GREEN BUILDING A
SUSTAINABLE
Konsep Penekanan
Konsep
penekanan desain ekologi arsitektur didasari dengan maraknya issue global warming.
Dihadapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan ala mini,
dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga.
Arsitektur yang
ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan
pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain). Proses pendekatan
desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam
sebagai basis desain, energi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bias
diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk
bangunan, lansekap, pemukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan
teknologi dalam perancangannya.
Perwujudan dari
ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering
disebut dengan green building. Hal
ini erat kaitannya dengan konsep arsitektur hijau yang merupakan bagian dari
arsitektur berkelanjutan (sustainable
architecture). Disini arsitek mempunyai peran yang amat sangat penting
dalam penghematan energi. Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan
bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan
maupun kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu,
karya rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif
maupun pasif.
Salah satu bentuk konsep desain arsitektur yang
memperhatikan masalah energi dan berwawasan lingkungan adalah eko-arsitektur, adapun landasan konsep yang akan diterapk
sebagai berikut:
1. Hemat energi / Conserving energi : Pengoperasian bangunan harus
meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin
memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan
harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi
yang ada.
3. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan
sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat
digunakan di masa mendatang.
4. Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan
sumber daya alam.
5. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni
bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya
jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu
sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak
lingkungan yang ada ).
6. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam
merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi
semua kebutuhannya.
7. Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara
keseluruhan / Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita
pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
Salah satu
aspek penting dalam arsitektur yang semakin hari dirasakan peting adalah
penataan energi dalam bangunan. Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong
arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih kesumber energi
terbaharui dalam merancang bangunan hemat energi.
Pola
perancangan eko-arsitektur suatu bangunan selalu memanfaatkan peredaran alam
sebagai berikut:
-
Menciptakan
kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan sebagai paru – paru hijau.
-
Menggunakan
bahan bangunan alamiah, dan intensitas energi yang terkandung dalam bahan
bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
-
Bangunan
sebaiknya diarahkan menurut orientasi timur – barat dengan bagian utara/selatan
menerima cahaya alam tanpa kesulitan.
-
Kulit
(dinding dan atap) sebuah bangunan sesuai dengan tugasnya, harus melindungi
dirinya dari panas, angin dan hujan. Dinding bangunan harus member perlindungan
terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan
kebutuhan iklim ruang dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara
secara alami bias menghemat banyak energi.
-
Menghindari
kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan dan memanjakan system
konstruksi bangunan kering.
-
Menjamin
kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan
dan struktur bangunan.
-
Memperhatikan
bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturanharmonikal.
-
Menjamin
bahwa bangunan yang dirancang tidak menimbulkan masalah lingkungan dan
membutuhkan energi sedikit mungkin.
-
Menciptakan
bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni
(termasuk anak – anak, orang tua maupun orang cacat tubuh).
Pola
perancangan eko-arsitektur juga melingkupi perancangan struktur dan konstruksi
bangunan yang harus dapat memenuhi persoalan teknik dan persoalan estetika,
termasuk pembentukan ruang. Kualitas struktur didefenisikan sebagai:
-
Struktur
fungsional, menentukan dimensi geometris yang berhubungan dengan penggunaan
atau fungsi (kebutuhan ruang, ruang gerak, ruang sirkulasi dan sebagainya), dimensi
pengaturan ruang. Dimensi tentang fisiologis tentang kenyamanan, penyinaran dan
penyegaran udara. Dimensi teknis dengan beban lantai, instalasi listrik dan
sebagainya.
-
Struktur
lingkungan, meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi,
serta radiasi teritir dan kosmis) serta lingkungan buatan (bangunan, sirkulasi,
prasarana teknis dan radiasi buatan). Konteks social dan psikologis, sejarah,
kesediaan bahan baku, ekonomi dan waktu yang tersedia.
-
Struktur
bangunan, meliputi bahan bangunan, system penggunaannya dan teknik serta
konstruksi bangunan yang harus memenuhi tuntutan ekologis.
-
Struktur
bentuk, mengandung massa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan mengatur
ruang , bentuk ruang tersebut dapat didefenisikan oleh dinding pembatas, tiang,
lantai dan sebagainya serta bukan didnding.
Ekologi desain
bermaksud menggabungkan alam dan teknologi, menggunakan alam sebagai basis
desain, strategi konservasi, perbaikan lingkungan dan bias diterapkan pada
semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk banguna, lansekap,
pemukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam
perancangannya.
Perwujudan dari
eko-arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sangat erat
kaitannya dengan arsitektur hijau yang merupakan bagian dari arsitektur
berkelanjutan.
Bentuk
aplikasi ekologi arsitektur dalam bangunan
Rancangan
arsitektur merupakan media yang member dampak secara langsung terhadap
penggunaan lahan. Konsep desain yang dapat menimbulkan penggunaan energi
listrik, misalkan dapat digolongkan sebagai konsep sustenable dalam energi,
yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunaan sumber cahaya matahari
secara maksimal untuk penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk
kebutuhan domestic dan sebagaainya.
Sebagai konsep
arsitektural yang ramah lingkungan, dalam perwujudan eko-arsitektur dalam
bangunan, terbagi beberapa tingkat system operasional yang digunakan dalam
menggunakan energi bangunan dengan kategori sebagai berikut:
-
System
pasif
Tingkat konsumsi energi
paling rendah, tanpa ataupun minimal menggunkan peralatan ME (mekanikal
elektrikal) dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
-
System
hybrid
Sebagian tergantung dari energi
atau sebagian dibantu dengan menggunakan ME.
-
System
aktif
Seluruhnya menggunakan
peralatan ME yang bersumber dari energi yang Etidak dapat diperbaharui.
-
System
produktif
System yang dapat
mengadakan / membangkitkan energinya sendiri dari sumber daya yang dapat
diperbaharui, misalnya pada system sel surya maupun kolektor surya.
Berikut
beberapa system dan elemen terapan yang dapat diamplikasikan dalam bangunan
untuk mendukung konsep ekologi arsitektur:
1.
Optimalisasi
vegetasi
Unsure hujau yang
diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan
tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden , pemberian vegetasi rambat
pada dinding bangunan dan lain sebagainya.
2.
System
pencahayaan alami
Secara umum perletakan
jendela harus memperhatikan garis edar matahari, sisi utara dan selatan adalah
tempat potensi untuk perletakan jendela (bukaan), guna mendapatkan cahaya
alami. Sedangkan posisi timur dan barat pada jam – jam tertentu diperlukan
perlindungan terhadap radiasi matahari langsung. Untuk keperluan tersebut sudah
banyak program computer yang dapat membantu simulasi efek cahaya matahari
terhadap desain selubung bangunan.
Konsep desain fasade untuk
tujuan efesiensi energi tergantung dengan posisi geografis dan iklm setempat.
Permasalahannya bannyak bangunan di Indonesia yang meniru bangunan yang ada di
Eropa tanpa disesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim di Indonesia,
missal: jendela yang tanpa dilengkapai tabir surya (sun screen).
3.
Fasade
kaca pintar
Fasade kaca pintar
merupakan suatu konsep teknologi mutakhir dinding tirai kaca yang mempertemukan
kepentingan ekologi maupun ekonomi . ia mampu mengurangi pantulan panas
matahari dari bangunan kaca tinggi yang menyebabkan meningkatnya tempratur
lingkungan.
Fasade kaca pintar pada
umumnya adalah konstruksi dinding kaca ganda dengan rongga udara antara 35cm –
50cm antara kaca luar dengan kaca dalam. Selain itu juga pemasangan panel surya
di beberapa jendela bangunan.
4.
Penghalang
sinar matahari
Pengontrolan terhadap panas
karena sinar matahari dapat dilakukan dengan penggunaan solar shading yang akan
menghalau sinar matahari langsung masuk ke bangunan serta memberikan
pembayangan yang dapat mengurangi panas.
5.
Penerapan
pengontrol AC
VRV (variable refrigerant volume) yaitu suatu system pengontrol
kapasitas mesin AC dengan cara langsung mengatur laju aliran refrigerantinya di
dalam indoor unit, eletronik expansion valve yang dikendalikan oleh computer
akan mengubah laju aliran refrigerant secara terus menerus sebagai reaksi atas
terjadinya perubahan beban.
6.
Pemakaian
energi matahari
Photovoltaic adalah piranti
yang mampu mengubah energi sinar matahari secara langsung menjadi energi
listrik PV terdiri dari dua layer semi-konduktor yang memiliki karakteristik
elektrik yang berbeda, sehingga saat terkena sinar matahari terjadi beda
potensial di antara keduanya dan menimbulkan aliran listrik.
7.
Penghawaan
alami
Merupakan system
pengoptimalisasi penghawaan dengan metode mengalirkan udara yang terencana
dengan baik. Untuk Indonesia yang terletak di sekitar khatulistiwa dengan
kondisi iklim tropis lembab. System penghawaan yang baik adalah melalui
ventilasi silang baik secra horizontal maupun vertical, sehingga akumulasi
panas dan lembab di dalam ruang dapat dikendalikan.
No comments:
Post a Comment
Semoga Artikell Kami Bermanfaat,,,,,,,,,, Jagan Lupa Langganan dan Membagikan,,,,,,,,,!