hijau
Material
ekologis disebut juga material alami, yaitu material yang bersumber dari alam
dan tidak mengandung zat – zat yang mengganggu kesehatan, dan mempunyai ciri
–ciri sebagi berikut :
a.
Eksploitasi
dan produksinya menggunakan energi sedikit mungkin.
b.
Tidak
mengalami transformasi bahan sehingga dapat dikembalikan ke alam.
c.
Eksploitasi,
produksi, penggunaan, dan pemeliharaannya tidak mencemari lingkungan.
d.
Bersumber
dari sumber alam lokal.
e.
Material
yang dapat diperbaharui atau didaur ulang.
3. Manfaat
dan tujuan penerapan Arsitektur Hijau pada bangunan
a.
Manfaat penerapan arsitektur hijau pada bangunan
Mengurangi emisi CO2, memperbaiki kualitas
udara, dan mengurangi kerusakan lingkungan melalui pemanfaatan bahan bangunan
yang ramah lingkungan terutama menggunakan material yang dapat diperbaharui dan
meminimalisasi berbagai
pengaruh yang membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
b.
Tujuan
penerapan Arsitektur Hijau pada bangunan
Tujuan utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah
lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau
juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan
pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan bangunan.
C. Studi
Banding
1.
Studi banding Gedung Pertemuan.
Tabel 2.1. Studi banding Gedung Pertemuan.
No
|
Gedung Pertemuan
|
Skala
|
Fasilitas
|
1.
|
Celebes Convention Center
(sumber: hasil survey penulis, 2013).
(Gambar
2.1)
|
Nasional &
Internasional
|
a.
Ruang exhibisi multifungsi seluas 3600
meter.
b.
Ruang ballroom yang dapat menampung
±1200 orang.
c.
Memiliki ruang yang dapat difungsikan
untuk kegiatan rapat dan seminar.
d.
Kapasitas lahan parkir memuat ±300
mobil dan ±500 motor.
|
2.
|
Jakarta Convention Center
(Sumber:http://www.google.co.id)
(Gambar 2.2)
|
Nasional & Internasional
|
a.
Plenary Hall dapat menampung 5.000 orang
difungsikan untuk ruang pameran baik skala besar maupun kecil dengan luas
11,000 m2.
b.
Terdiri dari ruang Assembly Hall serta
dua ruang pameran yaitu , exhibition
hall A dan hall B.
c.
Memiliki 13 ruang rapat yang fleksibel
dengan bermacam – macam ukuran dan kapasitas.
d.
Ruang sidang yang bisa menampung 3.500 tamu baik untuk resepsi
pernikahan maupun rapat besar dan kecil.
|
3.
|
Balai Kemanunggalan ABRI dan Rakyat
(sumber: hasil
survey penulis, 2013)
(Gambar 2.3)
|
Nasional
|
a.
Terdiri dari 2 lantai dimana lantai 1
terdapat ruang sidang yang dilengkapi dengan panggung/stage seluas ±3,000 m2.
b.
Lantai 2 terdiri dari ruang rapat
komisi, dan ruang proyektor dengan
luas lantai ± 1.294 m2
c.
Kegiatan yang sering diadakan pada
gedung pertemuan ini yaitu : seminar, pertunjukkan musik, acara wisuda, pesta
perkawinan, dan perpisahan.
|
2.
Tinjauan pada bangunan dengan penerapan
Arsitektur Hijau
Tabel 2.2. Studi banding bangunan dengan penerapan arsitektur hijau.
No
|
Bangunan Hijau
|
Penerapan arsitektur hijau
|
1.
|
Edit Tower di Singapore
(sumber :http/s301.photobacket.com)
(Gambar 2.4)
|
a.
Bangunan ini
menggunakan panel fotovoltaik, ventilasi alami, dan pembangkit
biogas yang dibungkus dalam sebuah dinding hidup isolasi yang meliputi setengah dari permukaan bangunan.
b.
Dinding lantai dapat di
pindahkan dan dapat menyediakan energi akan kebutuhan bangunan untuk adaptasi
di masa depan.
|
2.
|
Perpustakaan
Universitas Indonesia
(Sumber:http://blogarsitektur.blogspot.com)
(Gambar 2.5)
|
a.
Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan atap untuk fungsi
penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa skylight.
b.
Penggunaan energi matahari dilakukan melalui solar cell yang dipasang di atap bangunan.
c.
Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang
dan ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi
udara alam menjadi maksimal.
d.
Terdapat system penerangan alami dari cahaya matahari yang di dapat
dari tembusan cahaya yg datang menembus kaca, terletak di antara roof garden.
|
3.
|
Bangunan Hijau di Montreal
(sumber:http/s301.photobacket.com)
(Gambar 2.6)
|
a.
Pada dinding bangunan ditumbuhi
tanaman rambat sebagai kulit hijau bangunan yang berfungsi sebagai penghambat
radiasi sinar matahari dan menjaga kestabilan suhu permukaan dinding serta
menyejukkan visual sekitar bangunan.
|
4.
|
University di Singapore
(sumber
:http/s301.photobacket.com)
(Gambar 2.7)
|
a.
Bangunan tersebut menerapkan roof garden dengan atap sebagai ruang
terbuka hijau berfungsi melindungi bangunan, dan mendinginkan udara
sekitarnya, di buat melengkung .agar air hujan dapat mengalir ke irigasi.
b.
Memanfaatkan pencahayaan alami dengan
bukaan dinding kaca pada bangunan tersebut agar memberikan pertukaran visual
antara ruang dalam dan ruang luar.
|
5.
|
Edge Green Complex di
Singapore
(Sumber:http://blogarsitektur.blogspot.com)
(Gambar 2.8)
|
a.
Bangunan ini menerapkan konsep green
dengan menggabungkan array dari solar sel dalam tembok luar gedung.
Pita seperti canopies (juga ditutup dengan thin-film solar cells) akan mulai dibangun pada pangkal bangunan, dan
memunculkan ketinggian timur dan barat dari menara, di mana mereka membentuk
sebuah rangkaian jalur hiasan pada jendela vertikal. Ini akan menyaring sinar
matahari dan akan mengubah menara ke dalam rangkaian yang terhubung secara
vertikal dengan ruang hijau.
|
6.
|
The Interlace Residential
Building di Singapore
(sumber
: http//blogspot.com).
(Gambar 2.9)
|
a. The Interlace terdiri dari blok yang ditumpuk dalam susunan
heksagonal sekitar delapan halaman terbuka dan permeable skala besar.
b. Susunan pada bangunan ini
dirancang melalui analisis mendalam dari matahari, angin, dan kondisi iklim
mikro dan integrasi strategi energi rendah dampak pasif untuk memaksimalkan
bukaan yang optimal.
|
D. Kesimpulan Studi Banding
Berdasarkan perbandingan dari beberapa
bangunan Gedung Pertemuan maka dapat ditentukan jenis ruang dan fasilitas yang akan
diterapkan ke desain fisik bangunan Gedung Pertemuan yang direncanakan. Sedangkan berdasarkan perbandingan beberapa bangunan dengan penerapan arsitektur
hijau, maka dapat ditentukan pendekatan arsitektur hijau yang akan diterapkan
ke Gedung Pertemuan yaitu memanfaatkan bukaan yang optimal untuk mendapat
pencahayaan dan penghawaan alami, pada dinding bangunan ditumbuhi tanaman
rambat, penggunaan solar cell.
NOTE. UNTUK FILE MENTAH SILAHKAN KOMENTAR DAN SERTAKAN EMAIL ANDA, DAN KAMI AKAN MENGIRIMKAN LINK DOWNLOADX
saya butuh buat referensi tugas akhir di kampus universutas borobudur
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan email anda
ReplyDeletehutomoputra11@gmail.com
ReplyDelete