Home

Media Informasi Seputar Arsitektur

Wednesday, April 20, 2016

GREEN BUILDING A SUSTAINABLE PADA BANGUNAN APARTEMEN



GREEN BUILDING A SUSTAINABLE

Konsep Penekanan
Konsep penekanan desain ekologi arsitektur didasari dengan maraknya issue global warming. Dihadapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan ala mini, dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga.
Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain). Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis desain, energi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bias diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, pemukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya.
Perwujudan dari ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan green building. Hal ini erat kaitannya dengan konsep arsitektur hijau yang merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture). Disini arsitek mempunyai peran yang amat sangat penting dalam penghematan energi. Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun pasif.
Salah satu bentuk konsep desain arsitektur yang memperhatikan masalah energi dan berwawasan lingkungan adalah eko-arsitektur, adapun landasan konsep yang akan diterapk sebagai berikut:
1. Hemat energi / Conserving energi : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
3. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang.

4. Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
5. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
6. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
7. Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.

Salah satu aspek penting dalam arsitektur yang semakin hari dirasakan peting adalah penataan energi dalam bangunan. Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih kesumber energi terbaharui dalam merancang bangunan hemat energi.
Pola perancangan eko-arsitektur suatu bangunan selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut:
-          Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan sebagai paru – paru hijau.
-          Menggunakan bahan bangunan alamiah, dan intensitas energi yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
-          Bangunan sebaiknya diarahkan menurut orientasi timur – barat dengan bagian utara/selatan menerima cahaya alam tanpa kesulitan.
-          Kulit (dinding dan atap) sebuah bangunan sesuai dengan tugasnya, harus melindungi dirinya dari panas, angin dan hujan. Dinding bangunan harus member perlindungan terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bias menghemat banyak energi.
-          Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan dan memanjakan system konstruksi bangunan kering.
-          Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.
-          Memperhatikan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturanharmonikal.
-          Menjamin bahwa bangunan yang dirancang tidak menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energi sedikit mungkin.
-          Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak – anak, orang tua maupun orang cacat tubuh).
Pola perancangan eko-arsitektur juga melingkupi perancangan struktur dan konstruksi bangunan yang harus dapat memenuhi persoalan teknik dan persoalan estetika, termasuk pembentukan ruang. Kualitas struktur didefenisikan sebagai:
-          Struktur fungsional, menentukan dimensi geometris yang berhubungan dengan penggunaan atau fungsi (kebutuhan ruang, ruang gerak, ruang sirkulasi dan sebagainya), dimensi pengaturan ruang. Dimensi tentang fisiologis tentang kenyamanan, penyinaran dan penyegaran udara. Dimensi teknis dengan beban lantai, instalasi listrik dan sebagainya.
-          Struktur lingkungan, meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi, serta radiasi teritir dan kosmis) serta lingkungan buatan (bangunan, sirkulasi, prasarana teknis dan radiasi buatan). Konteks social dan psikologis, sejarah, kesediaan bahan baku, ekonomi dan waktu yang tersedia.
-          Struktur bangunan, meliputi bahan bangunan, system penggunaannya dan teknik serta konstruksi bangunan yang harus memenuhi tuntutan ekologis.
-          Struktur bentuk, mengandung massa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan mengatur ruang , bentuk ruang tersebut dapat didefenisikan oleh dinding pembatas, tiang, lantai dan sebagainya serta bukan didnding.
Ekologi desain bermaksud menggabungkan alam dan teknologi, menggunakan alam sebagai basis desain, strategi konservasi, perbaikan lingkungan dan bias diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk banguna, lansekap, pemukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya.
Perwujudan dari eko-arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sangat erat kaitannya dengan arsitektur hijau yang merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutan.

Bentuk aplikasi ekologi arsitektur dalam bangunan
Rancangan arsitektur merupakan media yang member dampak secara langsung terhadap penggunaan lahan. Konsep desain yang dapat menimbulkan penggunaan energi listrik, misalkan dapat digolongkan sebagai konsep sustenable dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestic dan sebagaainya.
Sebagai konsep arsitektural yang ramah lingkungan, dalam perwujudan eko-arsitektur dalam bangunan, terbagi beberapa tingkat system operasional yang digunakan dalam menggunakan energi bangunan dengan kategori sebagai berikut:
-          System pasif
Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa ataupun minimal menggunkan peralatan ME (mekanikal elektrikal) dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
-          System hybrid
Sebagian tergantung dari energi atau sebagian dibantu dengan menggunakan ME.
-          System aktif
Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang bersumber dari energi yang Etidak dapat diperbaharui.
-          System produktif
System yang dapat mengadakan / membangkitkan energinya sendiri dari sumber daya yang dapat diperbaharui, misalnya pada system sel surya maupun kolektor surya.
Berikut beberapa system dan elemen terapan yang dapat diamplikasikan dalam bangunan untuk mendukung konsep ekologi arsitektur:
1.    Optimalisasi vegetasi
Unsure hujau yang diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden , pemberian vegetasi rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya.
2.    System pencahayaan alami
Secara umum perletakan jendela harus memperhatikan garis edar matahari, sisi utara dan selatan adalah tempat potensi untuk perletakan jendela (bukaan), guna mendapatkan cahaya alami. Sedangkan posisi timur dan barat pada jam – jam tertentu diperlukan perlindungan terhadap radiasi matahari langsung. Untuk keperluan tersebut sudah banyak program computer yang dapat membantu simulasi efek cahaya matahari terhadap desain selubung bangunan.
Konsep desain fasade untuk tujuan efesiensi energi tergantung dengan posisi geografis dan iklm setempat. Permasalahannya bannyak bangunan di Indonesia yang meniru bangunan yang ada di Eropa tanpa disesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim di Indonesia, missal: jendela yang tanpa dilengkapai tabir surya (sun screen).
3.    Fasade kaca pintar
Fasade kaca pintar merupakan suatu konsep teknologi mutakhir dinding tirai kaca yang mempertemukan kepentingan ekologi maupun ekonomi . ia mampu mengurangi pantulan panas matahari dari bangunan kaca tinggi yang menyebabkan meningkatnya tempratur lingkungan.
Fasade kaca pintar pada umumnya adalah konstruksi dinding kaca ganda dengan rongga udara antara 35cm – 50cm antara kaca luar dengan kaca dalam. Selain itu juga pemasangan panel surya di beberapa jendela bangunan.
4.    Penghalang sinar matahari
Pengontrolan terhadap panas karena sinar matahari dapat dilakukan dengan penggunaan solar shading yang akan menghalau sinar matahari langsung masuk ke bangunan serta memberikan pembayangan yang dapat mengurangi panas.
5.    Penerapan pengontrol AC
VRV (variable refrigerant volume) yaitu suatu system pengontrol kapasitas mesin AC dengan cara langsung mengatur laju aliran refrigerantinya di dalam indoor unit, eletronik expansion valve yang dikendalikan oleh computer akan mengubah laju aliran refrigerant secara terus menerus sebagai reaksi atas terjadinya perubahan beban.
6.    Pemakaian energi matahari
Photovoltaic adalah piranti yang mampu mengubah energi sinar matahari secara langsung menjadi energi listrik PV terdiri dari dua layer semi-konduktor yang memiliki karakteristik elektrik yang berbeda, sehingga saat terkena sinar matahari terjadi beda potensial di antara keduanya dan menimbulkan aliran listrik.
7.    Penghawaan alami
Merupakan system pengoptimalisasi penghawaan dengan metode mengalirkan udara yang terencana dengan baik. Untuk Indonesia yang terletak di sekitar khatulistiwa dengan kondisi iklim tropis lembab. System penghawaan yang baik adalah melalui ventilasi silang baik secra horizontal maupun vertical, sehingga akumulasi panas dan lembab di dalam ruang dapat dikendalikan.

No comments:

Post a Comment

Semoga Artikell Kami Bermanfaat,,,,,,,,,, Jagan Lupa Langganan dan Membagikan,,,,,,,,,!