Home

Media Informasi Seputar Arsitektur

Monday, May 2, 2016

Skripsi Kantor Sewa BAB III



BAB III
TINJAUAN SISTEM BANGUNAN PINTAR

A.   PANDANGAN UMUM SISTEM BANGUNAN PINTAR
Perkembangan dunia bisnis saat ini sangat pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya kebutuhan akan sebuah kantor sewa. Ini disebabkan tuntutan yang berkembang akibat perkembangan ekonomi global, manajemen yang lebih efisien dan efektif, tuntutan kenyamanan dalam bekerja, pemanfaatan energi yang lebih efisien serta sistem keamanan tingkat tinggi.
Semakin banyak kegiatan bisnis yang terjadi, maka permintaan akan sebuah kantor sewa yang memiliki kelengkapan fasilitas yang canggih akan semakin banyak, terutama yang menunjang dalam metode pengolahan data dan sistem informasi. Untuk itulah diperlukan sebuah gedung kantor sewa yang sarat akan fasilitas dan kompetitif agar bangunan tersebut nantinya mampu menampung sebagian besar aktifitasnya.
Perkembangan situasi dan pelayanan juga menuntut adanya model / inovasi-inovasi baru dalam untuk menjarik penyewa (user) Tuntutan dasar dari penyewa adalah adanya kelengkapan fasilitas, adanya kemudahan-kemudahan dalam penggunaan serta biaya penyewaan yang murah dan kesemuanya ini harus dipenuhi oleh pengelola (pemilik bangunan). Hal tersebut dimaksudkan agar mampu untuk menunjang kegiatan usaha penyewa yang memiliki pasar yang besar / global. Kemudahan penggunaan dan kelengkapan fasilitas merupakan solusi yang saat ini banyak ditawarkan oleh para pengelola bangunan kantor sewa yang bisa disebut dengan sistem otomasi bangunan yang terpadu atau disebut dengan sistem bangunan pintar.[1]
Kemudahan yang dapat dijumpai dalam penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah kantor sewa adalah adanya sistem terpadu dan komprehensif antara otomasi bangunan, otomasi perkantoran, sistem telekomunikasi serta engineering bangunan. Dasar dari perencanaan sistem bangunan pintar adalah untuk memberikan fleksibilitas yang tinggi terhadap ruangan, pertukaran tempat bagi orang-orang dalam gedung, memberikan prasarana yang menunjang aktifitas dalam bangunan, memberikan prasarana yang dapat menunjang kegiatan informasi.

B.   PENGERTIAN KONSEP SISTEM BANGUNAN PINTAR
Sistem bangunan pintar bukanlah sebuah produk berupa barang, melainkan suatu konsep pendekatan desain dengan memikirkan penggunaan teknologi modern yang ada ataupun yang sedang berkembang dengan menerapkan paduan yang komprehensif antara otomasi, komunikasi dan perencanaan lingkungan yang baik agar tercipta gedung perkantoran yang representatif dan mampu bersaing.[2] Selain seluruh komponen bangunan dirancang agar fleksibel dan terpadu, sistemnya pun diatur supaya benar-benar ekonomis, efektif dan efisien.
Hakekat desain bangunan, utamanya untuk sebuah kantor sewa adalah efisiensi, efektifitas dan fleksibiltas yang tinggi. Sebuah kantor sewa yang ingin menggunakan / menerapkan sistem bangunan pintar pada bangunannya harus lebih dahulu mengetahui kebutuhan dari penyewa. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi cara menjalankan teknologi sesuai dengan kemampuan SDM, baik untuk pengelola maupun untuk penyewanya. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam mendesain bangunan yang menerapkan sistem bangunan pintar adalah otomasi gedung, otomasi perkantoran, telekomunikasi, prasarana pembangunan gedung, perencanaan lingkungan, serta penggunaan perabot dalam desain interior.

C.   TUJUAN SISTEM BANGUNAN PINTAR
Tujuan utama dari penerapan sistem bangunan pintar bagi penyewa adalah untuk meningkatkan kinerja dari perusahaan yang dengan sedikit pembayaran yang agak mahal akan tetapi akan memperoleh kemudahan dalam menjalankan kegiatan operasional  serta menunjang keberadaan perusahaannya. Efisien, efektif dan fleksibel adalah tuntutan yang harus dimiliki sebuah perusahaan yang ingin berkembang dan maju dengan pesat. Kinerja dari sebuah perusahaan akan terus meningkat apabila mampu menerapkan efisiensi, efektifitas dan fleksibilitas yang tinggi di semua bidang. Kemudahan yang diperoleh baik dalam sistem pengoperasian serta penggunaan fasilitas yang disediakan akan meningkatakan keuntungan bagi perusahaan yang menyewa.
Tujuan utama penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah bangunan kantor sewa bagi pemilik bangunan / pengelola adalah untuk memaksimalkan net benefit (keuntungan) dari aktifitas bisnisnya melalui loyalitas penyewa yang telah ada dan menjadi daya tarik terhadap pelanggan potensial guna memperluas pasar.
Dengan adanya penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah bangunan / gedung kantor sewa sebagai pendukung operasional bangunan, maka kegiatan operasional gedung tersebut akan berubah menjadi lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Misalnya, biasanya ada beberapa alat yang harus dioperasikan secara manual oleh beberapa tenaga operator, akan tetapi dengan adanya penerapan sistem bangunan akan diubah menjadi otomasi sehingga lebih mempermudah dalam sistem pengoperasiannya yang akan berdampak pada pengurangan penggunaan sejumlah tenaga operator bangunan.
Adanya kemudahan-kemudahan dalam penggunaan fasilitas sistem bangunan pintar pada sebuah gedung yang hampir semua peralatannya merujuk pada penggunaan komputer, maka pengoperasian peralatan gedung tersebut harus dilakukan secara teliti, hati-hati dan diperlukan kemampuan dan pengalaman kerja yang cukup baik untuk tiap-tiap tingkatan dalam struktur organisasi manajemen gedung.

D.   PENDEKATAN KONSEP SISTEM BANGUNAN PINTAR
Akhir abad 20 merupakan zaman dimana telah terjadi perkembangan yang sangat pesat, termasuk pula negara-negara di berada Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Ini merupakan bentuk dari kemajuan era informasi dan globalisasi yang banyak membawa perubahan dan kemajuan-kemajuan yang berarti, juga terhadap perkembangan di dunia arsitektur.
Banyaknya gedung-gedung yang menjulang tinggi sebagai bentuk ungkapan arsitektur terhadap kemajuan zaman banyak kita jumpai. Rata-rata bangunan yang menjulang tinggi ini berfungsi sebagai  kantor-kantor, baik berupa kantor pemerintahan, maupun kantor swasta. Sesuai dengan iklim global saat ini yang sarat akan persaingan, maka efisiensi, efektifitas dan fleksibilitas haruslah dimiliki oleh sistem manajemen pada suatu gedung kantor sewa. Tuntutan tersebut mau tidak mau harus dipenuhi karena akan menentukan kinerja akhir dari suatu perusahaan yang menggunakan gedung tersebut.
Di Jepang, hampir 26 juta orang Jepang (50 % dari total tenaga kerja yang ada) bekerja disebuah perkantoran, sedangkan di Amerika Serikat, jumlahnya mencapai sekitar 77juta orang (70 % dari total pekerja). Lebih dari itu, perusahaan-perusahaan terus berkembang sesuai dengan tingkat investasi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat, antara  tahun 1960–1970, tingkat produktivitas industri di Amerika mencapai hingga 90 %, sedangkan tingkat produktivitas kantor hanya 2 %. Di Jepang, tingkat produktivitas kantor agak lebih baik di banding Amerika, yaitu 32 %, sedangkan tingkat produktivitas industrinya 65 %. [3]
Kondisi inilah yang mendorong timbulnya penerapan sistem bangunan pintar yang diterapkan pada bidang-bidang : dari intelligent space menjadi intimate space, dari sistem yang berkembang menjadi sistem layanan, dari skala bangunan menjadi skala kota dan dari struktur hirarki menjadi jaringan organisasi.
Di lain pihak, bahwa keinginan dari penyewa antara lain mendapatkan kenyamanan termal agar bisa berkonsentrasi dalam bekerja, mendapat perlindungan akan bahaya kebakaran, kejahatan, sehingga tuntutan akan sebuah sistem keamanan yang terpadu juga patut dikedepankan. Sehingga untuk memenuhi hal tersebut haruslah menggunakan peralatan yang beraneka ragam dan memadai sehingga mampu meminimalkan kerusakan ataupun kegagalan dalam sistem pengoperasiannya yang akan berdampak pada penekanan pemborosan biaya jam kerja yang terbuang. Konsumsi energi yang banyak juga dapat ditimbulkan oleh penggunaan bermacam-macam peralatan, oleh sebab itu perlu pengontrolan secara otomatis untuk penggunaan alat-alat tersebut, diantaranya dapat menggunakan Sistem Otomasi Bangunan (SOB) yang akan berkembang menjadi Sistem Bangunan Pintar (SBP).

1.    Sistem Otomasi Bangunan
Sistem otomasi bangunan atau yang disebut dengan Building Automation System (BAS) ini memberikan pengontrolan terhadap fungsi-fungsi yang ada secara otomatis. Hal ini digunakan dalam upaya peningkatan efisiensi, efektifitas penggunaan energi serta mendapatkan fleksibitas yang tinggi terhadap penggunaan ruang-ruang yang ada. SOB ini terdiri atas sub-sub sistem yang saling berintegrasi satu sama lain.
Fungsi dari SOB sendiri bisa dibagi menjadi empat, yaitu : fungsi peringatan, manajemen energi, analisis kebutuhan dan pemakaian energi serta bentuk laporan.
Secara garis besar, fungsi kontrol pada sistem otomasi bangunan (SOB) :
1)    Peringatan
Berupa alarm pemeliharaan, alarm kritis, alarm kebakaran dan keamanan
2)    Manajemen energi
Berupa pengurangan beban, optimalisasi, reset set point, start-stop schedule
3)    Analisis pemakaian energi
Berupa analisis data latar belakang, trend-logging, profil
4)    Model pelaporan
Berupa laporan ringkasan, laporan berkala, laporan statistik, laporan pemeliharaan, laporan kinerja, laporan perusahaan.
Kesemuanya itu merupakan bentuk dari kegunaan peralatan-peralatan yang dikelompokkan menjadi sub-sub sistem dimana sub-sub sistem ini memiliki sensor dan kontrol masing-masing sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Sub-sub sistem itu dapat dibagi dalam empat bagian diantaranya  :
1)    Sub sistem pengkondisian udara
Sensor     :
-       compressor (ciller) : suhu, tekanan, kelembaban, status tenaga, flow udara.
-       Air Handling Unit (AHU) : suhu, tekanan kelembaban, status tenaga, flow udara, posisi, waktu.
Kontrol     : pompa, kran (valve), tenaga, motor compressor, damper, kipas, pompa air, alarm, laporan.
2)    Sub sistem pencahayaan
Sensor     : ruang matahari, tenaga / arus, saklar, tegangan, power, waktu.
Kontrol     : relay, lampu dim (dimmer), kisi-kisi jendela (louver), laporan.
3)    Sub sistem kebakaran
Sensor     : api, panas, asap, tekanan air, pipa, suhu.
Kontrol     : alarm, damper (katup), lift, laporan, pompa air, sprinkler.
4)    Sub sistem keamanan
Sensor     : gerakan, tekanan udara, kamera, getaran, kartu pengenal.
Kontrol     : alarm (lampu), sirene, bel, kunci pintu, gambar, printer laporan, telpon.

Sub-sub sistem tersebut diantaranya memiliki keterkaitan satu sama lain, misalnya :
Sistem card acces pada sub sistem keamanan bisa digunakan untuk mengontrol absensi pegawai dan marupakan akses ke daerah tertentu.
Pada waktu terjadi kebakaran pada sub sistem kebakaran, damper dan kipas pada sub sistem pengolahan udara diatur tutup bukanya agar asap tidak masuk ke daerah yang tidak ada api. Lift dikontrol agar turun ke dasar dan tetap di sana.
Pada saat penambahan dan pengurangan beban non kritis, beban dapat dihidupkan dan dimatikan termasuk mesin dan motor sub sistem pengaturan udara.

Skema 1: Skema sistem kontrol pada Sistem Otomasi Bangunan
Sumber  : Sisrem Bangunan Pintar, edisi revisi hal 14

Kesemua sub sistem ini bekerja sama untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu memanfaatkan sumber daya gedung secara efisien efektif dan optimal. Tujuan dari sistem otomasi bangunan adalah untuk menciptakan dan menjaga “kondisi-kondisi lingkungan” sebagai target untuk mengontrol dari segi ekonomi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan-kemudahan. [4]

keterangan :
peningkatan fasilitas, unit serta sistem
peningkatan kecenderungan akan bencana dalam skala dan kuantitas
peningkatan populasi penghuni
peningkatan jumlah tenaga operator
peningkatan kesulitan dalam operasional
peningkatan dari kemungkinan adanya kesalahan operasional
pengukuran yang lebih handal untuk perbaikan dalam keadaan darurat
kemungkinan penurunan pelayanan (service dropp)
Skema 2 : Tujuan dari Otomasi Bangunan
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 16

2.    Sistem Bangunan Pintar
Sistem bangunan pintar adalah bentuk perluasan dari sistem otomasi bangunan. Ada beberapa pendapat mengenai SBP yang terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di Amarika serikat, Intelligent Building Institute memberikan definisi bahwa sistem bangunan pintar adalah gedung yang memberikan lingkungan produktif dan efektif melalui optimasi keempat unsur gedung, yaitu bentuk, sistem pelayanan, manajemen dan keterkaitan diantara unsur tersebut. Sedangkan, Intelligent Building in Europe (IBE) mengatakan bahwa SBP muncul pada tahun1980 di Amerika Utara akibat terjadinya deregulasi telekomunikasi. Pada waktu itu, bangunan pintar merupakan sekumpulan teknologi inovatif yang diterapkan pada manajemen bangunan, otomasi perkantoran dan komunikasi. Kemudian dengan bertambahnya waktu, definisi bangunan pintar pun berkembang menjadi suatu kumpulan teknologi yang mampu merespon perubahan organisasi.
Dalam penelitiannya, IBE menunjukkan bahwa bangunan pintar berkembang melalui tiga tahapan integrasi :
Building Automation System (BAS), kontrol keaman dan pelayanan sudah terpadu.
Integrated Communication System (ICS), sistem komunikasi , otomasi perkantoran dan manajemen bangunan sudah terpadu.
Computer Integrated Building (CIB), semua sistem sudah terpadu seluruhnya.
Dalam penguraian definisi mengenai SBP yang dinyatakan oleh IBE adalah “Tidak ada batas kepintaran yang harus dilalui oleh suatu gedung untuk bisa lolos atau gagal. Tingkat kepintaran gedung yang optimal adalah kemampuan gedung tersebut untuk menyediakan solusi bagi kebutuhan pemakaian gedung secara efektif dalam hal biaya. Satu-satunya ciri yang harus dimiliki oleh semua bangunan pintar adalah adanya suatu bentuk yang dirancang untuk mengakomodasi perubahan dengan cara yang nyaman dan efektif dalam hal biaya.”[5]
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk yang dikatakan sistem bangunan pintar adalah bangunan yang memiliki nilai efektif, efisien dan fleksibel terhadap perubahan, diantaranya :
Pengontrolan fungsi-fungsi gedung secara otomatis
Pemantauan terhadap semua fungsi, titik pantau, kontrol serta kinerja maupun sistem.
Pengontrolan maupun pemantauan dilakukan secara intelligent.
Memberikan peringatan terhadap kondisi kritis kepada operator
Menyajikan status yang mudah dimengerti dan dipahami
Dapat melakukan perhitungan untuk mencapai efisiensi dan hasil yang optimal
Dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan
Dapat membuat keputusan pengaturan untuk mencapai obyektivitas yang dikehendaki.
Memeberikan laporan secara berkala untuk keperluan manajemen dan administrasi.
Peristiwa penting (event)
Rangkuman
Analisis
statistik
Kemudahan dalam menggunakan fasilitas komunikasi dan berinteraksi dengan operator baik dengan bahasa ataupun dalam bentuk grafis
Bertindak sebagai expert system.

3.    Aspek Penting Dalam Sistem Bangunan Pintar
Penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah bangunan muncul sebagai akibat meningkatnya kebutuhan manusia. Bila pemenuhan kebutuhan dipenuhi, biasanya akan diikuti pula dengan penambahan penggunaan energi (konsumsi energi). Padahal, pemenuhan kebutuhan itu sangat penting bagi manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan menambah resiko penggunaan energi yang berlebihan.
Menurut Forecast of Annual Energy Hongkong Bank (1989), penggunaan konsumsi energi dalam Gedung Hongkong Bank yang paling besar digunakan untuk konsumsi tata udara (air conditioning) sebesar 59%, diikuti dengan oleh tata cahaya (lighting) sebesar 21%, proses data elektronik sebesar 17% dan sisanya untuk kebutuhan transportasi dan lain-lain. [6]

Gambar 15 : Grafik konsumsi energi di Gedung Hongkong Bank
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 24

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam mendesain sebuah bangunan kantor sewa yang menerapkan sistem bangunan pintar adalah :
Arsitektur kontrol tersebar atau jaringan (distributed control system)
Unit lokal yang dapat berdiri sendiri demi efisiensi dan keandalan sistem
Keandalan tinggi dengan komponen pendukung yang memenuhi persyaratan
Perangkat lunak berdasarkan sistem operasi standar dengan bahasa interaksi tingkat tinggi untuk medukung keberadaan operator
Penggunaan prinsip expert system
Penggunaan peripheral / interface yang standar untuk printer, terminal, modem, disk, dan sebagainya
Built in support untuk mengubah atau menambah program aplikasi dan perubahan konfigurasi
Built in support perangkat lunak untuk menguji atau mendiagnosa sistem
Built in support perangkat lunak untuk simulasi program aplikasi

Elemen-elemen perencanaan penerapan sistem bangunan pintar pada sebuah bangunan / gedung kantor sewa diantaranya :
Perencanaan kegiatan kantor
Semua kegiatan / aktifitas perkantoran yang dilakukan harus disurvey terlebih dahulu kemudian dianalisis untuk mempertimbangkan masalah-masalah yang akan timbul nantinya, diantaranya masalah pengorganisasian, personalia dan perabot yang menggunakan sistem otomasi kantor agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekarang ataupun yang akan datang.   
Perencanaan komputer
Produktifitas dari nilai gedung dan aktifitas kantor harus ditingkatkan oleh pengelola supaya tercipta manajemen dan pengontrolan yang lebih baik.Beberapa peralatan / fasilitas dibuat untuk sistem penghematan energi.
Perencanaan keamanan
Ketika otomasi dan komputerisasi kantor bertambah maju, upaya untuk melindungi / menjaga peralatan dan rahasia kantor merupakan elemen yang penting untuk merencanakan langkah-langkah konvensional terhadap pencegahan bahaya kriminal dan pengamanan pintu. Program pengamanan terbaru juga diperlukan dalam hal komunikasi, dan peralatan informasi mengenai gempa, banjir, kebakaran, black outs, interference komunikasi, gangguan elektromagnetik dsb.
Perencanaan lingkungan
Kemajuan pada kegiatan kantor secara otomatis akan memperbaiki produktifitas bisnis, tetapi akan mengakibatkan efek psikologi atau kelelahan fisik (physical fatigue) terhadap pekerja karena tekanan pekerjaan (workforce).
Perencanaan konstruksi
Perencanaan konstruksi harus didesain berdasarkan tingkat  dan skala kebutuhan untuk mencapai tingkatan kegiatan yang optimal

Skema 3 : Perencanaan lingkungan bangunan pintar
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 47

Sedangkan pokok-pokok yang harus diperiksa dalam sebuah desain konstruksi sistem bangunan pintar meliputi :
a)    Penggunaan fasilitas bersama
Penggunaan fasilitas bersama ini merupakan cara yang paling tepat untuk menghemat serta memperbaiki produktifitas dan biaya ekonomi kantor, penggunaan ini mencakup :
1)    Penggunaan ruang bersama, yaitu temapt parkir, meja resepsinis, ruang gambar, ruang konferensi, ruang pameran, kantin, fasilitas kesejahteraan, ruang akomodasi dll.
2)    Penggunaan bersama untuk fungsi-fungsi komunikasi, seperti ruang tivi (conference) dan peralatan satcom (satelite communication).
3)    Penggunaan bersama untuk sistem komputerisasi, misalnya pada CPU, memory, device, dan program.
4)    Penggunaan bersama-sama data-data, seperti internal data base tentang konstruksi bangunan, internal data base terminal instalasi, dan external data base terminal instalasi.

Skema 4   :    Bagan pola penggunaan bersama dalam sebuah kantor sewa
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 48

b)    Fleksibilitas
Yang perlu diperhatikan dalam desain perkantoran sewa bila ditinjau dari segi aktifitasnya adalah keberadaan  fleksibilitas pada bangunan tersebut, baik terhadap ruang, modulasi, perabot maupun peralatan yang digunakan, diantaranya :
1)    Perencanaan tempat, yaitu menyesuaikan perubahan penyewa, baik berupa penggunaan kolom-kolom ruang menjadi lebar, perubahan tinggi langit-langit (ceiling) sesuai dengan permintaan.
2)    Sekatan / partisi, menyangkut keberadaan fleksibilitas perubahan tata ruang (lay out) yang mudah dimodifikasi, perubahan perletakan perabot kantor yang digunakan dengan sekatan yang rendah sesuai dengan unit / modul terkecil.
3)    Perabotan, menyangkut perabotan yang mudah bergerak sama casters dan mudah untuk ditukar-tukar (interchangeability).
4)    Tata udara (AC), cahaya / lampu, tombol (switch), bisa digunakan untuk mengontrol secara individual, bisa menyesuaikan perubahan dari remote control ataupun yang lainnya.
5)    Sumber tenaga, yaitu meliputi penyesuaian bila terjadi perubahan berupa penambahan atau pergantian peralatan, sekuriti untuk ruang-ruang yang akan datang, dan perpustakaan dari segmen pemakai.
6)    Saluran komunikasi, yaitu menyesuaikan untuk relokasi peralatan dan proses pengkabelan.

c)    Kreasi untuk lingkungan yang baik
Kreasi lingkungan yang baik timbul akibat efek kelelahan psikologis tenaga kerja (psychological fatigue) / kejenuhan yang sering terjadi di sebuah kantor sewa. Keberadaan kreasi suasana lingkungan yang baik mencakup :
§  Suasana kebisingan seperti suasana kantor yang tidak tenang, noise remedis (bersuara), dan menghalangi, insulasi serta absorpsi dari suara-suara tertentu.
§  Suasana (visual) seperti suasana yang membuat mata lelah, suasana yang segar (refreshing), perencanaan cahaya (lighting), perencanaan penghijauan, perencanaan warna, perencanaan tekstur, vista, dan fasilitas istirahat.
§  Suasana suhu, seperti suasana yang nyaman, proses pemanasan dari peralatan, perencanaan tata udara (AC), serta perencanaan konsumsi dan penghematan energi.
§  Pemeliharaan, meliputi upaya agar lingkungan lebih praktis dan tenang, pembuangan samapah dan pengukuran lingkungan.
§  Pada AC yang memakai sistem VAV, pengaturan suhu individual dapat dilakukan dengan menggunakan telepon.

d)    Keamanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam unsur keamanan pada kantor sewa diantaranya :
Peralatan sistem keamanan, seperti perlindungan dari gempa bumi (shakeproofness dari peralatan secondary components), perlindungan dari kebakaran (fireproofness daya tahan untuk kebakaran, fire extinguisher, dan fire alarm), perlindungan dari kebanjiran, perlindungan dari kegelapan (back-up system), perlindungan dari gangguan komunikasi (interference) dengan sistem komunikasi (doubling), perlindungan dari gangguan elektromagnetik (menghindari elctric charging), dan perlindungan dari erroneous operation (alat fire-save).
Rahasia kantor, berupa perlindungan dari intruder (pengontrolan pintu masuk / keluar) dengan menggunakan kode, perlindungan dari saluran telepon (interference) dan perlindungan dari computer hack dengan memakai kode.
Keamanan gedung mencakup upaya menghalangi bencana, menghalangi niat-niat kejahatan, manajemen gedung dalam penanganan kondisi darurat dan pengontrolan jadwal.

4.    Pelayanan Kontrol Bangunan Pintar
Untuk sebuah bangunan gedung pintar yang memiliki penyewa lebih dari satu (multi-tenant), harus memiliki pengontrolan ruangan baik pada tiap ruangan maupun pada luasan ruangan tertentu. Selain itu diperlukan pula system layanan control professional atau disebut juga Shared Tenant Service (STS).
Pemilik gedung atau penyewa dapat dinilai dari STS sebagai berikut :
a.    Pemilik gedung
1)    Harga jual gedung lebih tinggi
2)    Perbedaan di antara gedung dengan gedung lainnya
3)    Mudah dalam mencari penyewa
4)    Harga sewa yang lebih tinggi / mahal

b.    Penyewa
1)    Biaya komunikasi informasi lebih murah
2)    Ruangan akan dipergunakan seefektif mungkin
3)    Biaya untuk gedung bisa dikurangi karena bergabung
4)    Otomasi kantor telah dipromosi
5)    Biaya pmeliharaan lebih mudah




Tabel 2 : Pelayanan Bangunan Pintar [7]
Jenis pelayanan

Pelayanan STS
Kontrol Bangunan Konvensional
Dilakukan Penyewa Individual
Pelayanan Komunikasi :




-  Telepon (fax)
PBX
O
/
*
- Surat
Perlengkapan surat
O
/
*
- Akses jaringan ke luar

O
/
*
- Ruang televsisi

O
X
*





Pelayanan Informasi :




-Pelayanan software
CPU-LAN
O
X
*
-Pelayanan kalkulasi
CPU-LAN
O
X
*
-Akses VAN

O
X
*
Akses database

O
X
*





Pelayanan Kantor :




-Kontrol fasilitas bersama

O
/
-
-Rental alat otomasi 

O
 /
-
-Alat copy

O
/
O
-Pelayanan bisnis

O
X
-
-Pasokan stasionari

O
/
-
-Carrie green

O
/
-





Pelayanan Kontrol Bangunan:




-Operasi alat bangunan

O
*
*
-Keamanan

O
*
/
-Kontrol lingkungan dan kebersihan

O
*
*
Perencanaan sebuah gedung yang akan dibangun atau gedung lama yang diperbaiki dapat dipromosikan sebagai bangunan / gedung pintar di masa depan. Kriteria untuk rekomendasi agar gedung tersebut dapat dipromosikan sebagai gedung pintar adalah sebagai berikut :
a.    Obyektif
Seperti informasi / eksaminasi dari rekomendasi syarat pinjaman bank.
b.    Sasaran bisnis atau bangunan
Apabila gedung telah dibangun / direnovasi, maka harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1)    Standar 1, fasilitas komunikasi informasi yang canggih harus diperkenalkan.
2)    Standar 2, seperti tata udara (AC), peralatan lampu-lampu, penghemat energi, dan lingkungan yang menyenangkan.
3)    Standar 3, semua kejadian harus dipertimbangkan
4)    Standar 4, bangunan harus bisa digabungkan memakai komunikasi informasi yang canggih

5.    Fungsi Pengontrolan
Fungsi pengontrolan pada sebuah gedung yang menggunakan sistem bangunan pintar meliputi beberapa aspek, diantaranya :
a.    Untuk fasilitas tata udara (AC), mencakup pengontrolan pemanasan (warming-up), menghidupkan dan mematikan, pemasukan udara bersih (fresh air inlet), jumlah kipas angin (fun number), temperatur ruangan, dan pengontrolan pemanasan (heat recovery operation).
b.    Untuk fasilitas plumbing dan sanitasi mencakup pengontrolan temperatur suplai air panas (hot water supply), daftar program penghemat air (water saving), dan pengontrolan pemakaian panas solar  (solar heat).
c.    Untuk fasilitas cahaya (lampu), mencakup pengontrolan cahaya (on/off schedule), terang atau silaunya cahaya, dan pengontrolan cahaya dari jendela (window lighting). 
d.    Untuk fasilitas listrik, mencakup pengontrolan daya listrik pada saat jam-jam sibuk (electric power peak out), daya yang reaktif (reactive power) dan faktor beban daya (load power).
e.    Untuk fasilitas lift, mencakup pengontrolan nomor lift dan kontrol terhadap rangkaian lift (sequental control).

Sedangkan untuk fungsi pengontrolan penghematan tenaga (power saving) dilakukan pada :
a.    Pengontrolan terhadap kuantitas pemakaian air, gas dan daya listrik.
b.    Pengontrolan tentang cara-cara pemeliharaan (maintenance).
c.    Pengontrolan terhadap ruang-ruang yang tidak diantur pemakaiannya.
d.    Sistem manusia-mesin (man machine).

Pada saat keadaan bahaya, baik berupa adanya bencana maupun karena tindakan kriminal, yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengontrolan adalah :
Fasilitas pencegahan terhadap tindakan kriminal diantaranya meliputi : pengontrolan pintu masuk dan keluar, penggunaan jendela-jendela pada besaran-besaran tertentu, sistem kunci baik berupa manual maupun otomatis, pengontrolan terhadap pemakaian ruangan-ruangan.
Fasilitas pencegah bahaya / bencana diantaranya adalah : pengontrolan terhadap gas buangan (exhaust gas), pengontrolan terhadap jalan keluar darurat, penggunaan lift darurat ataupun reguler (emergency exit), tata cara evakuasi penghuni bangunan (user).
Pengontrolan fungsi-fungsi abnormal, sistem informasi dalam gedung dsb.

E.   SISTEM PENDUKUNG SISTEM BANGUNAN PINTAR
Suatu sistem bangunan pinatr memiliki empat komponen yang penting, yaitu sistem otomasi perkantoran (Office Automation System / OAS), sistem otomasi bangunan (Building Automation System / BAS), fasilitas telekomunikasi dan enjiniring bangunan (Building Engineering) yang terdiri atas arsitektur bangunan (building architecture), lingkungan bangunan (building enviroment), struktur bangunan (building structure).

1.    Sistem Otomasi Perkantoran
Gedung pintar dirancang untuk menampung otomasi komunikasi yang canggih, yang sistemnya disebut Broadband Local Area Network (Broadband LAN), dan juga dipasang Sistem Manajemen Informasi / Management Information System (MIS). Keuntungan dari penggunaan LAN dan MIS ini adalah :
Setiap orang dapat menggunakan PC atau terminal yang dapat mudah berhubungan dengan mainframe.
Printer diletakkan dimana saja.
PC dapat berhubungan satu sama lainnya.
Dalam operasi perkantoran internasional modern fasilitas audiovisual canggih pada semua ruang utama bisa digunakan dengan mengintegrasikan sistem secara langsung pada LAN dan memiliki kemampuan yang sudah terpasang didalamnya, sehingga dapat meningkatkan kecanggihan dicision room bila diperlukan.



Gambar 16 : Otomasi pada perkantoran
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 76

2.    Jaringan Komputer Lokal
LAN dapat dirancang dengan bermacam-macam teknologi dan disusun dengan konfigurasi berbeda. Alasan pemilihan penggunaan fasilitas LAN dikarenakan :
Untuk mengambil keuntungan dari pembagian fungsi komputasi karena adanya beberapa komputer yang mengerjakan tugas yang berbeda-beda.
Untuk menghubungkan sejumlah komputer yang berbeda dalam satu atau beberapa gedung yang berdekatan sehingga mampu digunakan untuk berkomunikasi dalam suatu jaringan lokal.


tipe star
tipe ring
tipe bus

Gambar 17 : Bagan tipologi star, ring dan bus
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 79-81

Fasilitas penggunaan jaringan LAN dapat dibagi kedalam 3 cara, yaitu :
Menurut media transmisi yang digunakan yang dipengaruhi oleh  bandwith, konektivitas, luas wilayah cakupan, noise immunity, keamanan (security). 
Menurut tipilogi jaringan yang dibagi atas tipologi star, tipologi ring, tipologi bus.
Menurut model transmisinya

3.    Sistem Pengkondisian Udara
Bangunan yang menggunakan penerapan sistem bangunan pintar memiliki sistem manajemen energi yang canggih untuk mencapai tingkat kenyamanan dan efisiensi kerja.  Ketika memikirkan masalah lingkungan ruangan dari sebuah gedung pintar, pekerjaan tata udara (AC) menjadi hal yang paling penting. Menurut hasil sebuah survey, kondisi aktual 70% dari Visual Data Terminal (VDT) operator mengatakan bahwa mereka memiliki maslah dengan sistem tata udar (AC), anatara lain mengenai pengaturan suhu, kelembaban, debu, aliran udara dan bau.[8]

Tabel 3 : Masalah kondisi udara
No
Keseluruhan (%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
1
Terlalu kering (23,8)
Terlalu berasap (18,0)
Terlalu kering (32,8)
2
Terlalu berasap (22,6)
Terlalu berdebu (17,8)
Terlalu berasap (30,2)
3
Terlalu berdebu (20,3)
Terlalu kering (17,7)
Terlalu berdebu (24,6)
4
Terlalu berangin (16,4)
Pendingin tidak efektif (12,5)
Terlalu berangi (24,1)
5
Terlalu dingin (13,2)
Terlalu berangi (11,8)
Terlalu dingin (19,6)

No
Keseluruhan (%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
6
Radiasi panas dari peralatan (4,3)
Radiasi panas dari peralatan (9,0)
Radiasi panas dari peralatan (9,7)
7
Pemanasan tidak efektif (7,0)
Pemanasan tidak efektif (5,3)
Pemanasan tidak efektif (9,9)
8
Terlalu panas (6,3)
Terlalu panas (4,9)
Terlalu panas (8,8)
9
Terlalu bau (4,7)
Terlalu bau (3,5)
Terlalu bau (6,7)
10
Kelembaban tinggi (1,9)
Kelembaban tinggi (2,1)
Kelembaban tinggi (0,6)
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 84

Alasan yang dakibatkan kondisi ini adalah karena kebanyakan para pekerja hanya duduk di satu tempat yang posisinya sama dan juga dikarenakan banyaknya partisi sehingga aliran udara menjadi tidak baik dan temperatur ruangan dekat peralatan lebih tinggi akibat dari radiation heat (radiasi panas).
Berdasarkan penelitian bangunan pintar  di Amerika Serikat,  kisaran temperatur yang optimal untuk peralatan otomasi perkantoran adalah 17 – 280C, sedangkan kelembaban yang optimal adalah 40-70%, sedangkan temperatur lingkungan ruangan 72 - 75oF atau 22 - 24oC.
Beberapa bentuk spesifikasi sistem tata udara (AC) yang diperlukan dalam penerapan sistem bangunan pintar adalah sebagai berikut :
ü  Fleksibilitas, yang berhubungan dengan heat generation yang akan menaikkan beban biaya serta sistem on-off.
ü  Individualitas, yang tergantung pada cara pemakaian AC secara personal bagi masing-masing penyewa.
ü  Pengukuran pendinginan yang simultan dan bebas panas dan adanya zonifikasi tata udar.
ü  Waktu pengukuran tata udara selama 24 jam
ü  Keandalan, keamanan, dan kemudahan pemeliharaan
ü  Kelembaban, dimana kelembaban ruangan harus diatur dalam standar kenyamanan.
ü  Saringan (filter), yang akan mempengaruhi produk ozon, yang dihasilkan dari sebuah ducting yang pendek, dimana ozon akan mengakibatkan keruskan pada peralatan.

Gambar 18 : Heat Exchange Unit (HEU) untuk konservasi energi
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 87

§  Angin
Kondisi udara yang masuk pada suatu bangunan sesuai dengan aspek kesehatan dan kenyamanan biasanya bertolak belakang dengan keberadaan penggunaan konsep hemat energi. Banyaknya udara yang dibutuhkan pada suatu ruangan biasanya tergantung pada luas ruangan, jenis material yang berada pada ruangan, jumlah ventilasi, arah ventilasi dsb dimana untuk upaya penghematan energi dalam rangka proses pendinginan ruangan perlu perancangan yang matang.
Untuk menjaga agar kondisi udara dalam bangunan tetap seperti yang diinginkan, maka sistem tata udara yang berada di ruangan harus diatur secara tepat dalam sebuah zona-zona pembagian yang mudah dikontrol sehingga dapat mencegah fluktuasi beban dalam ruangan. Hal ini telah diatur dalam sebuah standar mengenai sistem peralatan, sistem kontrol, sistem pemipaan, kriteria rancang sebuah sistem, sistem distribusi udara dsb.[9]

Tabel 4 : Pergantian udara bersih dalam ruangan [10]
Jenis
Arus udara bersih M3 per menit per orang
Volume ruangan M3 per orang
Kantor kecil
0,8
30
Kantor besar
0,4
15-20
Kamar mandi dan ruangan berrmain
0,8
0,4
12-15
12-14
Ruko kecil
0,6
8,5-12
Ruko besar
0,7
5,5-7
Ruangan rapat / perundingan
0,7
8,5-12
Restoran besar
0,8
5,5-7
Restoran kecil
1,2
3,5-5
Night club / bar / grill
0,4
5,5-8,5
Teater dan ruang pertunjukan
0,8
5,5-7
Sekolah untuk anak-anak
0,6
5,5-7
Sekolah untuk dewasa
1,2 ke atas
30 keatas
Rumah sakit kamar bedah
0,7
21 ke atas
Kamar pribadi
0,8
10,5-14
Kamar perawatan
0,9
5,5-8,5

Pengaturan udara dalam sebuah bangunan harus sesuai dengan kebutuhan agar tercipta rasa nyaman, aman agar tidak menimbulkan sick building sindrom.[11] Sick building sindrom adalah sebuah bentuk gangguan kesehatan / ketidaknormalan yang diderita oleh penghuni ataupun pekerja dalam sebuah gedung, hal ini biasanya ditimbulkan oleh AC sentral, terjadi fluktuasi kelembaban udara yang rendah, ataupun yang diakibatkan oleh konstruksi gedung yang kurang memenuhi persyaratan.
Kondisi yang menyebabkan terjadinya sick building sidrom diantaranya :
a.    Kebisingan yang diakibatkan oleh sumber bising , misalnya arus lalu lintas, frekuensi ventilator ataupun yang lainnya.
b.    Pengaturan suhu ruangan yang tidak tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia, misalnya : terlalu dingin, ataupun terlalu panas.
c.    Kecepatan udara yang terlalu tinggi (>0,5 m/det.)
d.    Limbah mikrobiologis yang diakibatkan oleh penggunaan campuran zat kimia pada konstruksi bangunan.
e.    Udara yang tidak sedap akibat kebocoran pada sistem pendinginan udara ataupun pada sistem utilitas akibat tidak memenuhi persyaratan teknis pekerjaan.
Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya penyakit-penyakit yang spesifik, misalnya iritasi kulit, mata, sesak nafas, masuk angin, batuk, rematik, sakit kepala, mati rasa dan sebagainya. Hal ini diperkuat dengan opini yang dikemukakan oleh seorang dokter yaitu dr. Tjandra Yoga Aditama yang mengatakan bahwa keluhan yang diderita para pasiennya berupa batuk kering, sakit kepala, iritasi pada mata, hidung dll disebabkan pada gedung yang tidak diperhitungkan secara cermat.
Berdasarkan penelitian NIOSH (The National Institude for Occupational Safety and Health) sebuah lembaga yang berkompeten pada bidang kesehatan menjelaskan bahwa ada beberapa sumber utama pencemaran udara dalam gedung diantaranya : pencemaran alat-alat gedung (17%), gangguan ventilasi (52%), pencemaran dari luar gedung (11%), pencemaran mikroba (5%) dan sumber yang tidak diketahui (12%).
Sebuah lembaga yang berkompeten dibidang lingkungan, EPA (Environmental Protection Agency) mengungkapkan pula bahwa polusi udara yang berada di dalam ruangan lebih berat ketimbang yang berada di luar ruangan, hal ini tidaklah mengagetkan oleh karena di dalam ruangan terdapat zat pembuangan benzene-bahan kimia penyebab leukimia yang berasal dari dari bahan bakar, asap rokok, ataupun AC yang tidak pernah dicuci dan tidak diberi disinfektan.
Dari hasil pengamatan, terungkap bahwa 36% disebabkan oleh gasoline seperti produk-produk lem, 45% berasal dari asap rokok, 16% berasal dari sumber lain dan hanya 3 % berasal dari polusi industri.
Untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh efek samping dari penggunaan sistem pada bangunan, dapat diupayakan dengan penggunaan vegetasi sebagai filter udara diantaranya : palem kuning, karet kebo, palem bambu, palem funiiks, paku sepat, waregu, dracena deremensis, hedera helix, ficus maclellandi dan spatilhum speciosum. Menurut Dr. Wolverton, dalam bukunya How to Grow Fresh Air, tanaman-tanaman ini dapat menyaring dan menyerap secara alamiah bahan formalin (pembasmi kuman), tri kloroetilin (pelarut tinta dan cat), bensen (pembersih noda) antara 40 – 80%. Untuk di Indonesia, menurut dr. Tjandra bahwa sumber polusi utama yang berada di dalam sebuah ruangan adalah polusi asap rokok.[12]

4.    Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada sebuah perkantoran sewa yang menerapkan sistem bangunan pintar juga diatur dengan cara yang sama dengan sistem pengkondisian udara. Setiap lantai memiliki sejumlah sirkuit dengan beberapa pola pencahayaan yang diatur secara individual. Sistem Digital Operated Switches (DOS) dapat mengatur pencahayaan dimalam hari. Penggunaan tombol pada sistem saklar DOS memungkinkan untuk mengatur cahaya sesuai dengan jam kerja mereka. Sensor pencahayaan alami siang hari (daylight sensor) dapat mengatur pencahayaan suatu ruangan dengan cara mematikan pencahayaan secara bertahap.
Untuk perencanaan pencahayaan pada otomasi perkantoran meliputi :
§  Kondisi lampu yang diperlukan disesuaikan dengan luas ruangan, dan fungsi ruangan.
§  Jenis lampu yang dipakai untuk sistem penerangan (pencahayaan), yang bersinar terang, atau agak gelap dengan menggunakan energi seminimal mungkin.
§  Pemilihan perabot yang digunakan pada sebuah ruangan, disesuaikan dengan yang dinginkan, apakah yang akan memantulkan cahaya ataupun yang menyerap cahaya.

Penggunaan lampu wall washer pada gambar menambah pencahayaan, akibat kurangnya pencahayaan yang dihasilkan oleh lampu TL. Selain sebagai penambah sumber penerangan, lampu wall washer juga memberikan / menciptakan kesan ruangan yang soft dan moderat.

Gambar 19 : Penerangan dengan Wall Washer dalam sebuah ruang rapat.
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, 101

§  Matahari
Bangunan-bangunan yang ada, utamanya bangunan tinggi (highrise building) menggunakan dua sistem untuk pemanfaatan sinar matahari yaitu : active solar system dan passive solar system.
Yang dimaksud dengan penggunaaan sistem surya aktif adalah suatu bentuk teknologi yang memanfaatkan energi matahari / surya yang mengkonversikan dari energi cahaya matahari menjadi energi panas dengan bantuan peralatan. Bertujuan untuk pemanasan ataupun pendinginan ruang, sebagai sumber penerangan, digunakan untuk tenaga penggerak alat-alat elektronik, ataupun berfungsi sebagai pemanas air lokal (dalam bangunan).
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem surya pasif  adalah pemanfatan energi matahari / surya dengan cara tanpa atau menggunakan bantuan peralatan seminimal mungkin. Jadi peran seorang arsitek dalam mendesain bangunan sangat besar, utamanya dalam pengaturan dan pemilihan elemen-elemen arsitektur seperti penggunaan lantai, pemilihan material atap, dinding, langit-langit, cat pada bangunan ataupun yang aksesoris bangunan lainnya.
Pada sistem surya aktif, pengumpulan sinar matahari / surya menggunakan peralatan yang disebut kolektor surya. Alat ini berfungsi untuk mengubah radiasi matahari (secara langsung maupun difus) menjadi energi listrik ataupun panas terpakai melalui proses absorpsi pada permukaan material. Pada sistem non elektrikal, energi panas / termal yang telah diserap ditransmisikan ke media penghantar panas sedangkan pada sistem elektrikal energi panas / termal tersebut ditrasmisikan melaui sebuah kristal yang terbuat dari silikon yang berfungsi sebagai konduktor ataupun isolator dengan ditambahkan unsur lain melalui proses penyuntikan (doping).[13]

Gambar 20 : bangunan sebuah kantor yang menggunakan teknologi pemanfaatan energi berdasarkan pada faktor alam.
Sumber : Eco Architecture, hal 76

keterangan :
passive measures
1. TIM fasade
2. passive solar utilization / evaporative cooling in water garden (plans)
3. natural ventilation
4. natural lighting (daylight quotion)
5. cooling load reduction (support ventilation)
6. air well
7. planted roof surface
8. rainwater utilatizion (grey water)

active measures
9. photovoltaic unit
10. solar collectors
11. absorber surface
12. winds generators
13. low temperatur heating
14. cooling towers
15. chilled ceiling
16. chiller as heat pump (HP)
17. arbsorption installation
18. combined heat and power (CHP)
19. filter installationfor surface or groundwater heating
20. ice water storage
21. heat accumulator
22. aquifer storage (HP operated)

Kedua sistem ini dapat digunakan pada satu bangunan dengan cara menggunakan / pemilihan material sesuai dengan karakter sistem tersebut, unsur peneduh bangunan terhadap radiasi matahari, orientasi bangunan,  pengkondisian ruang, banik berupa ventilasi alami ataupun pada sistem pengaturan pencahayaan alami.
Beban pendinginan (cooling load) dan tata cahaya dalam bangunan adalah salah satu pengguna utama energi pada sebuah bangunan. Oleh karenanya, instalasi tata cahaya harus didesain sedemkian rupa untuk menghasilkan tingkat pencahayaan sesuai dengan yang dikehendaki namun dengan penggunaan energi seminimal mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan memasang batas beban daya pencahayaan dan menggunakan sinar matahari seooptimal mungkin untuk mendukung pencahayaan pada bangunan di siang hari.
Penggunaan saklar pada sebuah bangunan adalah mutlak keberadaannya oleh karena sakelar berfungsi untuk mematikan sumber energi pencahayaan buatan secara otomatis dimana hal ini bertujuan selain dari segi ekonomis juga untuk penghematan energi yang terpakai. Standar konservasi energi tentang persyaratan sakelar pada instalasi pencahayaan buatan adalah sebagai berikut :
a.    setiap pemasangan partisi ulang yang membentuk ruang harus dilengkapi minimal satu sakelar on-off.
b.    daerah dengan luas 30 m2 harus dilengkapi  satu sakelar
c.    pencahayaaan luar bangunan dengan waktu operasi tidak 24 jam terus-menerus harus dikendalikan secara otomatis oleh timer, photocell atau gabungan keduanya, misalnya : lampu penerangan jalan.
d.    Daerah alami yang telah didesain harus dilengkapi dengan sakelar pengendali otomatis yang menghidupkan dan mematikan armateur sesuai dengan tingkat pencahayaan yang telah dirancang. [14]       

§  Bukaan
Hakekat dari manusia tinggal disebuah rumah ataupun bangunan yang lain adalah untuk mencari kenyamanan, kenikmatan, kehangatan, terlindungi dari hujan dan matahari. Rasa tidak ataupun kurang nyaman, biasanya ditimbulkan sebagai akibat terlalu sedikit ruang gerak, rasa panas akibat terlalu sedikit bukaan untuk sirkulasi udara, oleh karenanya perlu pemikiran secara universal tentang perlunya kenyamanan bagi seorang penghuni. Untuk daerah tropis seperti negara Indonesia, bukaan-bukaan ini diwujudkan pada jendela, lubang angin ataupun bentuk sirkukasi udara yang lainnya.[15]

Gambar 21 :      Tipe bukaan pada sebuah bangunan yang dengan mempertimbangkan sinar matahari
Sumber : Eco Architecture, hal 24

Seiring dengan kemajuan teknologi dibidang arsitektur, utamanya bentuk-bentuk aplikasi teknologi tepat guna, maka sekarang dapat kita jumpai penggunaan pintu secara otomatis pengoperasiannya. Bukan hanya dari segi kemudahan pengoperasian, tetapi orang sekarang cenderung memikirkan bagaimana mendapatken sebuah pintu yang mudah pengoperasiaannya, mudah perawatannya, murah dalam pembeliannya dan mampu menghemat energi.
Beberapa pintu otomatis diantaranya sliding door (telescopic dan curved) yang memiliki satu atau dua daun pintu dari kiri ke kanan atau sebaliknya, folding door yang memiliki empat daun pintu yang terbuka secara melipat, swing door yang memiliki satu atau dua daun pintu yang terbuka secara swing, sliding gate yang pintunya terbuka dari kiri ke kanan atau sebaliknya serta revolving door yang berbentuk lingkaran yang memiliki dua atau tiga atau empat daun pintu.
Perlengkapan pintu otomatis menggunakan tenaga motor penggerak dan unit kontrol sebagai otak yag berfungsi untuk mengatur seluruh kerja motor. Untuk mengontrol unit ini rata-rata telah menggunakan microprocessor.  Connection unit digunakan sebagai tempat kabel, dan beberapa aksesoris lainnya diantaranya manual opening device, switch key, radar motion detector dll. Manual opening device adalah perlengkapan untuk membuka pintu secara manual apabila listrik utama padam dan emergency opening unit tidak berfungsi.[16] 
Dengan penggunaan sistem pintu otomatis diharapkan mampu untuk mengurangi dan mengendalikan penggunaan energi secara fleksibel, efisien dan efektif.
Penggunaan sistem pintu otomatis pada bangunan ini bisa pula dihubungkan dengan sistem alarm kebakaran atau sistem detektor asap / api pada intensitas tertentu sehingga apabila terjadi kebakaran maka secara otomatis pintu akan membuka untuk jalur penyelamatan.
Untuk perlengkapan sistem keamanan bangunan antara lain : auto reserve system yang apabila terdapat sesuatu halangan berada diantara  pintu maka pintu akan terbuka kembali, emergency opening unit adalah perlengkapan batterey yang berfungsi untuk membuka pintu pada saat listrik utama padam.

§  Sunshading
Efek panas yang ditimbulkan oleh kalor yang dihasilkan bangunan pada sekitar bangunan atau yang lebih dikenal dengan selubung bangunan (building envelope) akan meningkatkan penggunaan energi yang digunakan sistem tata udara sehingga menimbulkan pemborosan energi. Oleh karenanya, untuk menekan penggunaan energi yang diakibatkan efek selubung bangunan maka harus ditentukan kriteria penggunaan harga OOTV (harga perpindahan kalor menyeluruh). Persyaratan penggunaan harga OOTV hanya diterapkan pada bangunan high rise building yang menggunakan rancangan selubung bangunan dimana hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pemanasan sekitar bangunan akibat perolehan kalor yang dihasilkan melalui efek selubung bangunan. Penurunan kalor akan menurunkan beban penggunaan alat pendingin udara yang digunakan pada bangunan tersebut.
Ada tiga elemen dasar memperoleh kalor melalui dinding luar bangunan yang membentuk konsep OOTV, yaitu :
1)    Radiasi matahari lewat jendela yang terpasang pada dinding.
2)    Konduksi dan reduksi kalor melalui jendela kaca.
3)    Konduksi dan reduksi kalor melalui dinding yang tembus cahaya (opague).
Untuk konservasi energi, penggunaan harga OOTV yang ditetapkan adalah 45 W/m2 sebagaimana yang tercantum pada standar dan apabila harga OOTV dturunkan dengan cara retrofitting selubung bangunan maka akan menghemat penggunaan sistem pendinginan udara pada bangunan yang akan menghemat penggunaan energi.
Konsep OOTV dasarkan pada asumsi apabila selubung bangunan tertutup rapat sehingga meminimalkan kemungkinan infiltration (masuknya udara dari luar bangunan) dan exfiltration (merembesnya udara yang lebih rendah suhunya/dingin yang dihasilkan dari sistem tata udara) sehingga mengharuskan bangunan untuk memiliki bukaan-bukaan yang dapat ditutup      dengan rapat. Penggunaan weatherstripping sebagai penutup celah udara sangat dianjurkan untuk mengurangi rembesan udara yang keluar dan masuk melalui celah-celah bukaan pada bangunan.
Untuk bangunan yang tidak dilengkapi dengan air condition maka harus memiliki :
o   Ventilasi-ventilasi alami yang dihasilkan melalui pemasangan jendela-jendela, pintu serta bukaa-bukaan yang dipasang secara cross ventilation sehingga menghasilkan pergerakan udara
o   Pengkondisian cahaya alami yang diperoleh dengan mengatur perletakan jendela, pintu serta bukaan-bukaan yang lainnya dengan mempertimbangkan keberadaan arah sinar matahari.
o   Penggunaan bahan isolator pada bagian atap sehingga mencegah pemanasan dalam bangunan.
o   Memasang peneduh terhadap cahaya matahari langsug (sun shading) dengan mendesain beberapa bentuk peneduh matahari seperti : overstek, overhang, tirai, kerai dsb.[17] 

5.    Sistem Penghematan Energi
Setiap program manajemen energi yang digunakan dalam sebuah bangunan gedung yang menerapkan sistem bangunan pintar, secara mandiri mengacu kepada yang lainnya untuk menyelesaikan permasalahan dalam skala prioritas kontrol baik yang ditimbulkan akibat konsumsi energi yang berlebihan seperti akibat penggunaan energi listrik ataupun yang lainnya.
Manager energi memberikan kemampuan kepada pengguna untuk mengkonfigurasikan (men-set) berbagai sistem energi, seperti unit HVAC, agar sesuai dengan kebutuhan.
Program kontrol eksekutif dari manager energi adalah mengatur jadwal penggunaan energi untuk berbagai aplikasi dalam sistem bangunan pintar, seperti manajer HVAC, manajer chiller dsb. Dengan penggunaan manajer energi, diharapkan agar mampu menekan angka penggunaan (konsumsi) energi secara berlebihan, yang akan mencapai nilai efisiensi dan efektifitas dari penggunaan sebuah sistem yang berbasis energi besar.
Manajer HVAC adalah sekumpulan aspek yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi energi sistem heating, ventilating, dan air conditioning. Efisiensi ini ditingkatkan dengan beberapa cara diantaranya mengontrol damper udara luar untuk memaksimalkan penggunaan pendingin bebas yang tersedia, menata kembali temperatur discharge untuk menyelaraskan beban gedung dengan jumlah energi yang paling kecil, dan kontrol siklus siang-malam sistem HVAC untuk menghindari pengkondisian ruangan yang tidak perlu pada waktu yang tidak digunakan.
Manajer chiller merupakan sekumpulan aspek yang bertujuan memaksimalkan efisiensi chiller plant dan melaporkan penghematan yang disebabkannya. Aspek-aspeknya diantaranya sebagai berikut :
Condensor Water Reset (CWR) yaitu aspek yang menentukan set point temperatur kondersor udara yang paling efektif dengan membandingkan kondisi udara luar yang sebenarnya dan beban sistem dengan karakteristik operasi chiller dan cooling tower.
Chiller Heating Reset (CHR) yaitu aspek yang mengatur set point suplai suplai udara dingin agar sesuai dengan kebutuhan pendinginan paling ekonomis dari semua ruangan.
Chiller Sequenching (SEQ) yaitu aspek yang menentukan kombinasi chiller paling efisien yang akan memenuhi beban chiller plant. 
Chiller Manager Savings Profile (CP) yang berfungsi untuk memonitor dan mengakumulasikan penghematan energi dan biaya bagi semua kontrol manager chiller. Bentuk rangkuman penghematan tersedia baik harian maupun periodik.

Sistem penghematan energi pada sebuah gedung pintar memiliki beberapa model majamen energi diantaranya adalah :
Manajer energi
Kegunaan dari sistem manajer energi adalah untuk memberikan bentuk konfigurasi energi yang tepat, sesuai dengan kebutuhan penggunaan energi setiap sistem, menjadwal berbagai aplikasi energi sehingga energi tidak terbuang percuma.
Manajer beban
Untuk suatu manajer beban pada sebuah bangunan perkantoran terdiri beberapa bagian, diantaranya adalah :
Demand limit, digunakan untuk memonitor laju rata-rata pemakaian atau kebutuhan energi, dan membandingkannya dengan batasan yang ditentukan oleh operator.
Duty cycle, berupa siklus tugas untuk mengurangi konsumsi energi dengan cara p[ematian secara periodik beban yang tidak perlu.
Load processor, digunakan untuk memilih dan mengontrol peralatan secara cerdas dan untuk memenuhi aksi kontrol demand limit ataupun duty cycle.
Utility profile, aspek yang memberikan berbagai macam statistik sehubungan dsengan penggunaan energi gedung / bangunan baik per hari maupun per bulan.
Manajer HVAC
Manajer HVAC dibagi dalam beberapa modul fungsional yang akan meningkatkan tingkat efektifitas dan nilai efisiensi dari sebuah penggunaan energi sistem heating, ventilating, dan air-conditioning.
Manajer HVAC dibagi dalam beberapa modul diantaranya adalah :
1)    Optimal Run Time (ORT), berupa aspek penunda penyalaan sistem HVAC  di pagi hari dan sebisa mungkin mencapai tingkat kenyamanan.
2)    Supply Air Reset (SAR), merupakan aspek yang memonitor beban pemanasan dan pendinginan dalam sekolompok ruangan dan mengatur temperatur sampai tingkat paling efisien.
3)    Enthaply Switchover (ESO), aspek yang mengontrol dumper udara luar dan udara balik untuk memberikan sumber udara campuran yang paling ekonomis bagi pendinginan.
4)    HVAC Profile (HP), aspek yang memberikan perhitungan kinerja penghematan energi sebagai tambahan pada kontrol yang diberikan oleh ESO, SAR, dan ORT.
Mananajer chiller
Manajer chiller memiliki beberapa aspek, diantaranya  mencakup :
Condensor Water Reset (CWR), secara online, digunakan untuk menentukan set point temperatur air condensor yang paling efektif.
Chiller Water Reset (CWR), digunakan untuk mengatur set point supply udara dingin agar sesuai dengan kebutuhan pendinginan paling ekonomis dari semua ruangan.
Chiller Sequenching  (SEQ), digunakan untuk mengkombinasikan chiller untuk mencapai nilai ekonomis dari beban chiller plant.
Chiller Manager Savings Profile (CP), aspek yang memonitor untuk mengakumulasikan penghematan energi dan baiaya bagi semua kontrol manajer chiller.

§  Arsitektur dan Energi
Dari pengamatan beberapa ahli nampak bahwa pemakaian energi di dunia semakin meningkat dengan pesat pada 10 tahun terakhir ini. Peningkatan ini bukan saja terjadi disektor industri dan transportasi, melainkan pula disektor bangunan. Kesemuanya ini disebabkan oleh penggunaan teknologi modern yang cenderung kurang memperhatikan pemanfaatan energi secara maksimal dengan penggunaan energi seminimal mungkin.
Kondisi ini memang dibuktikan dengan hasil beberapa studi yang memang mengagetkan dunia, diantaranya bahwa penggunaan energi pada bangunan dari tahun ke tahun naik sebesar rata-rata 5 – 10 % dan kenaikan terbesar adalah pada negara Amerika. Penggunaan lift, AC, penerangan, dan yang lainnya merupakan salah satu faktor yang mampu menyerap energi yang besar pada bangunan, utamanya pada bangunan-bangunan tinggi. Hal ini diperparah lagi dengan kenyataan bahwa suplay energi yang digunakan rata-rata menggunakan bahan bakar minyak dan gas yang pada dasarnya merupakan suplay energy yang tak terbarukan dan tergantikan.[18]
Oleh karenanya, peran seorang arsitek sangat diharapkan mampu untuk mendesain sebuah bangunan yang mampu untuk memecahkan permasalahan mengenai energi baik ditunjang dengan teknologi maupun dari kajian ilmu arsitektur. Bangunan tidak hanya perlu yang indah, namun juga haruslah nyaman, enak, nikmat, serta mampu menekan secara nyata akan jumlah penggunaan energi. Di negara-negara eropa yang telah maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, utamanya dibidang ilmu arsitektur sudah mengalami pergeseran dari yang biasanya mencari teknologi mengenai model-model struktur baru menjadi bagaimana menciptakan material-material yang digunakan pada bangunan lebih bernuansa hemat energi, bagaimana mendesain sebuah bangunan yang lebih mempertimbangkan konsep ramah lingkungan, bagaimanana mendesain bangunan yang cenderung mengeksplorasi energi natural dengan konsep arsitektur hemat enerrgi dan sebagainnya. Konsep-konsep semacam inilah yang lagi berkembang secara pesat di negara-negara maju. Di negara-negara berkembang, seperti indonesia, rata-rata arsitek masih berpatok pada pencarian sebuah “bentuk” dan “form follow function” tanpa mempertimbangkan kondisi yang terjadi.[19]

6.    Sistem Telekomunikasi
Pada bangunan kantor sewa yang menggunakan SBP biasanya memakai Private Address Brand Exchange (PABX) digital yang akan menunjang Integrated Service Data Network (ISDN) yang merupakan paduan dari suara, data dan video dengan standar internasional. Seluruh jaringan kerja pada bangunan kantor sewa benar-benar dirancang dengan fleksibilitas yang tinggi dan agar dapat disesuaikan dengan perkembangan di masa akan datang.








Gambar 22 : Sistem Telekomunikasi salah satu gedung pintar di Jakarta
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 114

Untuk sistem telekomunikasi pada Sistem Bangunan Pintar (SBP) meliputi :
ü  Telepon kunci multifungsi (multifunction key telephone)
Sistem ini digunakan untuk mengontrol penggunaan telepon, lamanya percakapan, menyalurkan / mendistribusikan ke saluran cabang dan penggunaan lainnya.
ü  Konferensi jarak jauh (teleconferencing)
Penggunaan sistem ini untuk kepentingan konferensi atau rapat dalam jarak yang jauh, antar kantor, antar kota bahkan antar negara.
ü  Tulisan jarak jauh (telewriting)
Sistem ini digunakan untuk komunikasi secara tertulis antar kantor, antar kota, ataupun antar negara, agar dalam waktu yang bersamaan dapat diterima pesan secara tertulis sehingga akan mempercepat proses pengambilan keputusan yang diperlukan.
ü  Teleks
Sistem ini hampir sama dengan sistem telewriting, namun hanya saja menggunakan metode lain, seperti penggunaan huruf morse ataupun kode-kode lainnya.
ü  Komunikasi dengan komputer
Fungsi dari komunikasi dengan PC adalah alat komunikasi yang praktis baik antar karyawan dalam satu kantor maupun dengan kantor lain.
ü  Faksimil dan video (facsimile and video)
Merupakan sistem komunikasi jarak jauh dengan menggunakan faksimil yang dapat mengirim baik berupa tulisan maupun gambar sedangkan video digunakan untuk gambar hidup sesuai apa yang direkam dalam video tersebut.
ü  Surat elektronik (electronic mail / e-mail)
Sistem yang sudah banyak digunakan karenadengan e-mail, orang dapat mengirim berita kapan saja dan dimana saja tanpa terganggu dengan waktu.
ü  Biaya penulisan yang sedikit (least cost writing)
Dengan sistem ini, semua biaya pengiriman surat atau berita akan lebih sedikit sehingga akan terjadi penghematan dalam melakukan kegiatan bisnis.
ü  Komunikasi dengan radio satelit (satelite radio communication)
Komunikasi dengan radio satelit juga menawarkan alternatif biaya dan waktu yang lebih baik.

7.    Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik pada bangunan pintar disuplai dari jaringan distribusi listrik tegangan menengah dari PLN yang tersambung ke gardu hubung. Gardu ini disalurkan melalui kabel tanah ke high voltage medium distribution panel gedung. Selanjutnya daya listrik tersebut disalurkan ke transformator sesuai dengan kapasitas yang diperlukan sistem busduct.
Sistem kerja normal ataupun darurat pada sebuah sistem kelistrikan adalah sebagai berikut :
a.    Dalam keadaan suplai dari PLN normal (tidak padam), masing-masing trafo bekerja sendiri melayani beban secara radial, tidak secara paralel.
b.    Suplai antar genset dan PLN bekerja secara interlock, tidak paralel.
Pada sebuah bangunan pintar biasanya menggunakan sistem UPS (uninterruptable power supply) yang berfungsi untuk memasok semua kebutuhan daya bagi sistem otomasi bangunan (SOB), sistem keamanan dan sistem CCTV.
Sistem yang dirancang memiliki fasilitas maintenance bypass sehingga daya tetap tersedia saat unit UPS diperbaiki. Sistem UPS dirancang untuk memberikan satu daya tiga fasa yang teregulasi dengan stabilitas frekuensi tinggi, di bawah beban dan kondisi pasokan yang bervariasi. Sistem bersama dengan baterai cadangan memungkinkan kelangsungan pasok keluaran selama kondisi transien dan pemadaman.
Beberapa aspek dari penggunaan sistem UPS untuk pasokan kelistrikan pada sebuah bangunan pintar diantaranya sebagai berikut :
ü  UPS online tanpa pemutusan.
ü  Saklar statis pulse to bypass ekslusif untuk membersihkan beban lebih atau kegagalan cabang.
ü  Kompensasi fasa individual untuk menyeimbangkan tegangan secara akurat bahkan di bawah kondisi pembebanan fasa yang tidak seimbang.
ü  Setiap komponen aktif yang aktif adalah burnt-in ekuivalen dengan 8 - 10 bulan operasi memakai program perputaran tes yang dipercepat.
ü  Jumlah komponen aktif yang minimal memberikan keandalan tinggi dan memaksimalkan waktu antar kesalahan.
ü  Sistem kontrol utama yang sederhana, terdiri empat kartu kontrol.
ü  Power walk-in sejati untuk tegangan dan arus untuk mengurangi ukuran generator set.
ü  Kemampuan beban lebih samapai 150% pada tegangan penuh.
ü  Filter masukan RFI, termasuk saklar statis dan maintenance bypass serta standar split bypass.

Gambar 23 : Diagram Sistem Kelistrikan Cadangan dengan UPS
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 119

Sedangkan beberapa kelebihan penggunaan sistem UPS bagi sistem bangunan pintar antara lain adalah :
§  Memberikan daya “bersih” dan bebas distorsi kepada beban.
§  Menekan semua harmonik dan fluktuasi dario mains incoming supply.
§  Memberikan keluaran daya stabil dan dapat dikalibrasi dari incoming power.
§  Memberikan daya interruptable kepada beban dengan cara cadangan baterai dalam kondisi kegagalan daya utama.
§  Sistem UPS bagi gedung pintar dihubungkan setelah generator set. Ini memberikan daya yang kontinyu kepada beban. Selama pemutusan daya, sistem UPS memebrikan daya sementara pada genset saat dinyalakan.
§  Transfer ulang daya secara otomatis dari static bypass begitu genset telah berjalan stabil.
8.    Sistem Pasokan Air
Sistem pendistribusian air bersih yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ditampung terlebih dahulu di tangki air, kemudian disalurkan ke Deep Well untuk dicampur dengan air tanah. Kemudian dikembalikan ke Break Tank dan diteruskan ke Ground Tank  di bawah tanah. Selanjutnya air dipompa sesuai dengan kebutuhan yang disalurkan ke tangki-tangki pembagi di atas.

Tabel 5 : Analisis Pasokan dan Standar Kualitas Minimum Tipe Air
Substansi
Lambang Kimia
Sampel Air
Tipikal standar kualitas
1
2
3
4
5
6
7
Silika
SiO2
2
12
37
10
22
-
-
Besi
Fe2
0
0
1
0
0
-
0,3
Kalsium
Ca
6
36
62
92
3
400
-
Magnesium
Mg
1
8
18
34
2
1300
-
Sodium / natrium
Na
2
7
44
8
215
11000
-
Potasium / kalium
K
1
1
-
1
10
400
-
Bikarbonat
HCO3
14
119
202
339
549
150
-
Sulpat
SO4
10
22
135
84
11
2700
250
Khlor
Cl
2
13
13
10
22
19000
250
Nitrat
NO3
1
0
2
13
1
-
10
Larutan padat
-
31
165
426
434
564
35000
500
Kalsium karbonat
CaCO3
12
98
165
287
8
125
-
Kalsium sulfat
CaSO4
5
18
40
58
0
5900
-
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 120

9.    Sistem Pengkabelan
Sistem pengkabelan merupakan hal yang penting dalam sebuah gedung pintar karena banyak peralatan bergantung kepadanya. Dalam gedung pintar diterapkan sistem jaringan yang fleksibel (flexibel delivery system).
Prinsip sistem pengkabelan di sebuah bangunan pintar adalah sebagai berikut :
§  Peralatan dengan ruangan untuk kabel-kabel.
§  Partisi yang berisi kabel di dalamnya.
§  Kabel-kabel yang terletak di bawah karpet.
§  Free access floor yang biasanya digunakan pada komputer.
§  Lantai dengan sistem perkantoran.
§  Floor duct.
§  Trunk route dan trench duct.
§  Pipa kabel (wire duct).
§  Kabel di bawah lantai (underfloor wiring system).
§  Sistem pengkabelan pool (wiring pole system).
§  Sistem transmisi sinar infra merah.


Gambar 24 : Floor Outlet Box pada sistem pengkabelan
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 123



Tabel 6 : Klasifikasi Pengkabelan berdasarkan tujuannya
No
Tipe Pengkabelan
Perlengkapan disambungkan ke lantai
Terminal perlengkapan untuk pengkabelan lantai
Terminal perlengkapan untuk pengkabelan di bangunan otomasi perkantoran
a
Kabel telpon
Telepon
Facsimile
dll
Panel terminal indoor
Panel terminal intermediate

Pertukaran telepon
Panel terminal station line
b
Kabel otomasi kantor
Work station
PC
Printer
Wordprocessor
dll
Node of LAN
Host computer
Dll
c
Kabel tenaga listrik
Perlengkapan awal
Mesin copy, dll
Tombol panel
Panel induk
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 124

Hal-hal yang harus diperiksa dalam mendesain sistem pengkabelan pada sebuah bangunan pintar diantaranya :
ü  Posisi dan tempat lubang kabel (wiring shaft) yang direncanakan penggunaannya disetiap ruang.
ü  Tinggi langit-langit (ceiling), ukuran efektif di bawah balok.
ü  Bahan finishing untuk lantai, dinding dan partisi (sekat).
ü  Batasan kemampuan terhadap bahaya kebakaran dan asap.

Sistem pengkabelan antar lantai
Perencanaan untuk electrical shaft rute utama antar lantai meliputi :
ü  Posisi
Karena banyaknya kabel-kabel yang melewati shaft, maka ruang untuk kabel-kabel tersebut harus cukup besar. Desain arsitektur di sekeliling shaft harus jelas batasannya, karena di sana akan terkumpul kabel dan pipa. Untuk itu perlu dilakukan sistem zoning ataupun perkuatan struktur lantai.
ü  Area
Area dari shaft bergantung pada peletakan pipa-pipa dan metode instalasi dari kabel dan panel. Ruang inspeksi bagi pengembangan pengkabelan dan pemasangan panel di masa akan datang harus pula disediakan.
ü  Penggabungan shaft
Apabila beberapa shaft dipergunakan untuk keperluan yang sama, penyambungan rute antar tiap-tiap shaft harus dilakukan dengan rak kabel ataupun pipa-pipa di antara  ceiling.

Gambar 25 : Contoh tata letak pengkabelan di bawah lantai dan distribusi FOB
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 128

Sedangkan kondisi shaft pada sebuah perencaaan sistem pengkabelan meliputi :
§  Shaft harus melewati lantai bawah sampai pada lantai paling atas dan pemasangannya menggunakan rak kabel.
§  Direkomendasikan untuk menggunakan dua atau lebih shaft, disesuaikan dengan kebutuhan gedung.
§  Untuk fasilitas kabel serat optik harus disediakan ruangan yang cukup serta dapat dimodifikasi untuk instalasi tambahan di masa yang akan datang bila diperlukan.
§  Pada interior langit-langit ganda ( double ceiling), pipa bawah lantai, dan free access floor harus disediakan rute kabel yang memadai.
§  Harus disediakan penangkal api untuk mencegah penyebaran api jika terjadi kebakaran.

Sistem pengkabelan pada lantai
Pemilihan sistem pengkabelan pada setiap lantai sangat penting bagi sebuah otomasi perkantoran dalam gedung pintar. Beberapa sistem pengkabelan yang telah dikembangkan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7 : Klasifikasi Sistem Pengkabelan “On Floor”
lokasi
Sistem pengkabelan
Remarks
Ceiling (langit-langit)
Conduit (saluran pipa)
Cable rack (rak kabel)
Wiring duct (pipa kawat)
Direct installation (instalasi langsung)
Sistem GOD
In room (dalam ruangan)
Wiring duct
Mebel dengan ruang kabel
Sistem komunikasi tanpa kabel
Langit-langit
Dinding, plinth
Bangku, panel, dll
Optical, radio, HT
lokasi
Sistem pengkabelan
Remarks
In floor ( di dalam lantai)
Conduit (saluran pipa)
Floor duct
Cellular duct
Trench duct
Metal condiut, plastic conduit

Metal duct
Under floor (di bawah lantai)
Kabel menembus ke bawah lantai


dan berdasarkan pada hal tersebut, sistem pengkabelan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)    Pengkabelan dalam langit-langit (ceiling)
Sistem ceiling ini memiliki banyak keuntungan karena banyak kabel yang bisa diinstalasi dan kabel-kabel tersebut dipasang mendeka meja ataupun panel-panel di dalam ruang kerja.
2)    Sistem pengkabelan dalam ruangan
Dalam sistem pengkabelan ini, kawat dan kabel diinstalasi di bagian permukaan ruangan, yaitu permukaan lantai, dinding, dan permukaan langit-langit.
3)    Sistem pengkabelan di atas lantai
Dalam sistem ini, kabel-kabel diinstalasi di lantai, diantara slab beton dan material finishing lantai. Pada bangunan pintar umumnya menerapkan sistem pengkabelan di bawah karpet.

Gambar 26 : Pengkabelan lantai bawah dan dibawah jendela
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 132

Gambar 27 : Pengkabelan di ruang kerja
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 133

4)    sistem pengkabelan Free Access Floor
Sistem ini biasa diterapkan untuk ruangan komputer, karena instalasi kabelnya banyak sekali. Kabel-kabel itu akan dingin akibat ruangan di antara slab beton dan material finishing lantai dikondisikan untuk mendinginkan peralatan komputer.
5)    sistem pengkabelan dalam lantai
Pada sistem kabel ini kabel dan pipa dipasang di slab beton bangunan. sistem ini telah dimodifikasi dan diperbaiki sejalan dengan banyaknya jumlah kabel pada bangunan otomasi kantor dan batasan dari struktur bangunan.

Gambar 28 : Sistem tiga sel pipa di bawah lantai
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal

Sistem pengkabelan merupakan hal yang penting dalam sebuah gedung pintar karena banyak peralatan bergantung kepadanya. Dalam gedung pintar diterapkan sistem jaringan yang fleksibel (flexibel delivery system).
Prinsip sistem pengkabelan di sebuah bangunan pintar adalah sebagai berikut :
1)    Peralatan dengan ruangan untuk kabel-kabel.
2)    Partisi yang berisi kabel di dalamnya.
3)    Kabel-kabel yang terletak di bawah karpet.
4)    Free access floor yang biasanya digunakan pada komputer.
5)    Lantai dengan sistem perkantoran.
6)    Floor duct.
7)    Trunk route dan trench duct.
8)    Pipa kabel (wire duct).
9)    Kabel di bawah lantai (underfloor wiring system).
10) Sistem pengkabelan pool (wiring pole system).
11) Sistem transmisi sinar infra merah.

Hal-hal yang harus diperiksa dalam mendesain sistem pengkabelan pada sebuah bangunan pintar diantaranya :
1)    Posisi dan tempat lubang kabel (wiring shaft) yang direncanakan penggunaannya disetiap ruang.
2)    Tinggi langit-langit (ceiling), ukuran efektif di bawah balok.
3)    Bahan finishing untuk lantai, dinding dan partisi (sekat).
4)    Batasan kemampuan terhadap bahaya kebakaran dan asap.

10. Sistem Keamanan
Sistem keamanan pada sebuah bangunan kantor sewa yang menggunakan SBP (Sistem Bangunan Pintar) bertujuan untuk melindungi dan mengawasi fasilitas-fasilitas gedung, baik yang di dalam maupun di luar bangunan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Sistem keamanan berupa Pass Ultra System khusus yang dirancang bagi intelligent building. Sensor-sensor yang ditempatkan di daerah tertentu dapat dimonitor lewat bantuan Video Display Terminal (VDT).
Pass Ultra System mempunyai subsistem keamanan CCTV (Closed Circuit Television) yang dihubungkan melalui unit alarm interface ke keluaran terminal kontrol yangmengumpulkan semua informasi serta memonitor daerah pengamanan. Pada ruang pusat kendali keamanan  (SCAR Room) terdapat sejumlah monitor yang terhubung dengan CCTV (Kamera pemantau) yang berada di lapangan untuk mengawasi keadaan. Setiap monitor menampilkan gambar secara berurutan dari beberapa kamera untuk memantau tiap CCTV yang disebar di seluruh gedung.
Pass Ultra System merupakan CPU untuk pemrograman proximity card (kartu pengenal). Setiap pegawai pad bangunan tersebut harus memiliki proximity card yang dapat membuka pintu-pintu sesuai dengan kode yang telah diprogramkan pad kartu tersebut.
Prinsip yang dipakai dalam sistem bangunan pintar adalah mencegah orang untuk memasuki suatu daerah, mendeteksi orang yang memasuki daerah tertentu, memonitor daerah yang diamankan, card access control bagi orang-orang tertentu, serta pengamanan dan perlindungan.
Sedangkan untuk pengoperasian sistem keamanan pada SBP dengan cara :
§  Secure mode yaitu modus siaga per definisi di luar jam kantor, dimana keamanan akan memantau semua piranti keamanan dibawah modus operasi ini.
§  Access mode / suppress mode (modus akses) yaitu modus akses per definisi berupa jam kerja. Piranti keamanan yang tidak perlu dimonitor dibawah modus operasi ini akan dimatikan. Dengan demikian, sistem keamanan akan mengabaikan alarm ini.
Dua sistem operasi ini dikontrol oleh KMB (Key Management Box) system. Cara kerja ini adalah sistem keamanan akan aktif / beroperasi hanya pada saat pemakaian / jam kerja.
Sistem keamanan di gedung pintar dibagi menjadi lima kategori operasional utama, diantaranya adalah :

§  Card access
Fasilitas ini memakai Proximility Card Reader untuk mengontrol semua pintu akses yang dikontrol 24 jam. Semua reader dikontrol oleh komputer keamanan Pass Ultra di pusat pengendali. Setiap pintu yang dikontrol memiliki : Proximity Card Reader, pengontak pintu magnetik, tombol tekan, Door Strike / Electric Lock, Break Glass Switch.
Pintu ruangan dikunci dan dibuka secara elektrik oleh door strike / electric lock oleh orang yang menunjukkan card reader yang terletak pada pintu masuk. Card reader akan membaca kode kartu dan bila kartu tersebut tercatat dalam CPU keamanan, maka sinyal buka akan dikirim ke kunci electrik dalam waktu tertentu.
§  Sensor keamanan
§  Closed circuit television
Sejumlah kamera CCTV dipasang di gedung pintar. Semua kamera CCTV ini diletakkan pada daerah kritis untuk memantau kegiatan di sekitar lokasi tersebut. Kamera CCTV disambungkan ke monitor tertentu untuk menampilkan daerah yang dipantau.
§  Intercom
Stasiun interkom dalam bangunan pintar bisa disebarkan ke beberapa lantai gedung perkantoran dengan prioritas pada ruang pusat pengendali keamanan, ruang sistem otomasi bangunan, daerah perkantoran, security counter, operational manager office, security van parking, security guard room.

Gambar 29 :   Contoh ruang pusat pengendali keamanan di sebuah gedung di Jakarta
Sumber : Sistem Bangunan Pintar, edisi revisi, hal 142

§  Key management box
Setiap KMB memiliki kotak yang setiap ruangan atau kunci pintu KMBnya akan disimpan masing-masing dan sebuah saklar yang mengamankannya ataupun yang mengakses sistem keamanan di ruangan / lantai yang berkaitan dengan kotak KMB yang akan mengontrolmelalui sistem keamanan.
Setiap pintu dalam bangunan pintar memiliki status terbuka atau terkunci, bila pintu terkunci pintu akan dilindungi, atau KMB akan mengaktifkan piranti keamanan tertentu, begitu pula sebalinya bila pintu terbuka.

11. Sistem Tata Suara
Sistem tata suara terbagi menjadi sistem A dan sistem B dimana untuk sistem A untuk keperluan Background Music dan Paging / Emergency Unit, sedangkan sistem B digunakan untuk keperluan Car Call.
Untuk sistem A terdiri atas beberapa peralatan dan perlengkapan diantaranya adalah :
ü  Cassete deck, sebagai sumber suara
ü  Radio, sebagai penerima siaran
ü  Preamp unit, sebagai penguat awal
ü  Power amplifier, sebagai penguat akhir
ü  Channel selector, sebagi tombol pemilih kelompok pengeras suara yang akan diaktifkan
Mikrofon digunakan untuk menyampaikan pengumuman / pemanggilan
Monitor unit digunakan untuk mengecek hasil suara
Chime unit sebagai sumber nada untuk melakukan pemanggilan
Sedangkan sistem B terdiri atas :      
ü  Pusat car call meliputi mikrofon, preamp unit, power amplifier, serta speaker selector untuk pemilihan kelompok pengeras suara.
ü  Remote control yang meliputi indikator power on, occupation, serta monitor.

12. Sistem Kebakaran
Gedung pintar harus dilengkapi dengan sistem kebakaran yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh sebuah badan / institusi yang memiliki kredibilitas dibidangnya.
Kelengkapan sistem kebakaran yang harus dimiliki itu diantaranya adalah tangga darurat dua sisi bangunan, alat penaik tekanan udara, fire sprinkler, fire hydrant, fire alarm, portable fire extinguisher, detektor asap dan panas, persediaan air di beberapa lantai serta alat komunikasi HT dan plug in telephone hand set di setiap lobby  fireman lift (lift petugas pemadam kebakaran) yang dihubungkan langsung ke pusat pengendali.
Sistem kebakaran ini diintegrasikan dengan sistem pengkondisian udara, sistem pencahayaan, dan sistem lift lewat Interlocking Main Control Fire Alarm (MCFA). Bila terjadi kebakaran, maka secara otomatis maupun manual akan berbunyi. Informasi di ruang kontrol akan menunjukkan tempat terjadinya kebakaran dan informasi ini diteruskan kepada petugas pemadam kebakaran dan regu penolong.
Sensor-sensor pada sistem pemadam kebakaran pintar (intelligent fire system / IPS)  memiliki fasilitas-fasilitas secara umum tidak terdapat pada sensor-sensor konvensional. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya :
ü  Tracking
Sensor yang diprogram untuk tracking akan menetralisir tanda alarm yang dikirimkan ke panel sentral. Ini terjadi apabila kondisi alarm telah dikeluarkan oleh sensor yang bersangkutan.
ü  Indikasi lokal
Dalam keadaan normal, LED pada sensor-sensor akan berkedip. Hal ini menunjukkan bahwa sensor-sensor tersebut bekerja dan berhubungan dengan panel sentral.
ü  Tes lokal (remote)
Sensor-sensor pada sistem pemadam kebakaran pintar bisa melakukan pengetesan dengan cara menstimulasi kondisi alarm dan melaporkannya ke panel sentral.
ü  Kode tipe
Setiap sensor mempunyai kode untuk mengidentifikasikan jenis sensor. Bila sensor menunjukkan adanya alarm, kode ini akan dilaporkan ke panel sentral sehingga operator mengetahui jenis alat yang memberikan alarm. Jenis kode tersebut, misalnya : ionization smoke detector, photoelectronic smoke detector, srinkler water flow.
Untuk sistem keamanan pada sebuah bangunan kantor sewa yang menggunakan konsep sistem bangunan pintar harus memiliki beberapa kelengkapan sistem pengamanan kebakaran diantaranya adalah :
ü  Tangga darurat pada kedua sisi gedung / bangunan
ü  Alat penarik tekanan udara (pressurized fan)
ü  Fire hydrant
ü  Fire alarm
ü  Fire sprinkler
ü  Portable fire extinguisher
ü  Detektor asap dan panas
ü  Persediaan air di beberapa lantai
ü  Alat komunikasi HT dan plug in telephone hand set di setiap lobi fireman lift yang dihubungkan langsung ke pusat pengendali.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem kebakaran pada sebuah kantor sewa yang menggunakan konsep SBP adalah :
§  Memonitor asap atau panas secara analog
Sensor-sensor pendeteksi asap dan sistem pemadam kebakaran konvensional bersifat biner, yang artinya hanya bekerja dalam dua kondisi, yaitu alarm atau normal. Dengan penggunaan sistem kebakaran pintar (IFS), sensor-sensor dapat mengukur level asap ataupun panas dalam sebuah bangunan, kemudian melaporkan informasi tersebut ke panel sentral.
Dengan pengginaan sistem kebakaran pintar, operator dapat membaca level panas dan asap dalam presentase ambang batas alarm yang ditetapkan.


§  Sensivitas yang diatur
Pada sistem kebakaran konvensional, sensivitas harus ditentukan secara lokal dan tidak dapat di display, sedangkan pada IFS sensor melaporkan level asap dan panas ke panel sentral dalam bentuk analog, kemudian panel membandingkan nilai tersebut dengan ambang batas alarm, dan apabila ambang batasa alarm berubah, maka secara otomatis akan mengubah pula sensivitas sensor.
§  Pembagian zona yang fleksibel
Pada sistem kebakaran pintar, sensor-sensor dalam suatu zona dapat didefinisikan melalui software sehingga apabila ada modifikasi gedung, sensor0sensor tersebut akan didefinisikan kembali dengan mudah.
§  Pemberian nama melalui software
Pada sistem pemadam kebakaran pintar, sistem zona dapat diberi nama dalam suatu bahasa inggris atau bahasa Indonesia. Dengan demikian, bila terdapat suatu detektor dalam alarm, maka baik jenis maupun zonanya dapat ditampilkan oleh panel sentral.
§  Penggunaan password
Sistem password pada sistem kebakaran pintar memiliki dua level yaitu :
·         Level 1 : digunakan untuk mengubah status dari detektor
·         Level 2 : digunakan untuk program panel sentral.
CRT dan printer
Layar monitor CRT digunakan untuk memudahkan interaksi dalam memprogram panel sentral, sedangkan printer digunakan untuk mencetak hasil pelaporan yang akurat dan up to date.


§  Model laporan
Sistem pemadam kebakaran pintar mendapat laporan dari semua data lapangan untuk mendokumentasikan parameter dalam database dan status yang ada.
§  Waktu penundaan
Panel sentral dapat memberikan penundaan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan alarm dan meningkatkan penggunaan dari sistem.

13. Sistem Lift
Pada dasarnya sistem lift dalam sebuah bangunan kantor sewa yang menggunakan konsep sistem bangunan pintar ini adalah sebagai berikut :
a)    Meminimalkan waktu tunggu  (minimal waiting time).
b)    Memaksimalkan daya angkut (maximal lift load).
c)    Efisiensi program lift (efficiency programme).
Kemacetan pada suatu lift dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan, diantaranya :
a)    Aliran PLN yang terputus
b)    Kerusakan pada komponen penggerak
c)    Pintu tidak rapat
d)    Keamanan tidak sempurna
e)    Kesalahan pemakaian
Keberadaan lift pada saat kebakaran pada suatu bangunan, utamanya pada bangunan tinggi sangat dibutuhkan sekali, dimana selain sebagai alat transportasi vertikal, lift juga secara otomatis akan bergerak turun ke lantai dasar / bawah sehingga mencegah kemungkinan terjebaknya orang-orang yang berada di lift pada saat beroperasi.



[1] Sistem Bangunan Pintar, April 2003, hal 1-4
[2] Sistem Bangunan Pintar, April 2003, hal 1-4
[3] Sistem Bangunan Pintar, April 2003
[4] Sistem Bangunan Pintar, April 2003, hal 14-16
[5] Roestanto WD, Sistem Bnagunan Pintar, April 2003, hal 18
[6] Roestanto WD, Sistem Bangunan Pintar, April 2003, hal 24
[7] Roestanto WD, Sistem Bangunan Pintar
[8] Roestanto WD, Sistem Bangunan Pintar, April 2003, hal 84
[9] Majalah Konstruksi, Maret 1996 hal. 96
[10] ibid. hal 147
[11] Frick, Heinz dan Pujo L. Setiawan, Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan Kanisius 2002. hal. 166-167
[12] Sujayanto, G. Gedung Tertutup Menyebabkan Sakit. www.indomedia.com
[13] Perspektif Arsitektur Surya di Indonesia. www.properti.net
[14] Majalah Konstruksi, Maret 1996 hal. 69
[15] Majalah Konstruksi, terbitan Juli 1995, hal. 96
[16] Pintu otomatis lebih estetis dan efektif, Majalah Konstruksi, Oktober 1995, hal 58-60
[17] Majalah Konstruksi, Maret 1996, hal. 69
[18] Trihasono Karyono, Arsitektur Kemampanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi
[19] Triharsono Karyono, hal 139


NOTE. UNTUK FILE MENTAH SILAHKAN KOMENTAR DAN SERTAKAN EMAIL ANDA, DAN KAMI AKAN MENGIRIMKAN LINK DOWNLOADX

<<<<<<<<<<KEMBALI KE BAB II

5 comments:

  1. Artikelnya bermanfaat banget, terimakasih ya.
    Info aja nih, bagi yang membutuhkan Sewa AC Tangerang untuk berbagai acara yang diselenggarakan bisa menghubungi kami Arthur Teknik.

    Info lebih lengkap tentang kami bisa cek di sini http://id.arthurteknik.com

    ReplyDelete
  2. mas/mbak mau dong file mentahnya. email: 16hidayati@gmail.com
    terimakasih:)

    ReplyDelete
  3. mas / mbak saya mau file artikel ini , email : elainevaniasembiring99@gmail.com

    ReplyDelete
  4. cocok dengan judul yang saya ajukan sekarang,
    Email : musmuliadihasanuddin@gmail.com

    ReplyDelete
  5. kak saya boleh minta file mentahnya untuk dijadikan refrensi bacaan, terima kasih.
    Email : rahmasym0@gmail.com

    ReplyDelete

Semoga Artikell Kami Bermanfaat,,,,,,,,,, Jagan Lupa Langganan dan Membagikan,,,,,,,,,!