BAB III
TINJAUAN SISTEM BANGUNAN
PINTAR
A. PANDANGAN
UMUM SISTEM BANGUNAN PINTAR
Perkembangan dunia bisnis saat ini sangat pesat, hal ini
ditandai dengan semakin banyaknya kebutuhan akan sebuah kantor sewa. Ini
disebabkan tuntutan yang berkembang akibat perkembangan ekonomi global,
manajemen yang lebih efisien dan efektif, tuntutan kenyamanan dalam bekerja,
pemanfaatan energi yang lebih efisien serta sistem keamanan tingkat tinggi.
Semakin banyak kegiatan bisnis yang terjadi, maka
permintaan akan sebuah kantor sewa yang memiliki kelengkapan fasilitas yang
canggih akan semakin banyak, terutama yang menunjang dalam metode pengolahan
data dan sistem informasi. Untuk itulah diperlukan sebuah gedung kantor sewa
yang sarat akan fasilitas dan kompetitif agar bangunan tersebut nantinya mampu
menampung sebagian besar aktifitasnya.
Perkembangan situasi dan pelayanan juga menuntut adanya
model / inovasi-inovasi baru dalam untuk menjarik penyewa (user) Tuntutan dasar
dari penyewa adalah adanya kelengkapan fasilitas, adanya kemudahan-kemudahan
dalam penggunaan serta biaya penyewaan yang murah dan kesemuanya ini harus
dipenuhi oleh pengelola (pemilik bangunan). Hal tersebut dimaksudkan agar mampu
untuk menunjang kegiatan usaha penyewa yang memiliki pasar yang besar / global.
Kemudahan penggunaan dan kelengkapan fasilitas merupakan solusi yang saat ini
banyak ditawarkan oleh para pengelola bangunan kantor sewa yang bisa disebut
dengan sistem otomasi bangunan yang terpadu atau disebut dengan sistem bangunan
pintar.[1]
Kemudahan yang dapat dijumpai dalam penerapan sistem
bangunan pintar pada sebuah kantor sewa adalah adanya sistem terpadu dan
komprehensif antara otomasi bangunan, otomasi perkantoran, sistem
telekomunikasi serta engineering
bangunan. Dasar dari perencanaan sistem bangunan pintar adalah untuk memberikan
fleksibilitas yang tinggi terhadap ruangan, pertukaran tempat bagi orang-orang
dalam gedung, memberikan prasarana yang menunjang aktifitas dalam bangunan,
memberikan prasarana yang dapat menunjang kegiatan informasi.
B. PENGERTIAN
KONSEP SISTEM BANGUNAN PINTAR
Sistem bangunan pintar bukanlah sebuah produk berupa
barang, melainkan suatu konsep pendekatan desain dengan memikirkan penggunaan
teknologi modern yang ada ataupun yang sedang berkembang dengan menerapkan
paduan yang komprehensif antara otomasi, komunikasi dan perencanaan lingkungan
yang baik agar tercipta gedung perkantoran yang representatif dan mampu
bersaing.[2]
Selain seluruh komponen bangunan dirancang agar fleksibel dan terpadu,
sistemnya pun diatur supaya benar-benar ekonomis, efektif dan efisien.
Hakekat desain bangunan, utamanya untuk sebuah kantor
sewa adalah efisiensi, efektifitas dan fleksibiltas yang tinggi. Sebuah kantor
sewa yang ingin menggunakan / menerapkan sistem bangunan pintar pada
bangunannya harus lebih dahulu mengetahui kebutuhan dari penyewa. Hal ini
sangat penting karena akan mempengaruhi cara menjalankan teknologi sesuai
dengan kemampuan SDM, baik untuk pengelola maupun untuk penyewanya. Untuk itu
yang perlu diperhatikan dalam mendesain bangunan yang menerapkan sistem
bangunan pintar adalah otomasi gedung, otomasi perkantoran, telekomunikasi,
prasarana pembangunan gedung, perencanaan lingkungan, serta penggunaan perabot
dalam desain interior.
C. TUJUAN
SISTEM BANGUNAN PINTAR
Tujuan utama dari penerapan sistem bangunan pintar bagi
penyewa adalah untuk meningkatkan kinerja dari perusahaan yang dengan sedikit
pembayaran yang agak mahal akan tetapi akan memperoleh kemudahan dalam
menjalankan kegiatan operasional serta
menunjang keberadaan perusahaannya. Efisien, efektif dan fleksibel adalah
tuntutan yang harus dimiliki sebuah perusahaan yang ingin berkembang dan maju
dengan pesat. Kinerja dari sebuah perusahaan akan terus meningkat apabila mampu
menerapkan efisiensi, efektifitas dan fleksibilitas yang tinggi di semua
bidang. Kemudahan yang diperoleh baik dalam sistem pengoperasian serta
penggunaan fasilitas yang disediakan akan meningkatakan keuntungan bagi
perusahaan yang menyewa.
Tujuan utama penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah
bangunan kantor sewa bagi pemilik bangunan / pengelola adalah untuk
memaksimalkan net benefit
(keuntungan) dari aktifitas bisnisnya melalui loyalitas penyewa yang telah ada
dan menjadi daya tarik terhadap pelanggan potensial guna memperluas pasar.
Dengan adanya penerapan sistem bangunan pintar pada
sebuah bangunan / gedung kantor sewa sebagai pendukung operasional bangunan,
maka kegiatan operasional gedung tersebut akan berubah menjadi lebih baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. Misalnya, biasanya ada beberapa alat yang
harus dioperasikan secara manual oleh beberapa tenaga operator, akan tetapi
dengan adanya penerapan sistem bangunan akan diubah menjadi otomasi sehingga
lebih mempermudah dalam sistem pengoperasiannya yang akan berdampak pada
pengurangan penggunaan sejumlah tenaga operator bangunan.
Adanya kemudahan-kemudahan dalam penggunaan fasilitas
sistem bangunan pintar pada sebuah gedung yang hampir semua peralatannya
merujuk pada penggunaan komputer, maka pengoperasian peralatan gedung tersebut
harus dilakukan secara teliti, hati-hati dan diperlukan kemampuan dan
pengalaman kerja yang cukup baik untuk tiap-tiap tingkatan dalam struktur
organisasi manajemen gedung.
D. PENDEKATAN
KONSEP SISTEM BANGUNAN PINTAR
Akhir abad 20 merupakan zaman dimana telah terjadi perkembangan
yang sangat pesat, termasuk pula negara-negara di berada Asia Tenggara seperti
Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Ini merupakan bentuk
dari kemajuan era informasi dan globalisasi yang banyak membawa perubahan dan
kemajuan-kemajuan yang berarti, juga terhadap perkembangan di dunia arsitektur.
Banyaknya gedung-gedung yang menjulang tinggi sebagai
bentuk ungkapan arsitektur terhadap kemajuan zaman banyak kita jumpai.
Rata-rata bangunan yang menjulang tinggi ini berfungsi sebagai kantor-kantor, baik berupa kantor
pemerintahan, maupun kantor swasta. Sesuai dengan iklim global saat ini yang
sarat akan persaingan, maka efisiensi, efektifitas dan fleksibilitas haruslah
dimiliki oleh sistem manajemen pada suatu gedung kantor sewa. Tuntutan tersebut
mau tidak mau harus dipenuhi karena akan menentukan kinerja akhir dari suatu
perusahaan yang menggunakan gedung tersebut.
Di Jepang, hampir 26 juta orang Jepang (50 % dari total
tenaga kerja yang ada) bekerja disebuah perkantoran, sedangkan di Amerika
Serikat, jumlahnya mencapai sekitar 77juta orang (70 % dari total pekerja).
Lebih dari itu, perusahaan-perusahaan terus berkembang sesuai dengan tingkat
investasi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat, antara tahun 1960–1970, tingkat produktivitas
industri di Amerika mencapai hingga 90 %, sedangkan tingkat produktivitas
kantor hanya 2 %. Di Jepang, tingkat produktivitas kantor agak lebih baik di
banding Amerika, yaitu 32 %, sedangkan tingkat produktivitas industrinya 65 %. [3]
Kondisi inilah yang mendorong timbulnya penerapan sistem
bangunan pintar yang diterapkan pada bidang-bidang : dari intelligent space menjadi intimate
space, dari sistem yang berkembang menjadi sistem layanan, dari skala
bangunan menjadi skala kota dan dari struktur hirarki menjadi jaringan
organisasi.
Di lain pihak, bahwa keinginan dari penyewa antara lain
mendapatkan kenyamanan termal agar bisa berkonsentrasi dalam bekerja, mendapat
perlindungan akan bahaya kebakaran, kejahatan, sehingga tuntutan akan sebuah
sistem keamanan yang terpadu juga patut dikedepankan. Sehingga untuk memenuhi
hal tersebut haruslah menggunakan peralatan yang beraneka ragam dan memadai
sehingga mampu meminimalkan kerusakan ataupun kegagalan dalam sistem
pengoperasiannya yang akan berdampak pada penekanan pemborosan biaya jam kerja
yang terbuang. Konsumsi energi yang banyak juga dapat ditimbulkan oleh
penggunaan bermacam-macam peralatan, oleh sebab itu perlu pengontrolan secara
otomatis untuk penggunaan alat-alat tersebut, diantaranya dapat menggunakan
Sistem Otomasi Bangunan (SOB) yang akan berkembang menjadi Sistem Bangunan
Pintar (SBP).
1. Sistem
Otomasi Bangunan
Sistem otomasi bangunan atau yang disebut dengan Building
Automation System (BAS) ini memberikan pengontrolan terhadap fungsi-fungsi yang
ada secara otomatis. Hal ini digunakan dalam upaya peningkatan efisiensi,
efektifitas penggunaan energi serta mendapatkan fleksibitas yang tinggi
terhadap penggunaan ruang-ruang yang ada. SOB ini terdiri atas sub-sub sistem
yang saling berintegrasi satu sama lain.
Fungsi dari SOB sendiri bisa dibagi menjadi empat, yaitu
: fungsi peringatan, manajemen energi, analisis kebutuhan dan pemakaian energi
serta bentuk laporan.
Secara garis besar, fungsi kontrol pada sistem otomasi
bangunan (SOB) :
1)
Peringatan
Berupa
alarm pemeliharaan, alarm kritis, alarm kebakaran dan keamanan
2)
Manajemen energi
Berupa
pengurangan beban, optimalisasi, reset
set point, start-stop schedule
3)
Analisis pemakaian energi
Berupa
analisis data latar belakang, trend-logging,
profil
4)
Model pelaporan
Berupa
laporan ringkasan, laporan berkala, laporan statistik, laporan pemeliharaan,
laporan kinerja, laporan perusahaan.
Kesemuanya itu merupakan bentuk dari kegunaan
peralatan-peralatan yang dikelompokkan menjadi sub-sub sistem dimana sub-sub
sistem ini memiliki sensor dan kontrol masing-masing sesuai dengan fungsi dan
tugasnya.
Sub-sub sistem itu dapat dibagi dalam empat bagian
diantaranya :
1)
Sub sistem pengkondisian udara
Sensor :
-
compressor (ciller) : suhu, tekanan, kelembaban, status
tenaga, flow udara.
-
Air Handling Unit (AHU) : suhu, tekanan kelembaban,
status tenaga, flow udara, posisi, waktu.
Kontrol : pompa,
kran (valve), tenaga, motor
compressor, damper, kipas, pompa air, alarm, laporan.
2)
Sub sistem pencahayaan
Sensor : ruang
matahari, tenaga / arus, saklar, tegangan, power, waktu.
Kontrol : relay,
lampu dim (dimmer), kisi-kisi jendela
(louver), laporan.
3)
Sub sistem kebakaran
Sensor : api,
panas, asap, tekanan air, pipa, suhu.
Kontrol : alarm,
damper (katup), lift, laporan, pompa air, sprinkler.
4)
Sub sistem keamanan
Sensor :
gerakan, tekanan udara, kamera, getaran, kartu pengenal.
Kontrol : alarm
(lampu), sirene, bel, kunci pintu, gambar, printer laporan, telpon.
Sub-sub sistem tersebut diantaranya memiliki keterkaitan
satu sama lain, misalnya :
Sistem card acces
pada sub sistem keamanan bisa digunakan untuk mengontrol absensi pegawai dan
marupakan akses ke daerah tertentu.
Pada waktu terjadi kebakaran pada sub sistem kebakaran, damper dan kipas pada sub sistem
pengolahan udara diatur tutup bukanya agar asap tidak masuk ke daerah yang
tidak ada api. Lift dikontrol agar
turun ke dasar dan tetap di sana.
Pada saat penambahan dan pengurangan beban non kritis,
beban dapat dihidupkan dan dimatikan termasuk mesin dan motor sub sistem
pengaturan udara.

Skema 1: Skema sistem
kontrol pada Sistem Otomasi Bangunan
Sumber : Sisrem Bangunan Pintar, edisi revisi hal 14
Kesemua sub sistem ini bekerja sama untuk mencapai tujuan
utamanya, yaitu memanfaatkan sumber daya gedung secara efisien efektif dan
optimal. Tujuan dari sistem otomasi bangunan adalah untuk menciptakan dan
menjaga “kondisi-kondisi lingkungan” sebagai target untuk mengontrol dari segi
ekonomi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan-kemudahan. [4]

keterangan
:
peningkatan fasilitas, unit serta
sistem
peningkatan kecenderungan akan
bencana dalam skala dan kuantitas
peningkatan populasi penghuni
peningkatan jumlah tenaga operator
peningkatan kesulitan dalam operasional
peningkatan dari kemungkinan adanya
kesalahan operasional
pengukuran yang lebih handal untuk
perbaikan dalam keadaan darurat
kemungkinan
penurunan pelayanan (service dropp)
Skema 2 : Tujuan dari Otomasi Bangunan
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 16
2. Sistem
Bangunan Pintar
Sistem bangunan pintar adalah bentuk perluasan dari
sistem otomasi bangunan. Ada beberapa pendapat mengenai SBP yang terus
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di Amarika serikat, Intelligent Building Institute
memberikan definisi bahwa sistem bangunan pintar adalah gedung yang memberikan
lingkungan produktif dan efektif melalui optimasi keempat unsur gedung, yaitu
bentuk, sistem pelayanan, manajemen dan keterkaitan diantara unsur tersebut.
Sedangkan, Intelligent Building in Europe
(IBE) mengatakan bahwa SBP muncul pada tahun1980 di Amerika Utara akibat
terjadinya deregulasi telekomunikasi. Pada waktu itu, bangunan pintar merupakan
sekumpulan teknologi inovatif yang diterapkan pada manajemen bangunan, otomasi
perkantoran dan komunikasi. Kemudian dengan bertambahnya waktu, definisi
bangunan pintar pun berkembang menjadi suatu kumpulan teknologi yang mampu
merespon perubahan organisasi.
Dalam penelitiannya, IBE menunjukkan bahwa bangunan
pintar berkembang melalui tiga tahapan integrasi :
Building
Automation System (BAS), kontrol keaman dan pelayanan sudah terpadu.
Integrated
Communication System (ICS), sistem komunikasi , otomasi perkantoran dan
manajemen bangunan sudah terpadu.
Computer
Integrated Building (CIB), semua sistem sudah terpadu seluruhnya.
Dalam penguraian definisi mengenai SBP yang dinyatakan
oleh IBE adalah “Tidak ada batas kepintaran yang harus dilalui oleh suatu
gedung untuk bisa lolos atau gagal. Tingkat kepintaran gedung yang optimal
adalah kemampuan gedung tersebut untuk menyediakan solusi bagi kebutuhan
pemakaian gedung secara efektif dalam hal biaya. Satu-satunya ciri yang harus
dimiliki oleh semua bangunan pintar adalah adanya suatu bentuk yang dirancang
untuk mengakomodasi perubahan dengan cara yang nyaman dan efektif dalam hal
biaya.”[5]
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk
yang dikatakan sistem bangunan pintar adalah bangunan yang memiliki nilai
efektif, efisien dan fleksibel terhadap perubahan, diantaranya :
Pengontrolan fungsi-fungsi gedung secara otomatis
Pemantauan terhadap semua fungsi, titik pantau, kontrol
serta kinerja maupun sistem.
Pengontrolan maupun pemantauan dilakukan secara intelligent.
Memberikan peringatan terhadap
kondisi kritis kepada operator
Menyajikan status yang mudah
dimengerti dan dipahami
Dapat melakukan perhitungan untuk
mencapai efisiensi dan hasil yang optimal
Dapat beradaptasi terhadap perubahan
kondisi lingkungan
Dapat membuat keputusan pengaturan
untuk mencapai obyektivitas yang dikehendaki.
Memeberikan laporan secara berkala
untuk keperluan manajemen dan administrasi.
Peristiwa penting (event)
Rangkuman
Analisis
statistik
Kemudahan dalam menggunakan
fasilitas komunikasi dan berinteraksi dengan operator baik dengan bahasa
ataupun dalam bentuk grafis
Bertindak sebagai expert system.
3. Aspek
Penting Dalam Sistem Bangunan Pintar
Penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah bangunan
muncul sebagai akibat meningkatnya kebutuhan manusia. Bila pemenuhan kebutuhan
dipenuhi, biasanya akan diikuti pula dengan penambahan penggunaan energi
(konsumsi energi). Padahal, pemenuhan kebutuhan itu sangat penting bagi
manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan menambah resiko
penggunaan energi yang berlebihan.
Menurut Forecast of
Annual Energy Hongkong Bank (1989), penggunaan konsumsi energi dalam Gedung
Hongkong Bank yang paling besar digunakan untuk konsumsi tata udara (air conditioning) sebesar 59%, diikuti
dengan oleh tata cahaya (lighting)
sebesar 21%, proses data elektronik sebesar 17% dan sisanya untuk kebutuhan
transportasi dan lain-lain. [6]

Gambar 15 : Grafik
konsumsi energi di Gedung Hongkong Bank
Sumber : Sistem
Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 24
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam mendesain
sebuah bangunan kantor sewa yang menerapkan sistem bangunan pintar adalah :
Arsitektur kontrol tersebar atau jaringan (distributed control system)
Unit lokal yang dapat berdiri sendiri demi efisiensi dan
keandalan sistem
Keandalan tinggi dengan komponen pendukung yang memenuhi
persyaratan
Perangkat lunak berdasarkan sistem operasi standar dengan
bahasa interaksi tingkat tinggi untuk medukung keberadaan operator
Penggunaan prinsip expert
system
Penggunaan peripheral
/ interface yang standar untuk printer,
terminal, modem, disk, dan sebagainya
Built in support untuk mengubah
atau menambah program aplikasi dan perubahan konfigurasi
Built in support perangkat lunak
untuk menguji atau mendiagnosa sistem
Built in support perangkat lunak
untuk simulasi program aplikasi
Elemen-elemen perencanaan penerapan sistem bangunan
pintar pada sebuah bangunan / gedung kantor sewa diantaranya :
Perencanaan kegiatan kantor
Semua kegiatan / aktifitas perkantoran yang dilakukan
harus disurvey terlebih dahulu kemudian dianalisis untuk mempertimbangkan
masalah-masalah yang akan timbul nantinya, diantaranya masalah
pengorganisasian, personalia dan perabot yang menggunakan sistem otomasi kantor
agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekarang ataupun yang akan datang.
Perencanaan komputer
Produktifitas dari nilai gedung dan aktifitas kantor
harus ditingkatkan oleh pengelola supaya tercipta manajemen dan pengontrolan
yang lebih baik.Beberapa peralatan / fasilitas dibuat untuk sistem penghematan
energi.
Perencanaan keamanan
Ketika otomasi dan komputerisasi kantor bertambah maju, upaya
untuk melindungi / menjaga peralatan dan rahasia kantor merupakan elemen yang
penting untuk merencanakan langkah-langkah konvensional terhadap pencegahan
bahaya kriminal dan pengamanan pintu. Program pengamanan terbaru juga
diperlukan dalam hal komunikasi, dan peralatan informasi mengenai gempa,
banjir, kebakaran, black outs, interference komunikasi, gangguan
elektromagnetik dsb.
Perencanaan lingkungan
Kemajuan pada kegiatan kantor secara otomatis akan
memperbaiki produktifitas bisnis, tetapi akan mengakibatkan efek psikologi atau
kelelahan fisik (physical fatigue)
terhadap pekerja karena tekanan pekerjaan (workforce).
Perencanaan konstruksi
Perencanaan konstruksi harus didesain berdasarkan
tingkat dan skala kebutuhan untuk
mencapai tingkatan kegiatan yang optimal

Skema 3 : Perencanaan lingkungan
bangunan pintar
Sumber : Sistem Bangunan Pintar,
edisi revisi, hal 47
Sedangkan pokok-pokok yang harus diperiksa dalam sebuah
desain konstruksi sistem bangunan pintar meliputi :
a)
Penggunaan fasilitas bersama
Penggunaan fasilitas bersama ini merupakan cara yang
paling tepat untuk menghemat serta memperbaiki produktifitas dan biaya ekonomi
kantor, penggunaan ini mencakup :
1)
Penggunaan ruang bersama, yaitu temapt parkir, meja
resepsinis, ruang gambar, ruang konferensi, ruang pameran, kantin, fasilitas
kesejahteraan, ruang akomodasi dll.
2)
Penggunaan bersama untuk fungsi-fungsi komunikasi,
seperti ruang tivi (conference) dan
peralatan satcom (satelite communication).
3)
Penggunaan bersama untuk sistem komputerisasi, misalnya
pada CPU, memory, device, dan program.
4)
Penggunaan bersama-sama data-data, seperti internal data base tentang konstruksi
bangunan, internal data base terminal
instalasi, dan external data base
terminal instalasi.

Skema
4 : Bagan
pola penggunaan bersama dalam sebuah kantor sewa
Sumber
: Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 48
b)
Fleksibilitas
Yang perlu diperhatikan dalam desain perkantoran sewa
bila ditinjau dari segi aktifitasnya adalah keberadaan fleksibilitas pada bangunan tersebut, baik
terhadap ruang, modulasi, perabot maupun peralatan yang digunakan, diantaranya
:
1)
Perencanaan tempat, yaitu menyesuaikan perubahan penyewa,
baik berupa penggunaan kolom-kolom ruang menjadi lebar, perubahan tinggi
langit-langit (ceiling) sesuai dengan
permintaan.
2)
Sekatan / partisi, menyangkut keberadaan fleksibilitas
perubahan tata ruang (lay out) yang
mudah dimodifikasi, perubahan perletakan perabot kantor yang digunakan dengan
sekatan yang rendah sesuai dengan unit / modul terkecil.
3)
Perabotan, menyangkut perabotan yang mudah bergerak sama casters dan mudah untuk ditukar-tukar (interchangeability).
4)
Tata udara (AC), cahaya / lampu, tombol (switch), bisa digunakan untuk mengontrol
secara individual, bisa menyesuaikan perubahan dari remote control ataupun yang lainnya.
5)
Sumber tenaga, yaitu meliputi penyesuaian bila terjadi
perubahan berupa penambahan atau pergantian peralatan, sekuriti untuk
ruang-ruang yang akan datang, dan perpustakaan dari segmen pemakai.
6)
Saluran komunikasi, yaitu menyesuaikan untuk relokasi
peralatan dan proses pengkabelan.
c)
Kreasi untuk lingkungan yang baik
Kreasi lingkungan yang baik timbul akibat efek kelelahan
psikologis tenaga kerja (psychological
fatigue) / kejenuhan yang sering terjadi di sebuah kantor sewa. Keberadaan
kreasi suasana lingkungan yang baik mencakup :
§ Suasana
kebisingan seperti suasana kantor yang tidak tenang, noise remedis (bersuara), dan menghalangi, insulasi serta absorpsi
dari suara-suara tertentu.
§ Suasana (visual) seperti suasana yang membuat
mata lelah, suasana yang segar (refreshing),
perencanaan cahaya (lighting),
perencanaan penghijauan, perencanaan warna, perencanaan tekstur, vista, dan
fasilitas istirahat.
§ Suasana suhu,
seperti suasana yang nyaman, proses pemanasan dari peralatan, perencanaan tata
udara (AC), serta perencanaan konsumsi dan penghematan energi.
§ Pemeliharaan,
meliputi upaya agar lingkungan lebih praktis dan tenang, pembuangan samapah dan
pengukuran lingkungan.
§ Pada AC yang
memakai sistem VAV, pengaturan suhu individual dapat dilakukan dengan
menggunakan telepon.
d)
Keamanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam unsur keamanan pada
kantor sewa diantaranya :
Peralatan sistem keamanan, seperti perlindungan dari
gempa bumi (shakeproofness dari
peralatan secondary components),
perlindungan dari kebakaran (fireproofness
daya tahan untuk kebakaran, fire
extinguisher, dan fire alarm),
perlindungan dari kebanjiran, perlindungan dari kegelapan (back-up system), perlindungan dari gangguan komunikasi (interference) dengan sistem komunikasi (doubling), perlindungan dari gangguan
elektromagnetik (menghindari elctric
charging), dan perlindungan dari erroneous operation (alat fire-save).
Rahasia kantor, berupa perlindungan dari intruder
(pengontrolan pintu masuk / keluar) dengan menggunakan kode, perlindungan dari
saluran telepon (interference) dan
perlindungan dari computer hack
dengan memakai kode.
Keamanan gedung mencakup upaya menghalangi bencana,
menghalangi niat-niat kejahatan, manajemen gedung dalam penanganan kondisi
darurat dan pengontrolan jadwal.
4. Pelayanan Kontrol Bangunan Pintar
Untuk sebuah bangunan gedung pintar yang memiliki penyewa
lebih dari satu (multi-tenant), harus
memiliki pengontrolan ruangan baik pada tiap ruangan maupun pada luasan ruangan
tertentu. Selain itu diperlukan pula system layanan control professional atau
disebut juga Shared Tenant Service
(STS).
Pemilik gedung atau penyewa dapat dinilai dari STS
sebagai berikut :
a.
Pemilik gedung
1)
Harga jual gedung lebih tinggi
2)
Perbedaan di antara gedung dengan gedung lainnya
3)
Mudah dalam mencari penyewa
4)
Harga sewa yang lebih tinggi / mahal
b.
Penyewa
1)
Biaya komunikasi informasi lebih murah
2)
Ruangan akan dipergunakan seefektif mungkin
3)
Biaya untuk gedung bisa dikurangi karena bergabung
4)
Otomasi kantor telah dipromosi
5)
Biaya pmeliharaan lebih mudah
Tabel 2
: Pelayanan Bangunan Pintar [7]
Jenis pelayanan
|
Pelayanan STS
|
Kontrol Bangunan
Konvensional
|
Dilakukan Penyewa
Individual
|
|
Pelayanan Komunikasi :
|
||||
- Telepon (fax)
|
PBX
|
O
|
/
|
*
|
- Surat
|
Perlengkapan surat
|
O
|
/
|
*
|
- Akses jaringan ke luar
|
O
|
/
|
*
|
|
- Ruang televsisi
|
O
|
X
|
*
|
|
Pelayanan Informasi :
|
||||
-Pelayanan software
|
CPU-LAN
|
O
|
X
|
*
|
-Pelayanan kalkulasi
|
CPU-LAN
|
O
|
X
|
*
|
-Akses VAN
|
O
|
X
|
*
|
|
Akses database
|
O
|
X
|
*
|
|
Pelayanan Kantor :
|
||||
-Kontrol fasilitas bersama
|
O
|
/
|
-
|
|
-Rental alat otomasi
|
O
|
/
|
-
|
|
-Alat copy
|
O
|
/
|
O
|
|
-Pelayanan bisnis
|
O
|
X
|
-
|
|
-Pasokan stasionari
|
O
|
/
|
-
|
|
-Carrie green
|
O
|
/
|
-
|
|
Pelayanan Kontrol Bangunan:
|
||||
-Operasi alat bangunan
|
O
|
*
|
*
|
|
-Keamanan
|
O
|
*
|
/
|
|
-Kontrol lingkungan dan kebersihan
|
O
|
*
|
*
|
Perencanaan sebuah gedung yang akan dibangun atau gedung
lama yang diperbaiki dapat dipromosikan sebagai bangunan / gedung pintar di
masa depan. Kriteria untuk rekomendasi agar gedung tersebut dapat dipromosikan
sebagai gedung pintar adalah sebagai berikut :
a.
Obyektif
Seperti
informasi / eksaminasi dari rekomendasi syarat pinjaman bank.
b.
Sasaran bisnis atau bangunan
Apabila
gedung telah dibangun / direnovasi, maka harus dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
1)
Standar 1, fasilitas komunikasi informasi yang canggih
harus diperkenalkan.
2)
Standar 2, seperti tata udara (AC), peralatan
lampu-lampu, penghemat energi, dan lingkungan yang menyenangkan.
3)
Standar 3, semua kejadian harus dipertimbangkan
4)
Standar 4, bangunan harus bisa digabungkan memakai
komunikasi informasi yang canggih
5. Fungsi Pengontrolan
Fungsi pengontrolan pada sebuah gedung yang menggunakan
sistem bangunan pintar meliputi beberapa aspek, diantaranya :
a.
Untuk fasilitas tata udara (AC), mencakup pengontrolan
pemanasan (warming-up), menghidupkan
dan mematikan, pemasukan udara bersih (fresh
air inlet), jumlah kipas angin (fun
number), temperatur ruangan, dan pengontrolan pemanasan (heat recovery operation).
b.
Untuk fasilitas plumbing dan sanitasi mencakup
pengontrolan temperatur suplai air panas (hot
water supply), daftar program penghemat air (water saving), dan pengontrolan pemakaian panas solar (solar
heat).
c.
Untuk fasilitas cahaya (lampu), mencakup pengontrolan
cahaya (on/off schedule), terang atau
silaunya cahaya, dan pengontrolan cahaya dari jendela (window lighting).
d.
Untuk fasilitas listrik, mencakup pengontrolan daya
listrik pada saat jam-jam sibuk (electric power peak out), daya yang reaktif (reactive power) dan faktor beban daya (load power).
e.
Untuk fasilitas lift, mencakup pengontrolan nomor lift
dan kontrol terhadap rangkaian lift (sequental
control).
Sedangkan untuk fungsi pengontrolan penghematan tenaga (power saving) dilakukan pada :
a.
Pengontrolan terhadap kuantitas pemakaian air, gas dan
daya listrik.
b.
Pengontrolan tentang cara-cara pemeliharaan (maintenance).
c.
Pengontrolan terhadap ruang-ruang yang tidak diantur
pemakaiannya.
d.
Sistem manusia-mesin (man
machine).
Pada saat keadaan bahaya, baik berupa adanya bencana
maupun karena tindakan kriminal, yang perlu diperhatikan dalam fungsi
pengontrolan adalah :
Fasilitas pencegahan terhadap tindakan kriminal
diantaranya meliputi : pengontrolan pintu masuk dan keluar, penggunaan
jendela-jendela pada besaran-besaran tertentu, sistem kunci baik berupa manual
maupun otomatis, pengontrolan terhadap pemakaian ruangan-ruangan.
Fasilitas pencegah bahaya / bencana diantaranya adalah :
pengontrolan terhadap gas buangan (exhaust
gas), pengontrolan terhadap jalan keluar darurat, penggunaan lift darurat
ataupun reguler (emergency exit),
tata cara evakuasi penghuni bangunan (user).
Pengontrolan fungsi-fungsi abnormal, sistem informasi
dalam gedung dsb.
E. SISTEM PENDUKUNG SISTEM BANGUNAN PINTAR
Suatu sistem bangunan pinatr memiliki empat komponen yang
penting, yaitu sistem otomasi perkantoran (Office
Automation System / OAS), sistem otomasi bangunan (Building Automation System / BAS), fasilitas telekomunikasi dan
enjiniring bangunan (Building Engineering)
yang terdiri atas arsitektur bangunan (building
architecture), lingkungan bangunan (building
enviroment), struktur bangunan (building
structure).
1. Sistem Otomasi Perkantoran
Gedung pintar dirancang untuk menampung otomasi
komunikasi yang canggih, yang sistemnya disebut Broadband Local Area Network (Broadband
LAN), dan juga dipasang Sistem Manajemen Informasi / Management Information System (MIS). Keuntungan dari penggunaan LAN
dan MIS ini adalah :
Setiap orang dapat menggunakan PC atau terminal yang
dapat mudah berhubungan dengan mainframe.
Printer diletakkan dimana saja.
PC dapat berhubungan satu sama lainnya.
Dalam operasi perkantoran internasional modern fasilitas audiovisual canggih pada semua ruang
utama bisa digunakan dengan mengintegrasikan sistem secara langsung pada LAN
dan memiliki kemampuan yang sudah terpasang didalamnya, sehingga dapat
meningkatkan kecanggihan dicision room
bila diperlukan.

Gambar 16 : Otomasi pada perkantoran
Sumber : Sistem Bangunan Pintar,
edisi revisi, hal 76
2. Jaringan Komputer Lokal
LAN dapat dirancang dengan bermacam-macam teknologi dan
disusun dengan konfigurasi berbeda. Alasan pemilihan penggunaan fasilitas LAN
dikarenakan :
Untuk mengambil keuntungan dari pembagian fungsi
komputasi karena adanya beberapa komputer yang mengerjakan tugas yang
berbeda-beda.
Untuk menghubungkan sejumlah komputer yang berbeda dalam
satu atau beberapa gedung yang berdekatan sehingga mampu digunakan untuk
berkomunikasi dalam suatu jaringan lokal.

tipe star

tipe ring

tipe bus
Gambar 17 : Bagan
tipologi star, ring dan bus
Sumber : Sistem
Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 79-81
Fasilitas penggunaan jaringan LAN dapat dibagi kedalam 3
cara, yaitu :
Menurut media transmisi yang digunakan yang dipengaruhi
oleh bandwith,
konektivitas, luas wilayah cakupan, noise
immunity, keamanan (security).
Menurut tipilogi jaringan yang dibagi atas tipologi star,
tipologi ring, tipologi bus.
Menurut model transmisinya
3. Sistem Pengkondisian Udara
Bangunan yang menggunakan penerapan sistem bangunan
pintar memiliki sistem manajemen energi yang canggih untuk mencapai tingkat
kenyamanan dan efisiensi kerja. Ketika
memikirkan masalah lingkungan ruangan dari sebuah gedung pintar, pekerjaan tata
udara (AC) menjadi hal yang paling penting. Menurut hasil sebuah survey,
kondisi aktual 70% dari Visual Data
Terminal (VDT) operator mengatakan bahwa mereka memiliki maslah dengan sistem
tata udar (AC), anatara lain mengenai pengaturan suhu, kelembaban, debu, aliran
udara dan bau.[8]
Tabel 3 : Masalah kondisi udara
No
|
Keseluruhan (%)
|
Laki-laki (%)
|
Perempuan (%)
|
1
|
Terlalu kering (23,8)
|
Terlalu berasap (18,0)
|
Terlalu kering (32,8)
|
2
|
Terlalu berasap (22,6)
|
Terlalu berdebu (17,8)
|
Terlalu berasap (30,2)
|
3
|
Terlalu berdebu (20,3)
|
Terlalu kering (17,7)
|
Terlalu berdebu (24,6)
|
4
|
Terlalu berangin (16,4)
|
Pendingin tidak efektif (12,5)
|
Terlalu berangi (24,1)
|
5
|
Terlalu dingin (13,2)
|
Terlalu berangi (11,8)
|
Terlalu dingin (19,6)
|
No
|
Keseluruhan (%)
|
Laki-laki (%)
|
Perempuan (%)
|
6
|
Radiasi panas dari peralatan (4,3)
|
Radiasi panas dari peralatan (9,0)
|
Radiasi panas dari peralatan (9,7)
|
7
|
Pemanasan tidak efektif (7,0)
|
Pemanasan tidak efektif (5,3)
|
Pemanasan tidak efektif (9,9)
|
8
|
Terlalu panas (6,3)
|
Terlalu panas (4,9)
|
Terlalu panas (8,8)
|
9
|
Terlalu bau (4,7)
|
Terlalu bau (3,5)
|
Terlalu bau (6,7)
|
10
|
Kelembaban tinggi (1,9)
|
Kelembaban tinggi (2,1)
|
Kelembaban tinggi (0,6)
|
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 84
Alasan yang dakibatkan kondisi ini adalah karena
kebanyakan para pekerja hanya duduk di satu tempat yang posisinya sama dan juga
dikarenakan banyaknya partisi sehingga aliran udara menjadi tidak baik dan
temperatur ruangan dekat peralatan lebih tinggi akibat dari radiation heat (radiasi panas).
Berdasarkan penelitian bangunan pintar di Amerika Serikat, kisaran temperatur yang optimal untuk
peralatan otomasi perkantoran adalah 17 – 280C, sedangkan kelembaban
yang optimal adalah 40-70%, sedangkan temperatur lingkungan ruangan 72 - 75oF
atau 22 - 24oC.
Beberapa bentuk spesifikasi sistem tata udara (AC) yang
diperlukan dalam penerapan sistem bangunan pintar adalah sebagai berikut :
ü Fleksibilitas,
yang berhubungan dengan heat generation yang akan menaikkan beban biaya serta
sistem on-off.
ü Individualitas,
yang tergantung pada cara pemakaian AC secara personal bagi masing-masing
penyewa.
ü Pengukuran
pendinginan yang simultan dan bebas panas dan adanya zonifikasi tata udar.
ü Waktu pengukuran
tata udara selama 24 jam
ü Keandalan,
keamanan, dan kemudahan pemeliharaan
ü Kelembaban,
dimana kelembaban ruangan harus diatur dalam standar kenyamanan.
ü Saringan
(filter), yang akan mempengaruhi produk ozon,
yang dihasilkan dari sebuah ducting yang pendek, dimana ozon akan mengakibatkan keruskan pada peralatan.

Gambar 18 : Heat Exchange Unit (HEU) untuk konservasi energi
Sumber : Sistem
Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 87
§ Angin
Kondisi udara yang masuk pada suatu bangunan sesuai
dengan aspek kesehatan dan kenyamanan biasanya bertolak belakang dengan
keberadaan penggunaan konsep hemat energi. Banyaknya udara yang dibutuhkan pada
suatu ruangan biasanya tergantung pada luas ruangan, jenis material yang berada
pada ruangan, jumlah ventilasi, arah ventilasi dsb dimana untuk upaya
penghematan energi dalam rangka proses pendinginan ruangan perlu perancangan
yang matang.
Untuk menjaga agar kondisi udara dalam bangunan tetap
seperti yang diinginkan, maka sistem tata udara yang berada di ruangan harus
diatur secara tepat dalam sebuah zona-zona pembagian yang mudah dikontrol
sehingga dapat mencegah fluktuasi beban dalam ruangan. Hal ini telah diatur
dalam sebuah standar mengenai sistem peralatan, sistem kontrol, sistem
pemipaan, kriteria rancang sebuah sistem, sistem distribusi udara dsb.[9]
Tabel 4
: Pergantian udara bersih dalam ruangan [10]
Jenis
|
Arus udara bersih M3 per menit per orang
|
Volume ruangan M3 per orang
|
Kantor kecil
|
0,8
|
30
|
Kantor besar
|
0,4
|
15-20
|
Kamar mandi dan ruangan berrmain
|
0,8
0,4
|
12-15
12-14
|
Ruko kecil
|
0,6
|
8,5-12
|
Ruko besar
|
0,7
|
5,5-7
|
Ruangan rapat / perundingan
|
0,7
|
8,5-12
|
Restoran besar
|
0,8
|
5,5-7
|
Restoran kecil
|
1,2
|
3,5-5
|
Night club / bar / grill
|
0,4
|
5,5-8,5
|
Teater dan ruang pertunjukan
|
0,8
|
5,5-7
|
Sekolah untuk anak-anak
|
0,6
|
5,5-7
|
Sekolah untuk dewasa
|
1,2 ke atas
|
30 keatas
|
Rumah sakit kamar bedah
|
0,7
|
21 ke atas
|
Kamar pribadi
|
0,8
|
10,5-14
|
Kamar perawatan
|
0,9
|
5,5-8,5
|
Pengaturan udara dalam sebuah bangunan harus sesuai
dengan kebutuhan agar tercipta rasa nyaman, aman agar tidak menimbulkan sick building sindrom.[11]
Sick building sindrom adalah sebuah bentuk gangguan kesehatan / ketidaknormalan
yang diderita oleh penghuni ataupun pekerja dalam sebuah gedung, hal ini
biasanya ditimbulkan oleh AC sentral, terjadi fluktuasi kelembaban udara yang
rendah, ataupun yang diakibatkan oleh konstruksi gedung yang kurang memenuhi
persyaratan.
Kondisi yang menyebabkan terjadinya sick building sidrom
diantaranya :
a.
Kebisingan yang diakibatkan oleh sumber bising , misalnya
arus lalu lintas, frekuensi ventilator ataupun yang lainnya.
b.
Pengaturan suhu ruangan yang tidak tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan manusia, misalnya : terlalu dingin, ataupun terlalu panas.
c.
Kecepatan udara yang terlalu tinggi (>0,5 m/det.)
d.
Limbah mikrobiologis yang diakibatkan oleh penggunaan
campuran zat kimia pada konstruksi bangunan.
e.
Udara yang tidak sedap akibat kebocoran pada sistem
pendinginan udara ataupun pada sistem utilitas akibat tidak memenuhi
persyaratan teknis pekerjaan.
Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya penyakit-penyakit
yang spesifik, misalnya iritasi kulit, mata, sesak nafas, masuk angin, batuk,
rematik, sakit kepala, mati rasa dan sebagainya. Hal ini diperkuat dengan opini
yang dikemukakan oleh seorang dokter yaitu dr. Tjandra Yoga Aditama yang
mengatakan bahwa keluhan yang diderita para pasiennya berupa batuk kering,
sakit kepala, iritasi pada mata, hidung dll disebabkan pada gedung yang tidak
diperhitungkan secara cermat.
Berdasarkan penelitian NIOSH (The National Institude for Occupational Safety and Health) sebuah
lembaga yang berkompeten pada bidang kesehatan menjelaskan bahwa ada beberapa
sumber utama pencemaran udara dalam gedung diantaranya : pencemaran alat-alat
gedung (17%), gangguan ventilasi (52%), pencemaran dari luar gedung (11%),
pencemaran mikroba (5%) dan sumber yang tidak diketahui (12%).
Sebuah lembaga yang berkompeten dibidang lingkungan, EPA
(Environmental Protection Agency)
mengungkapkan pula bahwa polusi udara yang berada di dalam ruangan lebih berat
ketimbang yang berada di luar ruangan, hal ini tidaklah mengagetkan oleh karena
di dalam ruangan terdapat zat pembuangan benzene-bahan
kimia penyebab leukimia yang berasal dari dari bahan bakar, asap rokok, ataupun
AC yang tidak pernah dicuci dan tidak diberi disinfektan.
Dari hasil pengamatan, terungkap bahwa 36% disebabkan
oleh gasoline seperti produk-produk
lem, 45% berasal dari asap rokok, 16% berasal dari sumber lain dan hanya 3 %
berasal dari polusi industri.
Untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh efek
samping dari penggunaan sistem pada bangunan, dapat diupayakan dengan
penggunaan vegetasi sebagai filter udara diantaranya : palem kuning, karet
kebo, palem bambu, palem funiiks, paku sepat, waregu, dracena deremensis,
hedera helix, ficus maclellandi dan spatilhum
speciosum. Menurut Dr. Wolverton, dalam bukunya How to Grow Fresh Air, tanaman-tanaman ini dapat menyaring dan
menyerap secara alamiah bahan formalin (pembasmi kuman), tri kloroetilin (pelarut tinta dan cat), bensen (pembersih noda)
antara 40 – 80%. Untuk di Indonesia, menurut dr. Tjandra bahwa sumber polusi
utama yang berada di dalam sebuah ruangan adalah polusi asap rokok.[12]
4. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada sebuah perkantoran sewa yang
menerapkan sistem bangunan pintar juga diatur dengan cara yang sama dengan
sistem pengkondisian udara. Setiap lantai memiliki sejumlah sirkuit dengan
beberapa pola pencahayaan yang diatur secara individual. Sistem Digital Operated Switches (DOS) dapat
mengatur pencahayaan dimalam hari. Penggunaan tombol pada sistem saklar DOS
memungkinkan untuk mengatur cahaya sesuai dengan jam kerja mereka. Sensor
pencahayaan alami siang hari (daylight
sensor) dapat mengatur pencahayaan suatu ruangan dengan cara mematikan
pencahayaan secara bertahap.
Untuk perencanaan pencahayaan pada otomasi perkantoran
meliputi :
§ Kondisi lampu
yang diperlukan disesuaikan dengan luas ruangan, dan fungsi ruangan.
§ Jenis lampu yang
dipakai untuk sistem penerangan (pencahayaan), yang bersinar terang, atau agak
gelap dengan menggunakan energi seminimal mungkin.
§ Pemilihan perabot
yang digunakan pada sebuah ruangan, disesuaikan dengan yang dinginkan, apakah
yang akan memantulkan cahaya ataupun yang menyerap cahaya.
Penggunaan lampu wall washer pada gambar menambah
pencahayaan, akibat kurangnya pencahayaan yang dihasilkan oleh lampu TL. Selain
sebagai penambah sumber penerangan, lampu wall washer juga memberikan /
menciptakan kesan ruangan yang soft dan moderat.

Gambar 19 : Penerangan dengan Wall
Washer dalam sebuah ruang rapat.
Sumber : Sistem
Bangunan Pintar, edisi revisi, 101
§ Matahari
Bangunan-bangunan yang ada, utamanya bangunan tinggi
(highrise building) menggunakan dua sistem untuk pemanfaatan sinar matahari
yaitu : active solar system dan passive solar system.
Yang dimaksud dengan penggunaaan sistem surya aktif
adalah suatu bentuk teknologi yang memanfaatkan energi matahari / surya yang
mengkonversikan dari energi cahaya matahari menjadi energi panas dengan bantuan
peralatan. Bertujuan untuk pemanasan ataupun pendinginan ruang, sebagai sumber
penerangan, digunakan untuk tenaga penggerak alat-alat elektronik, ataupun
berfungsi sebagai pemanas air lokal (dalam bangunan).
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem surya pasif adalah pemanfatan energi matahari / surya
dengan cara tanpa atau menggunakan bantuan peralatan seminimal mungkin. Jadi
peran seorang arsitek dalam mendesain bangunan sangat besar, utamanya dalam
pengaturan dan pemilihan elemen-elemen arsitektur seperti penggunaan lantai,
pemilihan material atap, dinding, langit-langit, cat pada bangunan ataupun yang
aksesoris bangunan lainnya.
Pada sistem surya aktif, pengumpulan sinar matahari /
surya menggunakan peralatan yang disebut kolektor surya. Alat ini berfungsi
untuk mengubah radiasi matahari (secara langsung maupun difus) menjadi energi
listrik ataupun panas terpakai melalui proses absorpsi pada permukaan material. Pada sistem non elektrikal,
energi panas / termal yang telah diserap ditransmisikan ke media penghantar
panas sedangkan pada sistem elektrikal energi panas / termal tersebut
ditrasmisikan melaui sebuah kristal yang terbuat dari silikon yang berfungsi sebagai konduktor ataupun isolator dengan
ditambahkan unsur lain melalui proses penyuntikan (doping).[13]

Gambar 20 : bangunan sebuah kantor yang menggunakan
teknologi pemanfaatan energi berdasarkan pada faktor alam.
Sumber : Eco Architecture, hal 76
keterangan :
passive measures
1. TIM fasade
2. passive solar utilization / evaporative cooling in
water garden (plans)
3. natural ventilation
4. natural lighting (daylight quotion)
5. cooling load reduction (support ventilation)
6. air well
7. planted roof surface
8. rainwater utilatizion (grey water)
active measures
9. photovoltaic unit
10. solar collectors
11. absorber surface
12. winds generators
13. low temperatur heating
14. cooling towers
15. chilled ceiling
16. chiller as heat pump (HP)
17. arbsorption installation
18. combined heat and power (CHP)
19. filter installationfor surface or groundwater heating
20. ice water storage
21. heat accumulator
22. aquifer storage (HP operated)
Kedua sistem ini dapat digunakan pada satu bangunan
dengan cara menggunakan / pemilihan material sesuai dengan karakter sistem
tersebut, unsur peneduh bangunan terhadap radiasi matahari, orientasi
bangunan, pengkondisian ruang, banik berupa
ventilasi alami ataupun pada sistem pengaturan pencahayaan alami.
Beban pendinginan (cooling
load) dan tata cahaya dalam bangunan adalah salah satu pengguna utama
energi pada sebuah bangunan. Oleh karenanya, instalasi tata cahaya harus
didesain sedemkian rupa untuk menghasilkan tingkat pencahayaan sesuai dengan
yang dikehendaki namun dengan penggunaan energi seminimal mungkin. Hal ini
dapat dicapai dengan memasang batas beban daya pencahayaan dan menggunakan
sinar matahari seooptimal mungkin untuk mendukung pencahayaan pada bangunan di
siang hari.
Penggunaan saklar pada sebuah bangunan adalah mutlak
keberadaannya oleh karena sakelar berfungsi untuk mematikan sumber energi
pencahayaan buatan secara otomatis dimana hal ini bertujuan selain dari segi
ekonomis juga untuk penghematan energi yang terpakai. Standar konservasi energi
tentang persyaratan sakelar pada instalasi pencahayaan buatan adalah sebagai
berikut :
a.
setiap pemasangan partisi ulang yang membentuk ruang
harus dilengkapi minimal satu sakelar on-off.
b.
daerah dengan luas 30 m2 harus dilengkapi satu sakelar
c.
pencahayaaan luar bangunan dengan waktu operasi tidak 24
jam terus-menerus harus dikendalikan secara otomatis oleh timer, photocell atau
gabungan keduanya, misalnya : lampu penerangan jalan.
d.
Daerah alami yang telah didesain harus dilengkapi dengan
sakelar pengendali otomatis yang menghidupkan dan mematikan armateur sesuai
dengan tingkat pencahayaan yang telah dirancang. [14]
§ Bukaan
Hakekat dari manusia tinggal disebuah rumah ataupun
bangunan yang lain adalah untuk mencari kenyamanan, kenikmatan, kehangatan,
terlindungi dari hujan dan matahari. Rasa tidak ataupun kurang nyaman, biasanya
ditimbulkan sebagai akibat terlalu sedikit ruang gerak, rasa panas akibat
terlalu sedikit bukaan untuk sirkulasi udara, oleh karenanya perlu pemikiran
secara universal tentang perlunya kenyamanan bagi seorang penghuni. Untuk
daerah tropis seperti negara Indonesia, bukaan-bukaan ini diwujudkan pada
jendela, lubang angin ataupun bentuk sirkukasi udara yang lainnya.[15]


Gambar 21 : Tipe
bukaan pada sebuah bangunan yang dengan mempertimbangkan sinar matahari
Sumber : Eco Architecture, hal 24
Seiring dengan kemajuan teknologi dibidang arsitektur,
utamanya bentuk-bentuk aplikasi teknologi tepat guna, maka sekarang dapat kita
jumpai penggunaan pintu secara otomatis pengoperasiannya. Bukan hanya dari segi
kemudahan pengoperasian, tetapi orang sekarang cenderung memikirkan bagaimana
mendapatken sebuah pintu yang mudah pengoperasiaannya, mudah perawatannya,
murah dalam pembeliannya dan mampu menghemat energi.
Beberapa pintu otomatis diantaranya sliding door (telescopic
dan curved) yang memiliki satu atau
dua daun pintu dari kiri ke kanan atau sebaliknya, folding door yang memiliki empat daun pintu yang terbuka secara
melipat, swing door yang memiliki
satu atau dua daun pintu yang terbuka secara swing, sliding gate yang
pintunya terbuka dari kiri ke kanan atau sebaliknya serta revolving door yang berbentuk lingkaran yang memiliki dua atau tiga
atau empat daun pintu.
Perlengkapan pintu otomatis menggunakan tenaga motor
penggerak dan unit kontrol sebagai otak yag berfungsi untuk mengatur seluruh
kerja motor. Untuk mengontrol unit ini rata-rata telah menggunakan microprocessor. Connection
unit digunakan sebagai tempat kabel, dan beberapa aksesoris lainnya diantaranya
manual opening device, switch key,
radar motion detector dll. Manual opening device adalah perlengkapan
untuk membuka pintu secara manual apabila listrik utama padam dan emergency
opening unit tidak berfungsi.[16]
Dengan penggunaan sistem pintu otomatis diharapkan mampu
untuk mengurangi dan mengendalikan penggunaan energi secara fleksibel, efisien
dan efektif.
Penggunaan sistem pintu otomatis pada bangunan ini bisa
pula dihubungkan dengan sistem alarm kebakaran atau sistem detektor asap / api
pada intensitas tertentu sehingga apabila terjadi kebakaran maka secara
otomatis pintu akan membuka untuk jalur penyelamatan.
Untuk perlengkapan sistem keamanan bangunan antara lain :
auto reserve system yang apabila
terdapat sesuatu halangan berada diantara
pintu maka pintu akan terbuka kembali, emergency opening unit adalah
perlengkapan batterey yang berfungsi
untuk membuka pintu pada saat listrik utama padam.
§ Sunshading
Efek panas yang ditimbulkan oleh kalor yang dihasilkan
bangunan pada sekitar bangunan atau yang lebih dikenal dengan selubung bangunan
(building envelope) akan meningkatkan
penggunaan energi yang digunakan sistem tata udara sehingga menimbulkan
pemborosan energi. Oleh karenanya, untuk menekan penggunaan energi yang
diakibatkan efek selubung bangunan maka harus ditentukan kriteria penggunaan
harga OOTV (harga perpindahan kalor menyeluruh). Persyaratan penggunaan harga
OOTV hanya diterapkan pada bangunan high rise building yang menggunakan
rancangan selubung bangunan dimana hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
pemanasan sekitar bangunan akibat perolehan kalor yang dihasilkan melalui efek
selubung bangunan. Penurunan kalor akan menurunkan beban penggunaan alat
pendingin udara yang digunakan pada bangunan tersebut.
Ada tiga elemen dasar memperoleh kalor melalui dinding
luar bangunan yang membentuk konsep OOTV, yaitu :
1)
Radiasi matahari lewat jendela yang terpasang pada
dinding.
2)
Konduksi dan reduksi kalor melalui jendela kaca.
3)
Konduksi dan reduksi kalor melalui dinding yang tembus
cahaya (opague).
Untuk konservasi energi, penggunaan harga OOTV yang
ditetapkan adalah 45 W/m2 sebagaimana yang tercantum pada standar
dan apabila harga OOTV dturunkan dengan cara retrofitting selubung bangunan maka akan menghemat penggunaan
sistem pendinginan udara pada bangunan yang akan menghemat penggunaan energi.
Konsep OOTV dasarkan pada asumsi apabila selubung
bangunan tertutup rapat sehingga meminimalkan kemungkinan infiltration (masuknya udara dari luar bangunan) dan exfiltration (merembesnya udara yang
lebih rendah suhunya/dingin yang dihasilkan dari sistem tata udara) sehingga
mengharuskan bangunan untuk memiliki bukaan-bukaan yang dapat ditutup dengan rapat. Penggunaan weatherstripping sebagai penutup celah
udara sangat dianjurkan untuk mengurangi rembesan udara yang keluar dan masuk
melalui celah-celah bukaan pada bangunan.
Untuk bangunan yang tidak dilengkapi dengan air condition maka harus memiliki :
o
Ventilasi-ventilasi alami yang dihasilkan melalui
pemasangan jendela-jendela, pintu serta bukaa-bukaan yang dipasang secara cross
ventilation sehingga menghasilkan pergerakan udara
o
Pengkondisian cahaya alami yang diperoleh dengan mengatur
perletakan jendela, pintu serta bukaan-bukaan yang lainnya dengan
mempertimbangkan keberadaan arah sinar matahari.
o
Penggunaan bahan isolator pada bagian atap sehingga
mencegah pemanasan dalam bangunan.
o
Memasang peneduh terhadap cahaya matahari langsug (sun
shading) dengan mendesain beberapa bentuk peneduh matahari seperti : overstek,
overhang, tirai, kerai dsb.[17]
5. Sistem Penghematan Energi
Setiap program manajemen energi yang digunakan dalam
sebuah bangunan gedung yang menerapkan sistem bangunan pintar, secara mandiri
mengacu kepada yang lainnya untuk menyelesaikan permasalahan dalam skala
prioritas kontrol baik yang ditimbulkan akibat konsumsi energi yang berlebihan
seperti akibat penggunaan energi listrik ataupun yang lainnya.
Manager energi memberikan kemampuan kepada pengguna untuk
mengkonfigurasikan (men-set) berbagai
sistem energi, seperti unit HVAC, agar sesuai dengan kebutuhan.
Program kontrol eksekutif dari manager energi adalah
mengatur jadwal penggunaan energi untuk berbagai aplikasi dalam sistem bangunan
pintar, seperti manajer HVAC, manajer chiller
dsb. Dengan penggunaan manajer energi, diharapkan agar mampu menekan angka
penggunaan (konsumsi) energi secara berlebihan, yang akan mencapai nilai
efisiensi dan efektifitas dari penggunaan sebuah sistem yang berbasis energi
besar.
Manajer HVAC adalah sekumpulan aspek yang dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi energi sistem heating,
ventilating, dan air conditioning. Efisiensi ini ditingkatkan dengan beberapa cara
diantaranya mengontrol damper udara
luar untuk memaksimalkan penggunaan pendingin bebas yang tersedia, menata
kembali temperatur discharge untuk
menyelaraskan beban gedung dengan jumlah energi yang paling kecil, dan kontrol
siklus siang-malam sistem HVAC untuk menghindari pengkondisian ruangan yang
tidak perlu pada waktu yang tidak digunakan.
Manajer chiller merupakan sekumpulan aspek yang bertujuan
memaksimalkan efisiensi chiller plant
dan melaporkan penghematan yang disebabkannya. Aspek-aspeknya diantaranya
sebagai berikut :
Condensor Water
Reset (CWR) yaitu aspek yang menentukan set
point temperatur kondersor udara yang paling efektif dengan membandingkan
kondisi udara luar yang sebenarnya dan beban sistem dengan karakteristik
operasi chiller dan cooling tower.
Chiller Heating
Reset (CHR) yaitu aspek yang mengatur set
point suplai suplai udara dingin agar sesuai dengan kebutuhan pendinginan
paling ekonomis dari semua ruangan.
Chiller
Sequenching (SEQ) yaitu aspek yang menentukan kombinasi chiller paling efisien yang akan
memenuhi beban chiller plant.
Chiller Manager
Savings Profile (CP) yang berfungsi untuk memonitor dan mengakumulasikan
penghematan energi dan biaya bagi semua kontrol manager chiller. Bentuk
rangkuman penghematan tersedia baik harian maupun periodik.
Sistem penghematan energi pada sebuah gedung pintar
memiliki beberapa model majamen energi diantaranya adalah :
Manajer energi
Kegunaan dari sistem manajer energi adalah untuk
memberikan bentuk konfigurasi energi yang tepat, sesuai dengan kebutuhan
penggunaan energi setiap sistem, menjadwal berbagai aplikasi energi sehingga
energi tidak terbuang percuma.
Manajer beban
Untuk suatu manajer beban pada sebuah bangunan
perkantoran terdiri beberapa bagian, diantaranya adalah :
Demand
limit, digunakan untuk memonitor laju rata-rata pemakaian atau kebutuhan energi,
dan membandingkannya dengan batasan yang ditentukan oleh operator.
Duty
cycle, berupa siklus tugas untuk mengurangi konsumsi energi dengan cara
p[ematian secara periodik beban yang tidak perlu.
Load
processor, digunakan untuk memilih dan mengontrol peralatan secara cerdas dan untuk
memenuhi aksi kontrol demand limit
ataupun duty cycle.
Utility
profile, aspek yang memberikan berbagai macam statistik sehubungan dsengan
penggunaan energi gedung / bangunan baik per hari maupun per bulan.
Manajer HVAC
Manajer HVAC dibagi dalam beberapa modul fungsional yang
akan meningkatkan tingkat efektifitas dan nilai efisiensi dari sebuah
penggunaan energi sistem heating, ventilating, dan air-conditioning.
Manajer HVAC dibagi dalam beberapa modul diantaranya
adalah :
1)
Optimal Run Time (ORT), berupa
aspek penunda penyalaan sistem HVAC di
pagi hari dan sebisa mungkin mencapai tingkat kenyamanan.
2)
Supply Air Reset (SAR), merupakan
aspek yang memonitor beban pemanasan dan pendinginan dalam sekolompok ruangan
dan mengatur temperatur sampai tingkat paling efisien.
3)
Enthaply
Switchover (ESO), aspek yang mengontrol dumper
udara luar dan udara balik untuk memberikan sumber udara campuran yang paling
ekonomis bagi pendinginan.
4)
HVAC Profile
(HP), aspek yang memberikan perhitungan kinerja penghematan energi sebagai
tambahan pada kontrol yang diberikan oleh ESO, SAR, dan ORT.
Mananajer chiller
Manajer chiller memiliki beberapa aspek, diantaranya mencakup :
Condensor Water
Reset (CWR), secara online, digunakan
untuk menentukan set point temperatur
air condensor yang paling efektif.
Chiller Water
Reset (CWR), digunakan untuk mengatur set
point supply udara dingin agar sesuai dengan kebutuhan pendinginan paling
ekonomis dari semua ruangan.
Chiller
Sequenching (SEQ), digunakan untuk
mengkombinasikan chiller untuk mencapai nilai ekonomis dari beban chiller plant.
Chiller Manager
Savings Profile (CP), aspek yang memonitor untuk mengakumulasikan
penghematan energi dan baiaya bagi semua kontrol manajer chiller.
§ Arsitektur dan Energi
Dari pengamatan beberapa ahli nampak bahwa pemakaian
energi di dunia semakin meningkat dengan pesat pada 10 tahun terakhir ini.
Peningkatan ini bukan saja terjadi disektor industri dan transportasi,
melainkan pula disektor bangunan. Kesemuanya ini disebabkan oleh penggunaan
teknologi modern yang cenderung kurang memperhatikan pemanfaatan energi secara
maksimal dengan penggunaan energi seminimal mungkin.
Kondisi ini memang dibuktikan dengan hasil beberapa studi
yang memang mengagetkan dunia, diantaranya bahwa penggunaan energi pada
bangunan dari tahun ke tahun naik sebesar rata-rata 5 – 10 % dan kenaikan
terbesar adalah pada negara Amerika. Penggunaan lift, AC, penerangan, dan yang
lainnya merupakan salah satu faktor yang mampu menyerap energi yang besar pada
bangunan, utamanya pada bangunan-bangunan tinggi. Hal ini diperparah lagi
dengan kenyataan bahwa suplay energi yang digunakan rata-rata menggunakan bahan
bakar minyak dan gas yang pada dasarnya merupakan suplay energy yang tak
terbarukan dan tergantikan.[18]
Oleh karenanya, peran seorang arsitek sangat diharapkan
mampu untuk mendesain sebuah bangunan yang mampu untuk memecahkan permasalahan
mengenai energi baik ditunjang dengan teknologi maupun dari kajian ilmu
arsitektur. Bangunan tidak hanya perlu yang indah, namun juga haruslah nyaman,
enak, nikmat, serta mampu menekan secara nyata akan jumlah penggunaan energi.
Di negara-negara eropa yang telah maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, utamanya dibidang ilmu arsitektur sudah mengalami pergeseran dari
yang biasanya mencari teknologi mengenai model-model struktur baru menjadi
bagaimana menciptakan material-material yang digunakan pada bangunan lebih
bernuansa hemat energi, bagaimana mendesain sebuah bangunan yang lebih
mempertimbangkan konsep ramah lingkungan, bagaimanana mendesain bangunan yang
cenderung mengeksplorasi energi natural dengan konsep arsitektur hemat enerrgi
dan sebagainnya. Konsep-konsep semacam inilah yang lagi berkembang secara pesat
di negara-negara maju. Di negara-negara berkembang, seperti indonesia,
rata-rata arsitek masih berpatok pada pencarian sebuah “bentuk” dan “form
follow function” tanpa mempertimbangkan kondisi yang terjadi.[19]
6. Sistem Telekomunikasi
Pada bangunan kantor sewa yang menggunakan SBP biasanya
memakai Private Address Brand Exchange
(PABX) digital yang akan menunjang Integrated
Service Data Network (ISDN) yang merupakan paduan dari suara, data dan
video dengan standar internasional. Seluruh jaringan kerja pada bangunan kantor
sewa benar-benar dirancang dengan fleksibilitas yang tinggi dan agar dapat
disesuaikan dengan perkembangan di masa akan datang.

Gambar 22 : Sistem
Telekomunikasi salah satu gedung pintar di Jakarta
Sumber : Sistem
Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 114
Untuk sistem telekomunikasi pada Sistem Bangunan Pintar
(SBP) meliputi :
ü Telepon kunci
multifungsi (multifunction key telephone)
Sistem
ini digunakan untuk mengontrol penggunaan telepon, lamanya percakapan,
menyalurkan / mendistribusikan ke saluran cabang dan penggunaan lainnya.
ü Konferensi jarak
jauh (teleconferencing)
Penggunaan
sistem ini untuk kepentingan konferensi atau rapat dalam jarak yang jauh, antar
kantor, antar kota bahkan antar negara.
ü Tulisan jarak
jauh (telewriting)
Sistem
ini digunakan untuk komunikasi secara tertulis antar kantor, antar kota,
ataupun antar negara, agar dalam waktu yang bersamaan dapat diterima pesan
secara tertulis sehingga akan mempercepat proses pengambilan keputusan yang
diperlukan.
ü Teleks
Sistem
ini hampir sama dengan sistem telewriting,
namun hanya saja menggunakan metode lain, seperti penggunaan huruf morse
ataupun kode-kode lainnya.
ü Komunikasi dengan
komputer
Fungsi
dari komunikasi dengan PC adalah alat komunikasi yang praktis baik antar
karyawan dalam satu kantor maupun dengan kantor lain.
ü Faksimil dan
video (facsimile and video)
Merupakan
sistem komunikasi jarak jauh dengan menggunakan faksimil yang dapat mengirim
baik berupa tulisan maupun gambar sedangkan video digunakan untuk gambar hidup
sesuai apa yang direkam dalam video tersebut.
ü Surat elektronik
(electronic mail / e-mail)
Sistem
yang sudah banyak digunakan karenadengan e-mail, orang dapat mengirim berita
kapan saja dan dimana saja tanpa terganggu dengan waktu.
ü Biaya penulisan
yang sedikit (least cost writing)
Dengan
sistem ini, semua biaya pengiriman surat atau berita akan lebih sedikit
sehingga akan terjadi penghematan dalam melakukan kegiatan bisnis.
ü Komunikasi dengan
radio satelit (satelite radio
communication)
Komunikasi
dengan radio satelit juga menawarkan alternatif biaya dan waktu yang lebih
baik.
7. Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik pada bangunan pintar disuplai
dari jaringan distribusi listrik tegangan menengah dari PLN yang tersambung ke
gardu hubung. Gardu ini disalurkan melalui kabel tanah ke high voltage medium distribution panel gedung. Selanjutnya daya
listrik tersebut disalurkan ke transformator sesuai dengan kapasitas yang
diperlukan sistem busduct.
Sistem kerja normal ataupun darurat pada sebuah sistem
kelistrikan adalah sebagai berikut :
a.
Dalam keadaan suplai dari PLN normal (tidak padam),
masing-masing trafo bekerja sendiri melayani beban secara radial, tidak secara
paralel.
b.
Suplai antar genset dan PLN bekerja secara interlock,
tidak paralel.
Pada sebuah bangunan pintar biasanya menggunakan sistem
UPS (uninterruptable power supply)
yang berfungsi untuk memasok semua kebutuhan daya bagi sistem otomasi bangunan
(SOB), sistem keamanan dan sistem CCTV.
Sistem yang dirancang memiliki fasilitas maintenance bypass sehingga daya tetap
tersedia saat unit UPS diperbaiki. Sistem UPS dirancang untuk memberikan satu
daya tiga fasa yang teregulasi dengan stabilitas frekuensi tinggi, di bawah
beban dan kondisi pasokan yang bervariasi. Sistem bersama dengan baterai
cadangan memungkinkan kelangsungan pasok keluaran selama kondisi transien dan pemadaman.
Beberapa aspek dari penggunaan sistem UPS untuk pasokan
kelistrikan pada sebuah bangunan pintar diantaranya sebagai berikut :
ü UPS online tanpa pemutusan.
ü Saklar statis pulse to bypass ekslusif untuk
membersihkan beban lebih atau kegagalan cabang.
ü Kompensasi fasa
individual untuk menyeimbangkan tegangan secara akurat bahkan di bawah kondisi pembebanan
fasa yang tidak seimbang.
ü Setiap komponen
aktif yang aktif adalah burnt-in
ekuivalen dengan 8 - 10 bulan operasi memakai program perputaran tes yang
dipercepat.
ü Jumlah komponen
aktif yang minimal memberikan keandalan tinggi dan memaksimalkan waktu antar
kesalahan.
ü Sistem kontrol
utama yang sederhana, terdiri empat kartu kontrol.
ü Power walk-in sejati untuk tegangan dan arus untuk mengurangi ukuran
generator set.
ü Kemampuan beban
lebih samapai 150% pada tegangan penuh.
ü Filter masukan
RFI, termasuk saklar statis dan maintenance
bypass serta standar split bypass.

Gambar 23 : Diagram Sistem
Kelistrikan Cadangan dengan UPS
Sumber : Sistem
Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 119
Sedangkan beberapa kelebihan penggunaan sistem UPS bagi
sistem bangunan pintar antara lain adalah :
§ Memberikan daya
“bersih” dan bebas distorsi kepada beban.
§ Menekan semua
harmonik dan fluktuasi dario mains
incoming supply.
§ Memberikan
keluaran daya stabil dan dapat dikalibrasi dari incoming power.
§ Memberikan daya interruptable kepada beban dengan cara
cadangan baterai dalam kondisi kegagalan daya utama.
§ Sistem UPS bagi
gedung pintar dihubungkan setelah generator set. Ini memberikan daya yang
kontinyu kepada beban. Selama pemutusan daya, sistem UPS memebrikan daya
sementara pada genset saat dinyalakan.
§ Transfer ulang
daya secara otomatis dari static bypass
begitu genset telah berjalan stabil.
8. Sistem Pasokan Air
Sistem pendistribusian air bersih yang berasal dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ditampung terlebih dahulu di tangki air,
kemudian disalurkan ke Deep Well untuk dicampur dengan air tanah. Kemudian
dikembalikan ke Break Tank dan diteruskan ke Ground Tank di bawah tanah. Selanjutnya air dipompa sesuai
dengan kebutuhan yang disalurkan ke tangki-tangki pembagi di atas.
Tabel 5
: Analisis Pasokan dan Standar Kualitas Minimum Tipe Air
Substansi
|
Lambang Kimia
|
Sampel Air
|
Tipikal standar kualitas
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
Silika
|
SiO2
|
2
|
12
|
37
|
10
|
22
|
-
|
-
|
Besi
|
Fe2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
-
|
0,3
|
Kalsium
|
Ca
|
6
|
36
|
62
|
92
|
3
|
400
|
-
|
Magnesium
|
Mg
|
1
|
8
|
18
|
34
|
2
|
1300
|
-
|
Sodium
/ natrium
|
Na
|
2
|
7
|
44
|
8
|
215
|
11000
|
-
|
Potasium
/ kalium
|
K
|
1
|
1
|
-
|
1
|
10
|
400
|
-
|
Bikarbonat
|
HCO3
|
14
|
119
|
202
|
339
|
549
|
150
|
-
|
Sulpat
|
SO4
|
10
|
22
|
135
|
84
|
11
|
2700
|
250
|
Khlor
|
Cl
|
2
|
13
|
13
|
10
|
22
|
19000
|
250
|
Nitrat
|
NO3
|
1
|
0
|
2
|
13
|
1
|
-
|
10
|
Larutan
padat
|
-
|
31
|
165
|
426
|
434
|
564
|
35000
|
500
|
Kalsium
karbonat
|
CaCO3
|
12
|
98
|
165
|
287
|
8
|
125
|
-
|
Kalsium
sulfat
|
CaSO4
|
5
|
18
|
40
|
58
|
0
|
5900
|
-
|
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 120
9. Sistem Pengkabelan
Sistem pengkabelan merupakan hal yang penting dalam
sebuah gedung pintar karena banyak peralatan bergantung kepadanya. Dalam gedung
pintar diterapkan sistem jaringan yang fleksibel (flexibel delivery system).
Prinsip sistem pengkabelan di sebuah bangunan pintar
adalah sebagai berikut :
§ Peralatan dengan
ruangan untuk kabel-kabel.
§ Partisi yang
berisi kabel di dalamnya.
§ Kabel-kabel yang
terletak di bawah karpet.
§ Free access floor yang biasanya digunakan pada
komputer.
§ Lantai dengan
sistem perkantoran.
§ Floor duct.
§ Trunk route dan trench duct.
§ Pipa kabel (wire duct).
§ Kabel di bawah
lantai (underfloor wiring system).
§ Sistem
pengkabelan pool (wiring pole system).
§ Sistem transmisi
sinar infra merah.

Gambar 24 : Floor Outlet Box pada
sistem pengkabelan
Sumber : Sistem
Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 123
Tabel 6
: Klasifikasi Pengkabelan berdasarkan tujuannya
No
|
Tipe Pengkabelan
|
Perlengkapan disambungkan ke lantai
|
Terminal perlengkapan untuk pengkabelan lantai
|
Terminal perlengkapan untuk pengkabelan di bangunan
otomasi perkantoran
|
a
|
Kabel telpon
|
Telepon
Facsimile
dll
|
Panel terminal indoor
Panel terminal intermediate
|
Pertukaran telepon
Panel terminal station line
|
b
|
Kabel otomasi kantor
|
Work station
PC
Printer
Wordprocessor
dll
|
Node of LAN
|
Host computer
Dll
|
c
|
Kabel tenaga listrik
|
Perlengkapan awal
Mesin copy, dll
|
Tombol panel
|
Panel induk
|
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 124
Hal-hal yang harus diperiksa dalam mendesain sistem
pengkabelan pada sebuah bangunan pintar diantaranya :
ü Posisi dan tempat
lubang kabel (wiring shaft) yang
direncanakan penggunaannya disetiap ruang.
ü Tinggi
langit-langit (ceiling), ukuran
efektif di bawah balok.
ü Bahan finishing untuk lantai, dinding dan
partisi (sekat).
ü Batasan kemampuan
terhadap bahaya kebakaran dan asap.
Sistem
pengkabelan antar lantai
Perencanaan untuk electrical
shaft rute utama antar lantai meliputi :
ü Posisi
Karena
banyaknya kabel-kabel yang melewati shaft, maka ruang untuk kabel-kabel
tersebut harus cukup besar. Desain arsitektur di sekeliling shaft harus jelas
batasannya, karena di sana akan terkumpul kabel dan pipa. Untuk itu perlu
dilakukan sistem zoning ataupun perkuatan struktur lantai.
ü Area
Area
dari shaft bergantung pada peletakan pipa-pipa dan metode instalasi dari kabel
dan panel. Ruang inspeksi bagi pengembangan pengkabelan dan pemasangan panel di
masa akan datang harus pula disediakan.
ü Penggabungan
shaft
Apabila
beberapa shaft dipergunakan untuk keperluan yang sama, penyambungan rute antar
tiap-tiap shaft harus dilakukan dengan rak kabel ataupun pipa-pipa di
antara ceiling.

Gambar 25
: Contoh tata letak pengkabelan di bawah lantai dan distribusi FOB
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 128
Sedangkan kondisi shaft pada sebuah perencaaan sistem
pengkabelan meliputi :
§ Shaft harus
melewati lantai bawah sampai pada lantai paling atas dan pemasangannya
menggunakan rak kabel.
§ Direkomendasikan
untuk menggunakan dua atau lebih shaft, disesuaikan dengan kebutuhan gedung.
§ Untuk fasilitas
kabel serat optik harus disediakan ruangan yang cukup serta dapat dimodifikasi
untuk instalasi tambahan di masa yang akan datang bila diperlukan.
§ Pada interior
langit-langit ganda ( double ceiling),
pipa bawah lantai, dan free access floor
harus disediakan rute kabel yang memadai.
§ Harus disediakan
penangkal api untuk mencegah penyebaran api jika terjadi kebakaran.
Sistem
pengkabelan pada lantai
Pemilihan sistem pengkabelan pada setiap lantai sangat
penting bagi sebuah otomasi perkantoran dalam gedung pintar. Beberapa sistem
pengkabelan yang telah dikembangkan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7 : Klasifikasi Sistem Pengkabelan “On Floor”
lokasi
|
Sistem pengkabelan
|
Remarks
|
Ceiling (langit-langit)
|
Conduit (saluran pipa)
Cable rack (rak kabel)
Wiring duct (pipa kawat)
Direct installation (instalasi langsung)
|
Sistem GOD
|
In room (dalam ruangan)
|
Wiring duct
Mebel dengan ruang kabel
Sistem komunikasi tanpa kabel
|
Langit-langit
Dinding, plinth
Bangku, panel, dll
Optical, radio, HT
|
lokasi
|
Sistem pengkabelan
|
Remarks
|
In floor ( di dalam lantai)
|
Conduit (saluran pipa)
Floor duct
Cellular duct
Trench duct
|
Metal condiut, plastic conduit
Metal duct
|
Under floor (di bawah lantai)
|
Kabel menembus ke bawah lantai
|
dan berdasarkan pada hal tersebut, sistem pengkabelan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)
Pengkabelan dalam langit-langit (ceiling)
Sistem
ceiling ini memiliki banyak keuntungan karena banyak kabel yang bisa
diinstalasi dan kabel-kabel tersebut dipasang mendeka meja ataupun panel-panel
di dalam ruang kerja.
2)
Sistem pengkabelan dalam ruangan
Dalam
sistem pengkabelan ini, kawat dan kabel diinstalasi di bagian permukaan
ruangan, yaitu permukaan lantai, dinding, dan permukaan langit-langit.
3)
Sistem pengkabelan di atas lantai
Dalam
sistem ini, kabel-kabel diinstalasi di lantai, diantara slab beton dan material finishing lantai. Pada bangunan
pintar umumnya menerapkan sistem pengkabelan di bawah karpet.

Gambar 26 : Pengkabelan lantai bawah
dan dibawah jendela
Sumber : Sistem Bangunan Pintar,
edisi revisi, hal 132

Gambar 27 : Pengkabelan di ruang
kerja
Sumber : Sistem Bangunan Pintar,
edisi revisi, hal 133
4)
sistem pengkabelan Free
Access Floor
Sistem
ini biasa diterapkan untuk ruangan komputer, karena instalasi kabelnya banyak
sekali. Kabel-kabel itu akan dingin akibat ruangan di antara slab beton dan
material finishing lantai dikondisikan untuk mendinginkan peralatan komputer.
5)
sistem pengkabelan dalam lantai
Pada
sistem kabel ini kabel dan pipa dipasang di slab beton bangunan. sistem ini
telah dimodifikasi dan diperbaiki sejalan dengan banyaknya jumlah kabel pada
bangunan otomasi kantor dan batasan dari struktur bangunan.

Gambar 28 : Sistem tiga sel pipa di
bawah lantai
Sumber : Sistem Bangunan Pintar,
edisi revisi, hal
Sistem pengkabelan merupakan hal yang penting dalam
sebuah gedung pintar karena banyak peralatan bergantung kepadanya. Dalam gedung
pintar diterapkan sistem jaringan yang fleksibel (flexibel delivery system).
Prinsip sistem pengkabelan di sebuah bangunan pintar
adalah sebagai berikut :
1)
Peralatan dengan ruangan untuk kabel-kabel.
2)
Partisi yang berisi kabel di dalamnya.
3)
Kabel-kabel yang terletak di bawah karpet.
4)
Free access floor yang biasanya
digunakan pada komputer.
5)
Lantai dengan sistem perkantoran.
6)
Floor duct.
7)
Trunk route dan trench duct.
8)
Pipa kabel (wire
duct).
9)
Kabel di bawah lantai (underfloor wiring system).
10)
Sistem pengkabelan pool (wiring pole system).
11)
Sistem transmisi sinar infra merah.
Hal-hal yang harus diperiksa dalam mendesain sistem
pengkabelan pada sebuah bangunan pintar diantaranya :
1)
Posisi dan tempat lubang kabel (wiring shaft) yang direncanakan penggunaannya disetiap ruang.
2)
Tinggi langit-langit (ceiling),
ukuran efektif di bawah balok.
3)
Bahan finishing
untuk lantai, dinding dan partisi (sekat).
4)
Batasan kemampuan terhadap bahaya kebakaran dan asap.
10. Sistem Keamanan
Sistem keamanan pada sebuah bangunan kantor sewa yang
menggunakan SBP (Sistem Bangunan Pintar) bertujuan untuk melindungi dan
mengawasi fasilitas-fasilitas gedung, baik yang di dalam maupun di luar
bangunan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Sistem keamanan berupa Pass Ultra System khusus yang dirancang
bagi intelligent building.
Sensor-sensor yang ditempatkan di daerah tertentu dapat dimonitor lewat bantuan
Video Display Terminal (VDT).
Pass Ultra System mempunyai
subsistem keamanan CCTV (Closed Circuit
Television) yang dihubungkan melalui unit alarm interface ke keluaran terminal kontrol yangmengumpulkan semua
informasi serta memonitor daerah pengamanan. Pada ruang pusat kendali
keamanan (SCAR Room) terdapat sejumlah monitor yang terhubung dengan CCTV (Kamera
pemantau) yang berada di lapangan untuk mengawasi keadaan. Setiap monitor
menampilkan gambar secara berurutan dari beberapa kamera untuk memantau tiap
CCTV yang disebar di seluruh gedung.
Pass Ultra System merupakan CPU
untuk pemrograman proximity card
(kartu pengenal). Setiap pegawai pad bangunan tersebut harus memiliki proximity card yang dapat membuka
pintu-pintu sesuai dengan kode yang telah diprogramkan pad kartu tersebut.
Prinsip yang dipakai dalam sistem bangunan pintar adalah
mencegah orang untuk memasuki suatu daerah, mendeteksi orang yang memasuki
daerah tertentu, memonitor daerah yang diamankan, card access control bagi orang-orang tertentu, serta pengamanan dan
perlindungan.
Sedangkan untuk pengoperasian sistem keamanan pada SBP
dengan cara :
§ Secure mode yaitu modus siaga per definisi di luar jam kantor,
dimana keamanan akan memantau semua piranti keamanan dibawah modus operasi ini.
§ Access mode /
suppress mode (modus akses) yaitu modus akses per definisi berupa jam kerja.
Piranti keamanan yang tidak perlu dimonitor dibawah modus operasi ini akan
dimatikan. Dengan demikian, sistem keamanan akan mengabaikan alarm ini.
Dua sistem operasi ini dikontrol oleh KMB (Key Management Box) system. Cara kerja ini adalah sistem keamanan akan aktif /
beroperasi hanya pada saat pemakaian / jam kerja.
Sistem keamanan di gedung pintar dibagi menjadi lima
kategori operasional utama, diantaranya adalah :
§ Card access
Fasilitas ini memakai Proximility
Card Reader untuk mengontrol semua pintu akses yang dikontrol 24 jam. Semua
reader dikontrol oleh komputer
keamanan Pass Ultra di pusat
pengendali. Setiap pintu yang dikontrol memiliki : Proximity Card Reader,
pengontak pintu magnetik, tombol tekan, Door
Strike / Electric Lock, Break Glass
Switch.
Pintu ruangan dikunci dan dibuka secara elektrik oleh
door strike / electric lock oleh orang yang menunjukkan card reader yang
terletak pada pintu masuk. Card reader akan membaca kode kartu dan bila kartu
tersebut tercatat dalam CPU keamanan, maka sinyal buka akan dikirim ke kunci
electrik dalam waktu tertentu.
§ Sensor keamanan
§ Closed circuit television
Sejumlah kamera CCTV dipasang di gedung pintar. Semua
kamera CCTV ini diletakkan pada daerah kritis untuk memantau kegiatan di
sekitar lokasi tersebut. Kamera CCTV disambungkan ke monitor tertentu untuk
menampilkan daerah yang dipantau.
§ Intercom
Stasiun interkom dalam bangunan pintar bisa disebarkan ke
beberapa lantai gedung perkantoran dengan prioritas pada ruang pusat pengendali
keamanan, ruang sistem otomasi bangunan, daerah perkantoran, security counter, operational manager office, security
van parking, security guard room.

Gambar 29
: Contoh ruang pusat pengendali keamanan
di sebuah gedung di Jakarta
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 142
§ Key management
box
Setiap KMB memiliki kotak yang setiap ruangan atau kunci
pintu KMBnya akan disimpan masing-masing dan sebuah saklar yang mengamankannya
ataupun yang mengakses sistem keamanan di ruangan / lantai yang berkaitan
dengan kotak KMB yang akan mengontrolmelalui sistem keamanan.
Setiap pintu dalam bangunan pintar memiliki status
terbuka atau terkunci, bila pintu terkunci pintu akan dilindungi, atau KMB akan
mengaktifkan piranti keamanan tertentu, begitu pula sebalinya bila pintu
terbuka.
11. Sistem Tata Suara
Sistem tata suara terbagi menjadi sistem A dan sistem B
dimana untuk sistem A untuk keperluan Background
Music dan Paging / Emergency Unit,
sedangkan sistem B digunakan untuk keperluan Car Call.
Untuk sistem A terdiri atas beberapa peralatan dan
perlengkapan diantaranya adalah :
ü Cassete deck, sebagai sumber suara
ü Radio, sebagai
penerima siaran
ü Preamp unit, sebagai penguat awal
ü Power amplifier, sebagai penguat akhir
ü Channel selector, sebagi tombol pemilih kelompok pengeras suara yang akan
diaktifkan
Mikrofon digunakan untuk menyampaikan pengumuman / pemanggilan
Monitor
unit digunakan untuk mengecek hasil suara
Chime
unit sebagai sumber nada untuk melakukan pemanggilan
Sedangkan sistem B terdiri atas :
ü Pusat car call meliputi mikrofon, preamp unit, power amplifier, serta speaker
selector untuk pemilihan kelompok pengeras suara.
ü Remote control
yang meliputi indikator power on, occupation, serta monitor.
12. Sistem Kebakaran
Gedung pintar harus dilengkapi dengan sistem kebakaran
yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh sebuah badan / institusi yang memiliki
kredibilitas dibidangnya.
Kelengkapan sistem kebakaran yang harus dimiliki itu
diantaranya adalah tangga darurat dua sisi bangunan, alat penaik tekanan udara,
fire sprinkler, fire hydrant, fire alarm,
portable fire extinguisher, detektor
asap dan panas, persediaan air di beberapa lantai serta alat komunikasi HT dan plug in telephone hand set di setiap
lobby fireman lift (lift petugas pemadam kebakaran) yang dihubungkan
langsung ke pusat pengendali.
Sistem kebakaran ini diintegrasikan dengan sistem pengkondisian
udara, sistem pencahayaan, dan sistem lift lewat Interlocking Main Control Fire Alarm (MCFA). Bila terjadi
kebakaran, maka secara otomatis maupun manual akan berbunyi. Informasi di ruang
kontrol akan menunjukkan tempat terjadinya kebakaran dan informasi ini
diteruskan kepada petugas pemadam kebakaran dan regu penolong.
Sensor-sensor pada sistem pemadam kebakaran pintar (intelligent fire system / IPS) memiliki fasilitas-fasilitas secara umum
tidak terdapat pada sensor-sensor konvensional. Fasilitas-fasilitas ini
diantaranya :
ü Tracking
Sensor yang diprogram untuk tracking akan menetralisir tanda alarm yang dikirimkan ke panel
sentral. Ini terjadi apabila kondisi alarm telah dikeluarkan oleh sensor yang
bersangkutan.
ü Indikasi lokal
Dalam
keadaan normal, LED pada sensor-sensor akan berkedip. Hal ini menunjukkan bahwa
sensor-sensor tersebut bekerja dan berhubungan dengan panel sentral.
ü Tes lokal (remote)
Sensor-sensor pada sistem pemadam kebakaran pintar bisa
melakukan pengetesan dengan cara menstimulasi kondisi alarm dan melaporkannya
ke panel sentral.
ü Kode tipe
Setiap
sensor mempunyai kode untuk mengidentifikasikan jenis sensor. Bila sensor
menunjukkan adanya alarm, kode ini akan dilaporkan ke panel sentral sehingga
operator mengetahui jenis alat yang memberikan alarm. Jenis kode tersebut,
misalnya : ionization smoke detector,
photoelectronic smoke detector, srinkler water flow.
Untuk sistem keamanan pada sebuah bangunan kantor sewa
yang menggunakan konsep sistem bangunan pintar harus memiliki beberapa kelengkapan
sistem pengamanan kebakaran diantaranya adalah :
ü Tangga darurat
pada kedua sisi gedung / bangunan
ü Alat penarik
tekanan udara (pressurized fan)
ü Fire hydrant
ü Fire alarm
ü Fire sprinkler
ü Portable fire extinguisher
ü Detektor asap dan
panas
ü Persediaan air di
beberapa lantai
ü Alat komunikasi
HT dan plug in telephone hand set di
setiap lobi fireman lift yang
dihubungkan langsung ke pusat pengendali.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem kebakaran
pada sebuah kantor sewa yang menggunakan konsep SBP adalah :
§ Memonitor asap
atau panas secara analog
Sensor-sensor pendeteksi asap dan sistem pemadam
kebakaran konvensional bersifat biner, yang artinya hanya bekerja dalam dua
kondisi, yaitu alarm atau normal. Dengan penggunaan sistem kebakaran pintar
(IFS), sensor-sensor dapat mengukur level asap ataupun panas dalam sebuah
bangunan, kemudian melaporkan informasi tersebut ke panel sentral.
Dengan pengginaan sistem kebakaran pintar, operator dapat
membaca level panas dan asap dalam presentase ambang batas alarm yang
ditetapkan.
§ Sensivitas yang
diatur
Pada sistem kebakaran konvensional, sensivitas harus
ditentukan secara lokal dan tidak dapat di display, sedangkan pada IFS sensor
melaporkan level asap dan panas ke panel sentral dalam bentuk analog, kemudian
panel membandingkan nilai tersebut dengan ambang batas alarm, dan apabila
ambang batasa alarm berubah, maka secara otomatis akan mengubah pula sensivitas
sensor.
§ Pembagian zona
yang fleksibel
Pada sistem kebakaran pintar, sensor-sensor dalam suatu
zona dapat didefinisikan melalui software sehingga apabila ada modifikasi
gedung, sensor0sensor tersebut akan didefinisikan kembali dengan mudah.
§ Pemberian nama
melalui software
Pada sistem pemadam kebakaran pintar, sistem zona dapat
diberi nama dalam suatu bahasa inggris atau bahasa Indonesia. Dengan demikian,
bila terdapat suatu detektor dalam alarm, maka baik jenis maupun zonanya dapat
ditampilkan oleh panel sentral.
§ Penggunaan
password
Sistem password pada sistem kebakaran pintar memiliki dua
level yaitu :
·
Level 1 : digunakan untuk mengubah status dari detektor
·
Level 2 : digunakan untuk program panel sentral.
CRT dan printer
Layar monitor CRT digunakan untuk memudahkan interaksi
dalam memprogram panel sentral, sedangkan printer digunakan untuk mencetak
hasil pelaporan yang akurat dan up to
date.
§ Model laporan
Sistem pemadam kebakaran pintar mendapat laporan dari
semua data lapangan untuk mendokumentasikan parameter dalam database dan status yang ada.
§ Waktu penundaan
Panel sentral dapat memberikan penundaan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan alarm dan meningkatkan penggunaan dari sistem.
13. Sistem Lift
Pada dasarnya sistem lift dalam sebuah bangunan kantor
sewa yang menggunakan konsep sistem bangunan pintar ini adalah sebagai berikut
:
a)
Meminimalkan waktu tunggu
(minimal waiting time).
b)
Memaksimalkan daya angkut (maximal lift load).
c)
Efisiensi program lift (efficiency programme).
Kemacetan pada suatu lift dapat disebabkan oleh beberapa
kemungkinan, diantaranya :
a)
Aliran PLN yang terputus
b)
Kerusakan pada komponen penggerak
c)
Pintu tidak rapat
d)
Keamanan tidak sempurna
e)
Kesalahan pemakaian
Keberadaan lift pada saat kebakaran pada suatu bangunan,
utamanya pada bangunan tinggi sangat dibutuhkan sekali, dimana selain sebagai
alat transportasi vertikal, lift juga secara otomatis akan bergerak turun ke
lantai dasar / bawah sehingga mencegah kemungkinan terjebaknya orang-orang yang
berada di lift pada saat beroperasi.
[1] Sistem Bangunan Pintar,
April 2003, hal 1-4
[2] Sistem Bangunan Pintar,
April 2003, hal 1-4
[3] Sistem Bangunan Pintar,
April 2003
[4] Sistem Bangunan Pintar,
April 2003, hal 14-16
[5] Roestanto WD, Sistem
Bnagunan Pintar, April 2003, hal 18
[6] Roestanto WD, Sistem
Bangunan Pintar, April 2003, hal 24
[8] Roestanto WD, Sistem
Bangunan Pintar, April 2003, hal 84
[10] ibid. hal 147
[11] Frick, Heinz dan Pujo L. Setiawan, Ilmu Konstruksi Perlengkapan
dan Utilitas Bangunan Kanisius 2002. hal. 166-167
[16] Pintu otomatis lebih
estetis dan efektif, Majalah Konstruksi, Oktober 1995, hal 58-60
[17] Majalah Konstruksi, Maret
1996, hal. 69
[19] Triharsono Karyono, hal
139
<<<<<<<<<<KEMBALI KE BAB II
Artikelnya bermanfaat banget, terimakasih ya.
ReplyDeleteInfo aja nih, bagi yang membutuhkan Sewa AC Tangerang untuk berbagai acara yang diselenggarakan bisa menghubungi kami Arthur Teknik.
Info lebih lengkap tentang kami bisa cek di sini http://id.arthurteknik.com
mas/mbak mau dong file mentahnya. email: 16hidayati@gmail.com
ReplyDeleteterimakasih:)
mas / mbak saya mau file artikel ini , email : elainevaniasembiring99@gmail.com
ReplyDeletecocok dengan judul yang saya ajukan sekarang,
ReplyDeleteEmail : musmuliadihasanuddin@gmail.com
kak saya boleh minta file mentahnya untuk dijadikan refrensi bacaan, terima kasih.
ReplyDeleteEmail : rahmasym0@gmail.com